Indonesia

Kampung Kuta: Kampung seribu pantangan yang diminati wisatawan Nama Kuta berasal dari kata ‘Mahkuta’ atau mahkota dianggap sebagai ratunya perhiasan emas di Leuweung Gede. Yuli Saputra Published: 10:02 AM December 5, 2015 Updated: 3:23 PM December 6, 2015 KAMPUNG KUTA. Plang larangan di Kampung Kuta. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com BANDUNG, Indonesia – Pria itu berjalan sendiri, menikmati suasana kampung sambil mengabadikan momen menarik dalam setiap jepretan kameranya. Tak sadar, ia jauh melangkah sampai masuk hutan keramat. Karena ketidaktahuannya, ia tetap asyik memainkan kamera fotonya sampai sesosok anjing hitam sebesar sapi berdiri di hadapannya. Hutan keramat oleh warga Kampung Kuta disebut Leuweung Gede. Ki Warja menyakini di hutan itulah Dayang Sumbi, ibunda Sangkuriang, dibuang. Dalam legenda Gunung Tangkuban Parahu, diceritakan Dayang Sumbi ditemani seekor anjing hitam bernama Si Tumang, yang juga merupakan ayah Sangkuriang. “Anjing itulah yang menampakkan diri pada si pemuda yang motret hutan itu,” kata Ki Warja awal bulan ini saat ditemui Rappler di kediamannya. Cerita lainnya, sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di kampung itu, tersesat karena bermain di Sungai Cijolang tanpa ditemani warga setempat. Enam belas orang mahasiswa itu sempat hilang hingga berjam-jam. Ketika ditemukan Ki Warja, mereka dalam kondisi kebingungan karena jalan yang mereka lalui sebelumnya seolah-olah hilang tak berbekas. “Padahal mereka sudah dinasehati tidak boleh keliaran di atas jam lima sore, mereka malah main air ke kali, gak ada yang nemani,” kata kakek berusia 67 tahun itu. KAMPUNG KUTA. Ki Warja, sesepuh Kampung Kuta. Folo oleh Yuli Saputra/Rappler.com Ki Warja adalah sesepuh Kampung Kuta. Kampung ini berada di Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Bandung jaraknya bisa 177 km dengan jarak tempuh berkendaraan sekira 4 jam. Sedangkan dari pusat Kota Ciamis, kampung itu berjarak sekitar 45 km. Kampung Kuta dikategorikan sebagai kampung adat yang dipimpin oleh seorang ketua adat. Selain ketua adat, ada kuncen dan sesepuh yang dihormati warganya. Dalam pengambilan keputusan, musyawarah menjadi cara untuk mencapai mufakat, termasuk dalam memilih sesepuh. “Sesepuh itu yang dianggap paling nyaho (tahu) aman tidaknya masyarakat Kuta, yang tanggung jawab kapan mulainya menanam padi sampai jadi beras. Bahkan sampai beras itu dimasak jadi nasi,” jelas Ki Warja yang telah menjadi sesepuh Kampung Kuta sejak 2002. Kampung ini memiliki banyak sekali pantangan baik bagi warganya maupun pendatang. Namun hal itulah yang membuat warga kampung masih memegang teguh tradisi leluhurnya. Di kampung ini, rumah-rumah penduduknya masih berbentuk panggung dengan atap rumbia atau ijuk dan berdinding anyaman bambu. Seluruh bahan bangunan rumah harus terbuat dari bambu dan kayu. “Pantranganna (pantangannya) bikin rumah harus panggung, dindingnya tidak boleh tembok. bentuknya harus persegi panjang, tidak letter U atau bentuk lain. Tempat menyimpan beras harus dekat ke tempat tidur. Kalau rumah diperbaiki, tidak boleh nambah ruangan ke Timur atau Utara, kalau ke Selatan atau Barat bisa,” papar Ki Warja. Warga Kampung Kuta juga dilarang membuat kamar mandi atau jamban di masing-masing rumah. Untuk kebutuhan