31.Wisanggeni Rabi Kisah ini menceritakan tentang perkawinan Bambang Wisanggeni putra Raden Arjuna dengan Dewi Mustikawati putri Prabu Mustikadarma. Dalam upaya perkawinan ini, Bambang Wisanggeni bersaing dengan Prabu Boma Narakasura dan Raden Lesmana Mandrakumara. Kisah ini saya olah dari sumber Ensiklopedia Wayang Purwa karya Rio Sudibyoprono, yang dipadukan dengan keterangan dari Ki Rudy Wiratama, serta sedikit perubahan seperlunya. Kediri, 01 Juni 2018 Heri Purwanto Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini ------------------------------ ooo ------------------------------ PRABU DURYUDANA HENDAK MELAMAR DEWI MUSTIKAWATI DI KERAJAAN SUNYAPURA Prabu Duryudana di Kerajaan Hastina memimpin pertemuan yang dihadiri Danghyang Druna, Patih Sangkuni, Adipati Karna, dan Raden Kartawarma. Mereka membicarakan tentang Raden Lesmana Mandrakumara yang berkali-kali gagal menikah, selalu saja kalah bersaing melawan anak-anak Pandawa ataupun anak-anak Prabu Kresna. Bahkan, baru-baru ini bersaing dengan panakawan Petruk pun kalah. Prabu Duryudana merasa sedih memikirkan nasib putranya itu. Ia khawatir Raden Lesmana sampai tua tidak bisa menikah, dan itu artinya tidak akan memiliki keturunan. Tentu saja Prabu Duryudana tidak mau garis penerusnya berakhir sampai di sini. Danghyang Druna berkata bahwa ia mendengar kabar ada seorang raja bernama Prabu Mustikadarma dari Kerajaan Sunyapura yang memiliki anak perempuan cantik jelita, bernama Dewi Mustikawati. Alangkah baiknya, gadis itu saja yang dinikahkan dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Prabu Duryudana meminta pendapat Patih Sangkuni atas usulan Danghyang Druna tersebut. Patih Sangkuni bertanya balik apakah tidak jatuh derajat Prabu Duryudana apabila berbesan dengan seorang raja dari sebuah negara kecil? Apakah wibawa Kerajaan Hastina tidak akan jatuh jika memiliki menantu dari negara yang tidak terkenal? Danghyang Druna menjawab, keputusan ada di tangan Prabu Duryudana. Dewi Mustikawati memang seorang putri dari sebuah kerajaan kecil. Namun, konon kabarnya ia memiliki paras yang sangat cantik bagaikan bidadari. Gadis seperti itu tentunya sangat pantas apabila menjadi menantu Prabu Duryudana yang namanya termasyhur di dunia. Setelah menimbang-nimbang, Prabu Duryudana akhirnya setuju. Ia pun meminta Danghyang Druna berangkat untuk melamar putri bernama Dewi Mustikawati tersebut. Danghyang Druna menerima perintah. Prabu Duryudana lalu membubarkan pertemuan. Patih Sangkuni diperintahkan pergi bersama para Kurawa untuk mengawal kepergian sang guru ke Kerajaan Sunyapura, sedangkan Adipati Karna ditugasi mempersiapkan keperluan pesta pernikahan Raden Lesmana. DEWI MUSTIKAWATI DILAMAR TIGA PIHAK Di Kerajaan Sunyapura, Prabu Mustikadarma sedang duduk bersama putrinya, yaitu Dewi Mustikawati. Tidak berapa lama kemudian datanglah Danghyang Druna dan Patih Sangkuni. Setelah saling memberi salam, Danghyang Druna pun menyampaikan maksud kedatangannya adalah untuk melamar Dewi Mustikawati sebagai calon istri Raden Lesmana Mandrakumara. Ia pun memuji-muji Raden Lesmana sebagai putra mahkota Kerajaan Hastina yang kelak akan menggantikan ayahnya, yaitu Prabu Duryudana menjadi raja selanjutnya. Itu artinya, Dewi Mustikawati kelak akan menduduki jabatan sebagai permaisuri pula. Prabu Mustikadarma berkata bahwa soal jodoh, ia menyerahkan sepenuhnya kepada sang putri. Belum sempat Dewi Mustikawati menjawab lamaran tersebut, tiba-tiba datang Raden Antasena, putra Arya Wrekodara. Ia juga datang untuk melamar Dewi Mustikawati sebagai calon istri adik sepupunya, yaitu Bambang Wisanggeni. Patih Sangkuni menyela. Ia mengatakan bahwa pihak Kerajaan Hastina lebih dulu datang ke Kerajaan Sunyapura untuk melamar Dewi Mustikawati. Itu artinya, pihak mereka yang lebih berhak mendapatkan jawaban dari Prabu Mustikadarma. Raden Antasena yang pandai bicara mengatakan dirinya dan Patih Sangkuni adalah sama-sama tamu, maka tidak sepantasnya sesama tamu saling mengatur. Danghyang Druna lalu menagih jawaban Prabu Mustikadarma, apakah lamaran pihak Kerajaan Hastina dapat diterima. Prabu Mustikadarma menjawab, dirinya sebagai orang tua hanya bisa merestui. Mengenai urusan memilih suami, semuanya diserahkan kepada Dewi Mustikawati. Setelah mendapat izin dari sang ayah, Dewi Mustikawati pun berkata bahwa ia ingin bisa mendapatkan pusaka Cupumanik Gambar Jagad. Barangsiapa bisa mewujudkan keinginannya itu, maka orang itulah yang akan ia pilih menjadi calon suami. Mendengar itu, Patih Sangkuni mengejek Dewi Mustikawati yang hanya seorang putri negara kecil tetapi memiliki keinginan muluk-muluk. Tidak perlu susah payah meminta yang aneh-aneh seperti itu, cukup katakan saja berapa biaya mahar yang diinginkan, maka Kerajaan Hastina akan membayar lunas tanpa takut kehabisan harta. Dewi Mustikawati menjawab, Patih Sangkuni janganlah merendahkan para wanita sebagai kaum yang gila harta. Tidak semua wanita bisa dibeli dan dipameri harta kekayaan serta emas permata. Jika memang Raden Lesmana Mandrakumara tidak sanggup mewujudkan Cupumanik Gambar Jagad juga tidak masalah. Masih ada laki-laki lain yang sanggup mendapatkannya. Raden Antasena ikut mengejek Kerajaan Hastina yang selalu gagal dalam sayembara memperebutkan wanita, sehingga