mandi cuci kakus, warga menggunakan kamar mandi umum yang ada di tempat tertentu. Biasanya menyatu dengan kolam iklan milik warga. Kamar mandi dan jamban terbuat dari bambu tanpa pintu dan setengah terbuka. Airnya berasal dari mata air yang mengalir melalui pancoran. “Tidak boleh ada kamar mandi di rumah karena tidak boleh ada kubakan (septictank), jadi ngalir ke kali. Ini untuk mencegah demam berdarah dan penyakit lainnya. Kamar mandi juga tidak boleh ditembok,” jelasnya. Membangun rumah juga tidak boleh ngompleks atau berkumpul. Harus berderet dengan jumlah maksimal empat rumah. Rata-rata rumah di Kampung Kuta berderet sebanyak dua rumah. Itulah sebabnya, di kampung ini masih banyak ruang terbuka. KAMPUNG KUTA. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com Aturan mengenai tata bangunan membuat Kampung Kuta tampak unik. Inilah yang menjadikan Kampung Kuta menjadi tujuan wisata di Jawa Barat. Selain itu, warga Kampung Kuta juga punya pantangan lain, yaitu tidak boleh menguburkan jenazah di kawasan kampung agar air tanah tidak tercemar. Tidak boleh membuat sumur bor karena tanah di Kampung Kuta labil. Kampung seribu pantangan ini memiliki wilayah seluas 185.192 hektar. Sebagian sebagian besar lahannya dipergunakan untuk perkebunan dan pesawahan. Tak heran jika suasana di kampung ini masih asri dengan udara yang masih terasa segar. Udara yang segar juga dipasok oleh hutan seluas 32.886 hektar. Hutan itu masih terjaga kelestariannya karena dianggap sebagai hutan keramat tempat para leluhur bersemayam. Kampung Sejuta Legenda Hutan keramat oleh warga Kampung Kuta disebut Leuweung Gede. Warga di sini masih meyakini di dalam hutan itulah Dayang Sumbi, ibunda Sangkuriang, dibuang. Dalam legenda Gunung Tangkuban Parahu, diceritakan Dayang Sumbi ditemani seekor anjing hitam bernama Si Tumang, yang juga merupakan ayah Sangkuriang. Sejarah Kampung Kuta juga lekat dengan legenda Kerajaan Galuh (600-an Masehi). Konon, Kampung Kuta akan dijadikan pusat Kerajaan Galuh oleh Prabu Ajar Sukaresi. Namun rencana itu batal. Kampung Kuta lalu disebut sebagai nagara burung yang berarti daerah yang batal menjadi ibukota Kerajaan Galuh. KAMPUNG KUTA. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com Bukit-bukit itu oleh warga diberi nama sesuai asal usulnya, Gunung Semen, Gunung Kapur, Gunung Barang, Gunung Wayang, dan Gunung Pandai Domas (pandai besi) yang kini membentengi Kampung Kuta. Leweung Gede dan tempat-tempat penyimpanan bahan bangunan yang gagal digunakan lalu ditetapkan sebagai tempat keramat. Masyarakat Kuta yakin merupakan keturunan Kerajaan Galuh yang memliki tugas untuk memelihara dan menjaga kekayaan Raja Galuh. Tugas tersebut diemban oleh juru kunci (kuncen). Ki Bumi, yang diduga Pangeran Pakpak, adalah kuncen pertama. Ia diutus Raja Cirebon untuk menyebarkan Agama Islam ke daerah Selatan. Tempat Wisata yang Unik Kampung Kuta memiliki potensi wisata yang lain daripada yang lain. Suasana kampung yang masih asli dan asri menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke kampung adat ini. Keunggulan lainnya adalah banyaknya ancepan atau situs bersejarah yang bisa dikunjungi. Terdapat 24 ancepan di Kampung Kuta yang semuanya memiliki cerita terkait legenda Kerajaan Galuh. Untuk mencapai Kampung Kuta, ada dua jalur yang