wajar jika sekarang gentar dan mengemukakan seribu alasan. Ia lalu mohon pamit kepada Prabu Mustikadarma dan Dewi Mustikawati untuk mencari cupumanik tersebut. Danghyang Druna tidak mau ketinggalan. Ia segera mengajak Patih Sangkuni pergi mencari benda pusaka itu. Setelah kedua pihak pergi, tiba-tiba datang pula Prabu Boma Narakasura dari Kerajaan Trajutresna yang juga ingin melamar Dewi Mustikawati sebagai calon istri. Dewi Mustikawati menjawab, dirinya bersedia menikah asalkan ada laki-laki yang mampu mewujudkan keinginannya, yaitu menghadirkan Cupumanik Gambar Jagad. Mendengar jawaban itu, Prabu Boma pun mohon pamit undur diri meninggalkan Kerajaan Sunyapura. PARA KURAWA MENYERGAP RADEN ANTASENA Danghyang Druna dan Patih Sangkuni keluar dari istana Sunyapura di mana Arya Dursasana, Raden Srutayu, Raden Kartawarma, Raden Durmagati, dan para Kurawa lainnya telah menunggu. Danghyang Druna merasa bingung entah ke mana harus mencari Cupumanik Gambar Jagad. Patih Sangkuni berkata, urusan mencari cupumanik adalah tugas Danghyang Druna, sedangkan dirinya dan para Kurawa bertugas untuk menyingkirkan pesaing. Dalam hal ini, yang harus disingkirkan adalah Raden Antasena agar tidak kembali ke tempat Bambang Wisanggeni. Raden Durmagati berkata bahwa Raden Antasena adalah putra Arya Wrekodara, dan selama ini para Kurawa sering dibuat kocar-kacir saat bertarung melawan Raden Antareja ataupun Raden Gatutkaca. Maka, niat untuk menjegal Raden Antasena lebih baik diurungkan saja, karena yang lebih penting adalah bersatu mencari Cupumanik Gambar Jagad. Patih Sangkuni menjawab, Raden Antasena tidak perlu ditakuti karena wujudnya berbeda dengan kedua kakaknya yang gagah perkasa. Raden Antasena ini tubuhnya lebih kecil, wajahnya lugu dan polos, sepertinya hanya pandai bicara saja dan tidak memiliki kesaktian apa-apa. Lebih cepat disingkirkan tentu lebih baik. Patih Sangkuni telah menetapkan demikian. Pasukan pun dibagi menjadi dua. Danghyang Druna membawa setengah rombongan mencari Cupumanik Gambar Jagad, sedangkan Patih Sangkuni bersama sisanya mengejar Raden Antasena. Sementara itu, Raden Antasena yang sedang dalam perjalanan menuju tempat Bambang Wisanggeni tiba-tiba dihadang Patih Sangkuni, Arya Dursasana, dan para Kurawa lainnya. Tanpa banyak bicara, mereka pun menyerang pemuda itu. Namun, sungguh di luar dugaan, Raden Antasena yang berwajah polos dan lugu ternyata memiliki kesaktian di atas Raden Antareja dan Raden Gatutkaca. Sambil bercanda ia menghajar para Kurawa. Arya Dursasana dan adik-adiknya pun dibuat babak belur, termasuk Patih Sangkuni pula. Namun, Raden Antasena teringat bahwa dirinya harus segera melapor kepada Bambang Wisanggeni sehingga tidak ada waktu untuk bermain-main seperti ini. BAMBANG WISANGGENI MEMINTA RESTU KEPADA IBUNYA Raden Antasena berhasil meloloskan diri dan akhirnya sampai di Kahyangan Duksinageni, di mana Bambang Wisanggeni menunggu bersama ibunya, yaitu Batari Dresanala. Beberapa waktu yang lalu Batari Dresanala memang mengutus Raden Antasena untuk menyampaikan lamaran kepada Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma di Kerajaan Sunyapura sebagai calon istri Bambang Wisanggeni. Kini Raden Antasena datang melaporkan hasil kepergiannya. Ia bercerita bahwa Danghyang Druna dan Patih Sangkuni juga datang untuk melamar Dewi Mustikawati. Namun, Dewi Mustikawati tidak menerima lamaran pihak mana pun, kecuali ada yang mampu mewujudkan keinginannya, yaitu mendatangkan Cupumanik Gambar Jagad. Batari Dresanala terkejut mendengar syarat tersebut. Ia pun berkata kepada Bambang Wisanggeni agar membatalkan saja keinginannya menikahi Dewi Mustikawati. Masih banyak gadis lain yang bisa dijadikan istri tanpa harus meminta syarat yang seberat itu. Bambang Wisanggeni menjawab, justru syarat yang berat seperti ini menunjukkan betapa mahal nilai seorang Dewi Mustikawati. Ia pun tetap pada niatnya, yaitu menjadikan gadis tersebut sebagai istri. Ia lalu bertanya di mana kira-kira Cupumanik Gambar Jagad berada. Batari Dresanala mengatakan, cupumanik tersebut adalah pusaka milik Sanghyang Padawenang, leluhur para dewa yang bersemayam di Kahyangan Awang-Awang Kumitir. Namun demikian, Bambang Wisanggeni jangan langsung berangkat ke sana. Masalah ini adalah masalah besar. Bambang Wisanggeni hendaknya terlebih dulu meminta restu dan dukungan kepada ayahnya, yaitu Raden Arjuna. Bambang Wisanggeni mematuhi nasihat tersebut. Setelah meminta restu kepada ibunya, ia pun pergi meninggalkan Kahyangan Duksinageni bersama Raden Antasena. DANGHYANG DRUNA MEMINTA BANTUAN RADEN ARJUNA Sementara itu, Raden Arjuna bersama para panakawan Kyai Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong sedang berkelana menebarkan kebaikan. Raden Arjuna berniat menjalani tapa ngrame, yaitu membantu siapa saja yang sedang mengalami kesulitan. Tiba-tiba mereka berjumpa Danghyang Druna yang dikawal Bambang Aswatama dan juga beberapa orang Kurawa. Setelah menghaturkan sembah hormat, Raden Arjuna pun bertanya ke mana gurunya itu hendak pergi. Danghyang Druna menjawab dirinya memang sengaja menemui Raden Arjuna untuk meminta bantuan mencarikan pusaka Cupumanik Gambar Jagad. Benda pusaka ini adalah prasyarat yang harus dipenuhi Raden Lesmana Mandrakumara untuk meminang Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma di Kerajaan Sunyapura. Raden Arjuna yang sudah berniat melakukan tapa ngrame menyanggupi permintaan Danghyang Druna tersebut. Ia bersedia membantu mendapatkan pusaka Cupumanik Gambar Jagad. Setelah dicapai kata sepakat, mereka lalu berpisah. BAMBANG WISANGGENI MEMINTA RESTU KEPADA AYAHNYA Raden Arjuna yang berjalan bersama para panakawan pun bertemu Bambang Wisanggeni yang didampingi Raden Antasena. Setelah menyampaikan salam kepada ayahnya, Bambang Wisanggeni pun meminta restu bahwa dirinya sebentar lagi akan menikah. Raden Arjuna bertanya, siapa perempuan yang akan menjadi menantunya. Bambang Wisanggeni menjawab, perempuan itu bernama Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma dari Kerajaan Sunyapura. Raden Arjuna bertanya apakah benar gadis itu mengajukan syarat ingin disediakan Cupumanik Gambar Jagad. Bambang Wisanggeni menjawab benar. Mendengar itu, Raden Arjuna menolak memberikan restu. Dirinya sudah terlanjur menyanggupi permintaan Danghyang Druna, maka mau tidak mau ia berada di pihak Kerajaan Hastina. Oleh sebab itu, ia pun menyarankan agar Bambang Wisanggeni mengurungkan niat menikahi Dewi Mustikawati. Bambang Wisanggeni menolak saran ayahnya. Ia telah bersumpah hanya akan menikahi Dewi Mustikawati seorang, dan tidak ingin berpindah ke lain hati. Raden Arjuna marah dibantah putranya. Ia pun memukul Bambang Wisanggeni dan mengancam akan menghajarnya apabila tetap bersikeras ingin menikahi Dewi Mustikawati. Bambang Wisanggeni tidak takut pada ancaman ayahnya, karena ia merasa menikahi gadis tersebut bukanlah perbuatan salah. Raden Arjuna bertambah marah dan menyerang putranya itu. Bambang Wisanggeni terpaksa menghadapi serangan ayahnya. Ia hanya menghindar dan menangkis, sama sekali tidak pernah membalas pukulan Raden Arjuna. Namun, setiap kali tangannya menangkis, selalu saja membuat tangan atau kaki Raden Arjuna merasa linu dan nyeri. Sungguh tinggi kesaktian Bambang Wisanggeni berada di atas Raden Arjuna. Raden Antasena dan para panakawan hanya menonton di tepi, kecuali Kyai Semar yang memilih tidur di bawah pohon. PRABU KRESNA MELERAI PERTARUNGAN AYAH DAN ANAK Setelah bertarung cukup lama, Raden Arjuna akhirnya kelelahan dan terdesak. Tiba-tiba muncul bayangan hitam melerai pertarungan mereka. Orang itu tidak lain adalah Prabu Kresna, raja Dwarawati. Raden Arjuna dan Bambang Wisanggeni pun sama-sama menghaturkan salam kepadanya. Prabu Kresna bertanya mengapa ayah dan anak bertarung di jalan, apakah sedang latihan perang-perangan? Raden Arjuna menjawab, dirinya berusaha menghalangi Bambang Wisanggeni yang hendak meminta restu untuk menikah dengan Dewi Mustikawati. Hal ini karena ia telah berjanji kepada Danghyang Druna untuk membantu mendapatkan Cupumanik Gambar Jagad sebagai syarat Raden Lesmana Mandrakumara meminang gadis tersebut. Prabu Kresna menyebut Raden Arjuna sungguh aneh, karena janji yang ia ucapkan kepada Danghyang Druna adalah membantu mendapatkan cupumanik, bukan membantu menghalangi Bambang Wisanggeni. Raden Arjuna menjawab, jika tidak dihalangi maka Bambang Wisanggeni pasti mampu mendapatkan pusaka tersebut. Prabu Kresna berkata, itu artinya Raden Arjuna tidak percaya diri, takut berlomba melawan anak sendiri. Lagipula jika Bambang Wisanggeni berhasil mendapatkan cupumanik tersebut, itu artinya jodoh Dewi Mustikawati bukan Raden Lesmana. Prabu Kresna juga berkata, bahwa ia pun dimintai tolong Prabu Boma Narakasura untuk mencarikan cupu pusaka tersebut, namun ia menolak. Raden Arjuna heran mengapa Prabu Kresna tidak mau membantu putra sendiri. Prabu Kresna menjawab, dirinya sengaja tidak membantu Prabu Boma karena ia meramalkan Dewi Mustikawati bukanlah jodoh putranya itu. Yang kedua, Prabu Boma juga tidak sungguh-sungguh mencintai Dewi Mustikawati. Raden Arjuna merasa bimbang. Ia pun bertanya siapa kira-kira jodoh gadis tersebut, apakah Bambang Wisanggeni ataukah Raden Lesmana Mandrakumara. Prabu Kresna tidak menjawab, melainkan bertanya kepada Kyai Semar hendak mendampingi perjalanan siapa. Kyai Semar bangun dari tidur dan menyatakan hendak mendampingi Bambang Wisanggeni saja. Dari jawaban tersebut, Raden Arjuna dapat menyimpulkan bahwa Dewi Mustikawati memang ditakdirkan menjadi istri Bambang Wisanggeni. Ia pun memeluk putranya itu dan meminta maaf, serta merestuinya semoga berhasil mendapatkan Cupumanik Gambar Jagad. Bambang Wisanggeni berterima kasih. Ia lalu mohon pamit kepada ayahnya itu dan juga kepada Prabu Kresna untuk berangkat menuju Kahyangan Awang-Awang Kumitir. Kyai Semar dan Raden Antasena menyertai di belakang. BAMBANG WISANGGENI MENDAPATKAN CUPUMANIK GAMBAR JAGAD Di Kahyangan Awang-Awang Kumitir, Sanghyang Padawenang menerima kedatangan Bambang Wisanggeni dan rombongannya. Mereka semua menghaturkan hormat kepada leluhur para dewa tersebut. Bambang Wisanggeni kemudian mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu ingin meminjam Cupumanik Gambar Jagad sebagai syarat untuk menikah dengan Dewi Mustikawati. Sanghyang Padawenang mengabulkan permohonan Bambang Wisanggeni karena Dewi Mustikawati memang berjodoh dengan pemuda tersebut. Namun, Cupumanik Gambar Jagad kelak harus dikembalikan kepadanya, yaitu ketika hendak meletus Perang Bratayuda antara para Pandawa melawan para Kurawa. Kelak ketika Bambang Wisanggeni bersama Raden Antasena mengembalikan cupumanik tersebut, Sanghyang Padawenang akan menyampaikan pula apa yang menjadi takdir mereka. Bambang Wisanggeni dan Raden Antasena merasa penasaran. Mereka bertanya apa kira-kira takdir yang kelak akan menimpa mereka. Sanghyang Padawenang tidak bersedia menjawab karena itu belum waktunya. Kyai Semar menasihati kedua pemuda itu agar menjalani kehidupan dengan baik, tidak perlu memikirkan hal tersebut. Kelak jika waktunya tiba, ia yang akan mengingatkan Bambang Wisanggeni dan Raden Antasena untuk menghadap Sanghyang Padawenang dengan membawa kembali Cupumanik Gambar Jagad. Sanghyang Padawenang merasa cukup untuk hari ini. Bambang Wisanggeni dan yang lain pun mohon pamit meninggalkan Kahyangan Awang-Awang Kumitir dengan membawa cupu pusaka yang mereka cari. PRABU BOMA MENGHADANG BAMBANG WISANGGENI Bambang Wisanggeni dan rombongannya telah kembali menginjak tanah. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Sunyapura. Tiba-tiba mereka dihadang Prabu Boma Narakasura dan Patih Pancadnyana yang hendak merebut Cupumanik Gambar Jagad. Bambang Wisanggeni dengan tegas menolak menyerahkan cupumanik tersebut. Maka, terjadilah pertarungan antara dirinya melawan Prabu Boma, sedangkan Raden Antasena melawan Patih Pancadnyana. Prabu Boma terdesak melawan Bambang Wisanggeni yang lincah dan sakti. Ia akhirnya dapat dikalahkan oleh sepupunya tersebut. Bambang Wisanggeni pun bertanya untuk apa Prabu Boma menginginkan Cupumanik Gambar Jagad, jika hatinya tidak tulus mencintai Dewi Mustikawati. Prabu Boma terkejut mengetahui Bambang Wisanggeni dapat menebak isi hatinya. Ia pun berterus terang bahwa ini semua karena permintaan istrinya, yaitu Dewi Agnyanawati. Prabu Boma bercerita bahwa ia baru saja menikah dengan Dewi Agnyanawati, keponakan Patih Pancadnyana. Namun, istrinya itu selalu menolak jika Prabu Boma mengajak bermesraan. Prabu Boma pun mendesak Dewi Agnyanawati dan bertanya apa yang menjadi keinginannya. Dewi Agnyanawati berkata, dirinya bersedia melayani Prabu Boma apabila dimadu dengan sahabatnya, yaitu Dewi Mustikawati dari Kerajaan Sunyapura. Raden Antasena sambil meringkus Patih Pancadnyana ikut bicara. Ia menyarankan agar Prabu Boma menjadi suami yang tegas, jangan mau diperintah istri seperti itu. Apa gunanya menikahi Dewi Mustikawati jika tidak mencintainya? Bukankah itu sama saja dengan menyiksa gadis tersebut? Lagipula, jika Prabu Boma memaksa menikahi perempuan yang bukan jodohnya, itu berarti ia merebut calon pasangan hidup pria lain yang ditakdirkan menjadi jodoh Dewi Mustikawati. Prabu Boma merenungi ucapan Raden Antasena yang masuk akal. Ia merasa dirinya terlalu egois karena demi ingin menyenangkan Dewi Agnyanawati lantas merugikan Dewi Mustikawati dan juga laki-laki lain yang ditakdirkan menjadi jodoh gadis tersebut. Setelah berpikir demikian, ia pun menyatakan mundur dari perlombaan ini. Prabu Boma lalu memerintahkan Patih Pancadnyana agar pulang lebih dulu ke Kerajaan Trajutresna, sedangkan dirinya ingin menyaksikan perkawinan antara Bambang Wisanggeni dan Dewi Mustikawati. BAMBANG WISANGGENI MEMPERSEMBAHKAN CUPU PUSAKA KEPADA CALON ISTRINYA Bambang Wisanggeni, Raden Antasena, Prabu Boma, dan para panakawan melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Sunyapura. Di tengah jalan mereka dihadang Danghyang Druna dan Patih Sangkuni bersama para Kurawa yang menyertai mereka. Jika sebelumnya, para Kurawa yang menyertai Patih Sangkuni dapat dikalahkan Raden Antasena, maka kini jumlah mereka bertambah karena bergabung dengan para Kurawa yang menyertai Danghyang Druna. Dengan jumlah yang lebih banyak, mereka yakin dapat mengalahkan Raden Antasena dan merebut Cupumanik Gambar Jagad dari tangan Bambang Wisanggeni yang bertubuh kurus kecil. Namun, para Kurawa tidak menduga Prabu Boma ada bersama mereka. Patih Sangkuni pun menghasut Prabu Boma agar bergabung dengan para Kurawa sehingga mereka dapat bersama-sama merebut Cupumanik Gambar Jagad. Prabu Boma merasa bimbang, teringat janjinya kepada Dewi Agnyanawati. Namun, Raden Antasena segera bertanya, apabila Cupumanik Gambar Jagad berhasil direbut, lantas siapa yang akan menikahi Dewi Mustikawati. Danghyang Druna langsung menjawab, tentu saja Raden Lesmana Mandrakumara. Mendengar jawaban itu, Prabu Boma tidak ragu lagi. Ia pun melompat menerjang rombongan dari Kerajaan Hastina tersebut. Raden Antasena ikut membantu. Para Kurawa lagi-lagi babak belur menghadapi mereka berdua. Merasa terdesak, Danghyang Druna pun mengajak Patih Sangkuni dan yang lain untuk mundur, kembali ke Kerajaan Hastina. Bambang Wisanggeni dan rombongannya melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di Kerajaan Sunyapura. Ternyata Prabu Kresna dan Raden Arjuna sudah lebih dulu tiba di sana, duduk bersama Prabu Mustikadarma dan Dewi Mustikawati. Prabu Kresna senang melihat Prabu Boma ikut dalam rombongan ini dan menyadari kesalahannya. Bambang Wisanggeni maju dan menyerahkan Cupumanik Gambar Jagad kepada Dewi Mustikawati. Gadis itu perlahan menerimanya. Begitu membuka cupu pusaka tersebut, ia dapat melihat pemandangan di seluruh dunia, baik itu pemandangan di alam nyata, maupun pemandangan di alam gaib. Melihat putrinya tampak bahagia, Prabu Mustikadarma pun menyatakan Bambang Wisanggeni sebagai pemenang sayembara. Hari itu juga ia menikahkan Bambang Wisanggeni dengan Dewi Mustikawati. Prabu Kresna dan Raden Arjuna kembali memberikan restu untuk perkawinan mereka.
31.Wisanggeni Rabi Carita ieu nyaritakeun perkawinan Bambang Wisanggeni, putra Raden Arjuna, sareng Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma. Dina usaha perkawinan ieu, Bambang Wisanggeni bersaing sareng Prabu Boma Narakasura sareng Raden Lesmana Mandrakumara. Kuring ngolah carita ieu tina sumber Ensiklopédia Wayang Purwa Rio Sudibyoprono, anu digabungkeun sareng inpormasi ti Ki Rudy Wiratama, ogé sababaraha parobihan anu diperyogikeun. Kediri, 01 Juni 2018 Heri Purwanto Kanggo daptar judul ulin wayang sanésna, pencét di dieu ------------------------------ ooo ----------------- ----------- PRABU DURYUDANA AKAN NGALARAS DEWI MUSTIKAWATI DI KINGYOM SUNYAPURA Raja Duryudana di Karajaan Hastina mingpin rapat anu dihadiran ku Danghyang Druna, Patih Sangkuni, Adipati Karna, sareng Raden Kartawarma. Aranjeunna nyarioskeun perkawis Radén Lesmana Mandrakumara, anu sababaraha kali gagal nikah, teras-terasan gagal bersaing ngalawan barudak Pandawa atanapi putra Prabu Kresna. Nyatana, nembé bersaing sareng Panakawan Petruk éléh. Raja Duryudana ngaraos hanjelu mikiran nasib putrana. Anjeunna hariwang yén Radén Lesmana moal tiasa nikah dugi ka sepuh, sareng éta hartosna anjeunna moal ngagaduhan murangkalih. Tangtosna, Raja Duryudana henteu hoyong garis panerusna réngsé di dieu.Danghyang Druna nyarios yén anjeunna nguping béja yén raja anu ngasta Prabu Mustikadarma ti Karajaan Sunyapura gaduh putri anu geulis anu jenenganana Dewi Mustikawati. Langkung saé, ngan éta mojang dikawin ku Radén Lesmana Mandrakumara. Raja Duryudana naroskeun pendapat Patih Sangkuni ngeunaan saran Danghyang Druna. Patih Sangkuni naros deui naha anjeunna henteu janten mangsa Raja Duryudana upami anjeunna ngagaduhan pesen sareng raja ti nagara leutik? Naha wibawa Karajaan Hastina moal murag lamun éta ngagaduhan mantu ti nagara anu teu dikenal? Danghyang Druna ngawaler, kaputusanana aya dina panangan Raja Duryudana. Dewi Mustikawati memang putri ti karajaan leutik. Nanging, disebatkeun yén anjeunna ngagaduhan rupa anu saé pisan sapertos malaikat. Budak awéwé sapertos kitu pasti pantes janten minantu ti Raja Duryudana anu namina terkenal di dunya. Saatos dipertimbangkeun, Raja Duryudana akhirna satuju. Anjeunna ogé nyungkeun Danghyang Druna badé ngalamar putri anu namina Dewi Mustikawati. Danghyang Druna nyandak paréntah. Raja Duryudana teras mecat rapat. Patih Sangkuni diparéntahkeun angkat sareng para Kurawa pikeun ngiringan guru angkat ka Karajaan Sunyapura, sedengkeun Adipati Karna ditugaskeun nyiapkeun pésta kawinan Raden Lesmana.DEWI MUSTIKAWATI GEUS NGALAMU TIGA PIHAK Di Karajaan Sunyapura, Prabu Mustikadarma linggih sareng putrina, Dewi Mustikawati. Teu lami saatosna, Danghyang Druna sareng Patih Sangkuni sumping. Saatos silih ucapkeun salam, Danghyang Druna ogé ngalaksanakeun niat sumpingna pikeun ngalamar Déwi Mustikawati salaku calon istrina Radén Lesmana Mandrakumara. Anjeunna ogé muji Radén Lesmana salaku putra mahkota Karajaan Hastina anu engkéna bakal ngagentos ramana, nyaéta Prabu Duryudana salaku raja salajengna. Éta hartosna, Dewi Mustikawati engkéna bakal nyéépkeun jabatan salaku permaisuri ogé. Prabu Mustikadarma nyarios yén masalah jodo, anjeunna leres-leres masrahkeun ka putri. Dewi Mustikawati teu acan gaduh waktos kanggo ngajawab proposal, ujug-ujug Raden Antasena, putra Arya Wrekodara, ujug-ujug sumping. Anjeunna ogé sumping pikeun ngalamar Déwi Mustikawati salaku calon pamajikan lanceukna misan na, Bambang Wisanggeni. Patih Sangkuni nyampeurkeun. Anjeunna nyarios yén Karajaan Hastina parantos sumping ka Karajaan Sunyapura pikeun ngalamar Déwi Mustikawati. Éta hartosna, pihakna langkung berhak kéngingkeun jawaban ti Prabu Mustikadarma. Raden Antasena anu pinter nyarios, nyarios yén anjeunna sareng Patih Sangkuni duanana tamu, janten henteu pantes pikeun sasama tamu pikeun silih atur. Danghyang Druna teras naros ka Raja Mustikadarma kanggo waleranna, naha aplikasi Karajaan Hastina ditampi.Prabu Mustikadarma ngajawab yén anjeunna salaku kolot ngan ukur tiasa berkah. Perkawis perkawis milih salaki, sadayana dipasrahkeun ka Dewi Mustikawati. Saatos kéngingkeun ijin ti bapakna, Dewi Mustikawati ogé nyarios yén anjeunna hoyong tiasa kéngingkeun pusaka Cupumanik Gambar Jagad. Saha waé anu tiasa minuhan kahoyongna, maka éta jalma bakal dipilih janten calon salaki. Ngadangu éta, Patih Sangkuni moyok ka Dewi Mustikawati anu ngan ukur putri nagara alit tapi ngagaduhan kahoyong mulya. Henteu kedah repot-repot naroskeun hal-hal anéh sapertos kitu, cukup wartoskeun ka sabaraha mahar anu anjeun pikahoyong, maka Karajaan Hastina bakal mayar sapinuhna tanpa sieun béak harta karun. Dewi Mustikawati ngawaler, Patih Sangkuni ulah ngahinakeun awéwé salaku jalma anu edan kana harta. Henteu sadaya awéwé tiasa dipésér sareng dipasihan kabeungharan sareng emas, permata. Upami leres Raden Lesmana Mandrakumara henteu tiasa ngawujudkeun Cupumanik, teu aya masalah. Aya lalaki sanés anu sanggup. Raden Antasena ogé nyindiran Karajaan Hastina, anu sok gagal dina pasanggiri pikeun awéwé, janten wajar mun ayeuna sieun sareng nyebarkeun sarébu alesan. Anjeunna teras pamitan ka Prabu Mustikadarma sareng Dewi Mustikawati pikeun milarian cupumanik. Danghyang Druna henteu hoyong ditingalkeun. Anjeunna langsung ngajak Patih Sangkuni badé milari pusaka ieu.Saatos dua partai angkat, ujug-ujug Prabu Boma Narakasura ti Karajaan Trajutresna ogé hoyong ngalamar Déwi Mustikawati salaku calon pamajikan. Dewi Mustikawati ngawaler yén anjeunna daék nikah salami aya lalaki anu tiasa minuhan kahoyongana, nyaéta nampilkeun Gambar Cupumanik Alam Semesta. Ngadangu jawaban éta, Raja Boma ngahajakeun ninggalkeun Karajaan Sunyapura. KURAWAS DITANGTUT DI ANTASENE RADEN Danghyang Druna sareng Patih Sangkuni kaluar ti istana Sunyapura tempat Arya Dursasana, Raden Srutayu, Raden Kartawarma, Raden Durmagati, sareng para Kurawa anu sanésna ngantosan. Danghyang Druna ngarasa bingung ngeunaan dimana milarian Gambar Cupumanik Alam Semesta. Patih Sangkuni nyarios yén milari cupumanik mangrupikeun padamelan Danghyang Druna, samentawis anjeunna sareng Kurawa jaga ngaleungitkeun pesaing. Dina hal ieu, anu kedah dileungitkeun nyaéta Radén Antasena supados henteu uih deui ka tempat Bambang Wisanggeni. Raden Durmagati nyarios yén Radén Antasena mangrupikeun putra Arya Wrekodara, sareng salami waktos ieu Kauravia sering kacau nalika merangan Radén Antareja atanapi Radén Gatutkaca. Janten, langkung saé upami niat nyerang Radén Antasena bakal ditingalkeun, sabab anu langkung penting nyaéta ngahiji milarian Gambar Cupumanik Jagad. Patih Sangkuni ngawaler, Radén Antasena henteu kedah kasieunan sabab anjeunna benten wujud ti dua saderekna anu gagah.Awakna Radén Antasena langkung alit, rupina polos sareng polos, katingalina ngan ukur pinter nyarios sareng teu ngagaduhan kakuatan. Langkung gancang dihapus, langkung saé. Patih Sangkuni parantos nangtoskeun éta. Pasukan dibagi dua. Danghyang Druna mawa satengah rombongan pikeun milari Cupumanik, Jagad, sedengkeun Patih Sangkuni sareng sésana ngudag Radén Antasena. Samentara éta, Radén Antasena, anu badé angkat ka tempat Bambang Wisanggeni, ujug-ujug dicegat ku Patih Sangkuni, Arya Dursasana, sareng para Kurawa anu sanés. Tanpa nyarios seueur, aranjeunna nyerang nonoman éta. Nanging, leres henteu disangka-sangka, Radén Antasena, anu nyanghareupan kasucian sareng polos, tétéla ngagaduhan kakuatan gaib di luhur Radén Antareja sareng Radén Gatutkaca. Nalika guyonan anjeunna ngéléhkeun Kaurava. Arya Dursasana sareng dulur-dulurna ditempas, kalebet Patih Sangkuni. Nanging, Raden Antasena émut yén anjeunna kedah langsung ngalaporkeun ka Bambang Wisanggeni sahingga teu aya waktos kanggo ulin sapertos kieu. BAMBANG WISANGGENI MENTA RÉSULASI indungna Raden Antasena berhasil kabur sareng akhirna dugi ka Duksinageni Kahyangan, dimana Bambang Wisanggeni ngantosan sareng indungna, Batari Dresanala. Sawatara waktos ka pengker Batari Dresanala memang ngutus Raden Antasena pikeun ngirim proposal ka Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma di Karajaan Sunyapura salaku calon pamajikan Bambang Wisanggeni.Ayeuna Raden Antasena parantos sumping ngalaporkeun hasil angkatna. Cenah mah Danghyang Druna sareng Patih Sangkuni ogé sumping ngalamar Dewi Mustikawati. Nanging, Dewi Mustikawati henteu nampi panerapan pésta naon waé, kajabi aya anu tiasa minuhan kahoyongana, nyaéta nyangking dina Cupumanik Gambar Alam Semesta. Batari Dresanala reuwas ngadangu kaayaan ieu. Anjeunna ogé nitah Bambang Wisanggeni ngabatalkeun kahoyongna pikeun nikah ka Dewi Mustikawati. Masih aya seueur budak awéwé anu tiasa janten pamajikan tanpa kedah naroskeun kaayaan anu sesah sapertos kieu. Bambang Wisanggeni ngajawab yén éta kaayaan anu sesah pisan sapertos nunjukkeun kumaha mahalna nilai Dewi Mustikawati. Anjeunna ogé tetep kana niat na, nyaéta ngajantenkeun budak awéwéna janten pamajikanana. Anjeunna teras naros perkawis lokasi Cupumanik urang Jagad. Batari Dresanala nyarios yén cupumanik mangrupikeun pusaka milik Sanghyang Padawenang, karuhun dewa anu cicing di Sawarga Awang-Awang Kumitir. Nanging, Bambang Wisanggeni henteu kedah langsung ka dinya. Masalah ieu masalah ageung. Bambang Wisanggeni kedah heula nyungkeun berkah sareng pangrojong bapakna, nyaéta Radén Arjuna. Bambang Wisanggeni matuh kana naséhat ieu. Saatos nyungkeun berkah indungna, anjeunna angkat ti sawarga Duksinageni sareng Radén Antasena.DANGHYANG DRUNA NANYA RADEN ARJUNA Samentawis éta, Radén Arjuna sasarengan sareng panakawan Kyai Semar, Nala Gareng, Petruk, sareng Bagong nuju ngumbara nyampurkeun kahadéan. Radén Arjuna badé ngalaman tapa ngrame, nyaéta ngabantosan saha waé anu ngalaman kasusah. Ujug-ujug aranjeunna pendak sareng Danghyang Druna anu dikawal ku Bambang Aswatama sareng ogé sababaraha Kurawa. Saatos nyanggakeun salam, Raden Arjuna ogé naros ka mana guruna badé angkat. Danghyang Druna ngajawab yén anjeunna sumping ka Radén Arjuna ngahaja nyungkeun bantosan dina milarian pusaka Cupumanik Gambar Jagad. Pusaka ieu mangrupikeun prasyarat anu kedah ditepikeun ku Raden Lesmana Mandrakumara kanggo ngalamar Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma di Karajaan Sunyapura. Radén Arjuna, anu badé ngalakukeun tapa ngrame, satuju kana paménta Danghyang Druna. Anjeunna kersa ngabantosan kéngingkeun pusaka Cupumanik Jagad. Saatos pasatujuan, aranjeunna teras papisah. BAMBANG WISANGGENI MENTA RÉSULUR BAPA Raden Arjuna, anu leumpang sareng panakawan, ogé pendak sareng Bambang Wisanggeni anu dibarengan ku Radén Antasena. Saatos salam ka bapakna, Bambang Wisanggeni ogé nyungkeun berkah yén anjeunna badé nikah. Raden Arjuna naroskeun saha awéwé éta bakal janten minantu na. Bambang Wisanggeni ngajawab yén awéwé éta dingaranan Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma ti Karajaan Sunyapura.Radén Arjuna naros naha leres yén mojang parantos ngajukeun kaayaan pikeun disayogikeun sareng Cupumanik Gambar Alam Semesta. Bambang Wisanggeni ngajawab leres. Ngadéngé éta, Radén Arjuna nolak masihan berkah. Anjeunna parantos atosan kana paménta Danghyang Druna, janten anjeunna henteu tiasa ngabantosan janten di sisi Karajaan Hastina. Ku sabab éta, anjeunna ogé nyarankeun Bambang Wisanggeni pikeun nyerahkeun niatna pikeun nikah ka Dewi Mustikawati. Bambang Wisanggeni nolak saran bapakna. Anjeunna parantos sumpah yén anjeunna ngan ukur bakal nikah ka Dewi Mustikawati nyalira, sareng henteu hoyong ngalih kana manah anu sanés. Radén Arjuna ambek sabab putrana nampik anjeunna. Anjeunna ogé nabrak Bambang Wisanggeni sareng ngancam badé ngéléhkeun anjeunna upami anjeunna masih keukeuh nikah ka Dewi Mustikawati. Bambang Wisanggeni henteu kasieunan kana ancaman bapakna, sabab anjeunna rumaos nikah ka budak awéwé éta henteu salah. Raden Arjuna beuki ambek sareng nyerang putrana. Bambang Wisanggeni kapaksa nyanghareupan serangan bapakna. Anjeunna ngan ukur ngajauhan sareng paré, henteu kantos males hit Radén Arjuna pisan. Nanging, unggal-unggal pananganna digoréng, éta sok ngajantenkeun panangan atanapi suku Radén Arjuna karaos nyeri sareng nyeri. Kakuatan gaib Bambang Wisanggeni leres-leres luhurna saluhureun Raden Arjuna. Raden Antasena sareng panakawan ngan ukur nonton di sisina, kecuali Kyai Semar anu milih bobo handapeun tangkal. PRABU KRESNA NGARASA BAPA JEUNG ANAK Saatos lami tarung, Radén Arjuna tungtungna capé teras neken.Ujug-ujug bayangan hideung némbongan ngaganggu perang aranjeunna. Jalma éta henteu sanés nyaéta Raja Kresna, raja Dwarawati. Radén Arjuna sareng Bambang Wisanggeni sami-sami nyapa. Prabu Kresna naros kunaon bapa sareng putrana gelut di jalan, naha aranjeunna latihan dina perang? Radén Arjuna ngawaler yén anjeunna nyobian nyegah Bambang Wisanggeni tina nyungkeun berkah pikeun nikah ka Dewi Mustikawati. Ieu kusabab anjeunna parantos ngajangjikeun Danghyang Druna pikeun ngabantosan Gambar Cupumanik Alam Semesta salaku kaayaan pikeun Radén Lesmana Mandrakumara pikeun ngalamar budak awéwé éta. Prabu Kresna nyauran Radén Arjuna leres-leres anéh, sabab jangji anjeunna ka Danghyang Druna nyaéta ngabantosan kéngingkeun cupumanik, henteu ngabantosan nyegah Bambang Wisanggeni. Radén Arjuna ngawaler, upami henteu dicegah maka Bambang Wisanggeni bakal tiasa kéngingkeun pusaka. Saur Raja Kresna, éta hartosna Radén Arjuna henteu percaya diri, kasieunan nandingan anakna sorangan. Malihan, upami Bambang Wisanggeni ngatur kéngingkeun cupumanik, hartosna pertandingan Dewi Mustikawati sanés Radén Lesmana. Raja Kresna ogé nyarios yén anjeunna dipenta pikeun ngabantosan Raja Boma Narakasura pikeun mendakan cupu pusaka, tapi anjeunna nolak. Raden Arjuna panasaran naha Raja Kresna henteu kersa ngabantosan putrana nyalira.Raja Kresna ngajawab yén anjeunna ngahaja henteu ngabantosan Raja Boma sabab anjeunna prediksi yén Dewi Mustikawati moal janten jodo putrana. Kadua, Prabu Boma ogé henteu leres-leres bogoh ka Déwi Mustikawati. Raden Arjuna rumaos henteu pasti. Anjeunna ogé naroskeun saha waé pertandingan mojang éta, naha Bambang Wisanggeni atanapi Radén Lesmana Mandrakumara. Raja Kresna henteu némbalan, tapi naros ka Kyai Semar anu perjalananna hoyong ngiringan. Kyai Semar gugah tina bobo sareng nyarios hoyong ngiringan Bambang Wisanggeni hungkul. Tina jawaban ieu, Raden Arjuna tiasa nyimpulkeun yén Dewi Mustikawati ditakdirkeun janten pamajikan Bambang Wisanggeni. Anjeunna ogé nangkeup putrana sareng nyungkeun hapunten, sareng mberkahi anjeunna kabeneran kéngingkeun Gambar Cupumanik Alam Semesta. Bambang Wisanggeni hatur nuhun. Anjeunna teras nyungkeun pamit ka ramana sareng ogé ka Raja Kresna angkat ka Surga Awang-Awang Kumitir. Kyai Semar sareng Raden Antasena ngiringan ka tukang. BAMBANG WISANGGENI Kéngingkeun CUPUMANIK GAMBAR JAGAD Di Kahyangan Awang-Awang Kumitir, Sanghyang Padawenang nampi kadatangan Bambang Wisanggeni sareng rombonganana. Éta sadayana ngadeuheusan ka karuhun déwa ieu. Bambang Wisanggeni teras nyarioskeun niat sumpingna, nyaéta anjeunna hoyong nginjeum gambar Cupumanik Jagad salaku sarat pikeun nikah ka Dewi Mustikawati.Sanghyang Padawenang ngabulkeun pamundut Bambang Wisanggeni kusabab Dewi Mustikawati ngagaduhan karemenan pikeun nonoman éta. Nanging, Gambar Cupumanik Alam Semesta kedah dipulangkeun ka anjeunna, nalika Perang Bratayuda badé pecah antara Pandawa sareng Kaurawa. Teras, nalika Bambang Wisanggeni sareng Raden Antasena ngabalikeun cupumanik, Sanghyang Padawenang ogé bakal ngabagi nasib aranjeunna. Bambang Wisanggeni sareng Raden Antasena panasaran. Aranjeunna naroskeun nasib naon anu bakal karandapan ku aranjeunna. Sanghyang Padawenang teu kersa ngawaler kumargi waktosna sanes waktosna. Kyai Semar mamatahan ka dua nonoman éta pikeun hirup anu hadé, teu kedah dipikir-pikir ieu. Teras, nalika waktuna parantos sumping, anjeunna bakal ngingetkeun Bambang Wisanggeni sareng Radén Antasena kanggo pendak sareng Sanghyang Padawenang ku ngahijikeun deui Gambar Cupumanik Alam Semesta. Sanghyang Padawenang parantos cekap kanggo dinten ayeuna. Bambang Wisanggeni sareng anu sanésna ogé naroskeun ninggalkeun Kahyangan Awang-Awang Kumitir kalayan nyandak cupu pusaka anu dipilari. PRABU BOMA FACES WISANGGENI BAMBANG Bambang Wisanggeni sareng rombongan na parantos uih deui kana taneuh. Aranjeunna ogé neraskeun perjalanan ka Karajaan Sunyapura. Ujug-ujug aranjeunna dicekel ku Prabu Boma Narakasura sareng Patih Pancadnyana anu badé nyandak Gambar Cupumanik Alam Semesta. Bambang Wisanggeni pageuh nolak nyerahkeun cupumanik.Janten, aya gelut antara anjeunna sareng Raja Boma, sedengkeun Raden Antasena merangan Patih Pancadnyana. Prabu Boma diteken ngalawan Bambang Wisanggeni anu lincah sareng sakti. Anjeunna tungtungna éléh ku dulur misan na. Bambang Wisanggeni ogé naros kunaon Prabu Boma hoyong Cupumanik Jagad, upami haténa henteu tulus mikanyaah Déwi Mustikawati. Prabu Boma reuwas mendakan Bambang Wisanggeni tiasa nebak naon anu aya dina jero haténa. Anjeunna ogé nyarios yén ieu sadayana kusabab pamundut istrina, nyaéta Dewi Agnyanawati. Prabu Boma nyarios ka kuring yén anjeunna nembé nikah ka Déwi Agnyanawati, kaponakan awewe Patih Pancadnyana. Nanging, istrina sok nolak upami Raja Boma nyungkeun anjeunna kaluar. Prabu Boma ogé ngadesek Déwi Agnyanawati sareng naroskeun naon anu dipikahoyongna. Dewi Agnyanawati nyarios yén anjeunna kersa ngawula ka Prabu Boma nalika digabungkeun sareng sahabatna, Dewi Mustikawati ti Karajaan Sunyapura. Raden Antasena bari néwak Patih Pancadnyana ogé nyarios. Anjeunna mamatahan ka Prabu Boma janten salaki anu panceg, henteu hoyong dititah ku istrina sapertos kitu. Naon gunana nikah sareng Dewi Mustikawati upami anjeun henteu bogoh ka anjeunna? Naha éta henteu sami sareng nyiksa mojang? Apalagi, upami Prabu Boma maksakeun anjeunna nikah ka awéwé anu sanés jodo na, éta hartosna anjeunna nyita calon pasangan lalaki anu ditakdirkeun janten pasangan Dewi Mustikawati. Prabu Boma ngémutan kecap Radén Antasena anu asup akal.Anjeunna ngaraos dirina teuing egois sabab pikeun nyenangkeun Dewi Agnyanawati éta ngarugikeun Déwi Mustikawati sareng ogé lalaki sanés anu ditakdirkeun janten paséa mojang. Saatos panginten kitu, anjeunna ogé nyatakeun yén anjeunna bakal mundur tina kompetisi ieu. Raja Boma teras maréntahkeun Patih Pancadnyana pikeun balik deui ka Karajaan Trajutresna, nalika anjeunna hoyong nyaksian perkawinan antara Bambang Wisanggeni sareng Dewi Mustikawati. BAMBANG WISANGGENI AYEUNA PUSAKA CUPU KA PAMAJIKANNYA PROSPEKTIF Bambang Wisanggeni, Raden Antasena, Prabu Boma, sareng panakawan neraskeun perjalanan ka Karajaan Sunyapura. Di jalan aranjeunna dihalangan ku Danghyang Druna sareng Patih Sangkuni dibarengan ku para Kurawa anu ngiringan. Upami sateuacanna, urang Kurawa anu ngiringan Patih Sangkuni tiasa éléh ku Radén Antasena, maka ayeuna jumlahna parantos bertambah sabab ngagabung sareng Kurawa anu ngiringan Danghyang Druna. Ku jumlah langkung seueur, aranjeunna yakin aranjeunna tiasa ngéléhkeun Radén Antasena sareng ngarebut Jagad Gambar Cupumanik tina panangan Bambang Wisanggeni anu ipis sareng alit. Nanging, Kaurawa henteu ngarepkeun Raja Boma bakal aya sareng aranjeunna. Patih Sangkuni ogé ngasupan Prabu Boma ngiluan kauravia sahingga sacara koléktif tiasa nyandak Cupumanik Alam Semesta. Prabu Boma rumaos teu yakin, émut kana jangji ka Déwi Agnyanawati.Nanging, Raden Antasena geuwat naros, upami Cupumanik urang Jagad ditéwak, maka saha anu bakal nikah sareng Dewi Mustikawati. Danghyang Druna geuwat ngajawab, tangtosna Radén Lesmana Mandrakumara. Ngadangu jawaban éta, Raja Boma henteu ragu-ragu deui. Anjeunna ogé luluncatan di grup ti Karajaan Hastina. Raden Antasena ngabantosan. Kaurawa deui dipaéhan ku duaan. Ngarasa diteken, Danghyang Druna ogé ngondang Patih Sangkuni sareng anu sanésna mundur, pikeun balik deui ka Karajaan Hastina. Bambang Wisanggeni sareng rombongan neraskeun perjalanan sareng akhirna dugi ka Karajaan Sunyapura. Ternyata Prabu Kresna sareng Raden Arjuna parantos sumping di dinya, linggih sareng Prabu Mustikadarma sareng Dewi Mustikawati. Raja Kresna bungah ningali Prabu Boma ngiringan kana kelompok ieu sareng sadar kalepatanana. Bambang Wisanggeni maju sareng nyerahkeun Cupumanik Jagad ka Dewi Mustikawati. Budak awéwé lalaunan narima éta. Sakali anjeunna muka pusaka cupu, anjeunna tiasa ningali tempat wisata di panjuru dunya, naha éta pandangan di dunya nyata, atanapi adegan dina alam gaib. Ningali putrina katingalina bageur, Prabu Mustikadarma ogé nyatakeun Bambang Wisanggeni anu meunang kompetisi. Poe éta anjeunna ogé nikah ka Bambang Wisanggeni ka Déwi Mustikawati. Raja Kresna sareng Radén Arjuna deui masihan berkah pikeun perkawinan.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)