bisa ditempuh, yakni melalui Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis atau Katapang Kota Banjar. Kondisi jalan di kedua jalur tersebut berkelok-kelok dan naik turun dengan pemandangan hutan Jati. Namun kondisi jalan jalur Rancah lebih mulus dibanding Katapang sehingga jarak tempuh jauh lebih cepat. Bila tidak menggunakan kendaraan pribadi, bisa menyewa ojek atau angkutan umum. Berikut 5 dari 24 ancepan yang sempat dikunjungi Rappler 1. Leuweung Gede Hutan yang dianggap keramat itu terjaga kelestariannya dari dahulu hingga kini. Hal itu disebabkan masyarakat sekitar menganggap hutan tersebut dihuni oleh makhluk gaib. Karena terjaga kelestariannya, Leuweung Gede mendapat penghargaan Kalpataru sebagai penyelamat lingkungan pada 2002. Kekeramatan hutan itu sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat mendapatkan kesuksesan dengan cara melakukan sejumlah ritual. Tapi dilarang keras memohon kekayaan karena itu menunjukkan ketamakan. “Kalau ingin lulus ujian, terpilih jadi anggota dewan, bisa,” ujar Ki Warja sambil menyebutkan cucu seorang tokoh bangsa yang pernah melakukan ritual di Leuweung Gede. KAMPUNG KUTA. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com Ada sejumlah pantangan yang harus diikuti oleh seseorang yang ingin memasiuki Leuweung Gede, yakni tidak boleh mengenakan alas kaki, tidak boleh meludah, dilarang memanfaatkan dan merusak sumber hutan. Selain itu, masuk ke dalam hutan tak boleh pakai baju dinas dengan tanda pangkat, memakai baju hitam-hitam, membawa tas, memakai alas kaki, berbuat gaduh, dan memakai perhiasan emas. Perempuan yang sedang datang bulan pun dilarang masuk ke hutan keramat. Menurut Ki Warja, banyak yang tidak percaya dan melanggar pantangan. Seperti membawa perhiasan emas ke dalam hutan. “Akibatnya banyak yang hilang emasnya karena mereka tidak percaya,” katanya. Ki Warja menjelaskan, nama Kuta berasal dari kata Mahkuta atau mahkota yang dianggap sebagai ratunya perhiasan emas yang ada di Leuweung Gede. “Jadi kalau ada yang pakai emas, ketarik sama mahkuta, masuk ke dalam tanah, makanya banyak yang hilang,” ujar Kakek yang bernama asli Sanmarno ini. Leuweung Gede hanya bisa dikunjungi setiap Senin dan Jumat mulai pukul 08.00 hingga 16,00. 2. Gunung Barang Gunung Barang berada di sebelah Barat Daya kampung, berupa sebuah gundukan tanah yang konon dulunya adalah barang-barang perlengkapan untuk membangun pusat Kerajaan Galuh. Karena urung, barang-barang tersebut disimpan dan ditimbun di dalam sebuah gundukan tanah. Menurut Ki Warja, tempat ini juga sering dijadikan tempat bersemedi. 3. Gunung Padaringan Padaringan adalah kata dari Bahasa Sunda yang berarti tempat menyimpan beras. Benda itulah yang konon menjadi asal mula terbentuknya Gunung Padaringan. Masyarakat Kuta percaya adanya Gunung Padaringan membuat mereka tidak pernah kekurangan pangan. Bahkan sejak dulu, mereka sudah swasembada beras. KAMPUNG KUTA. Pandaringan di Kampung Kuta. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com “Di sini tidak ada warung yang jual beras, itu artinya masyarakat sudah menghasilkan beras sendiri,” jelas Ki Warja sambil menyebutkan semua penduduk Kuta bermatapencaharian sebagai petani. Gunung Padaringan dianggap sebagai tempat beras sedunia yang menghidupi masyarakat di dunia. Tak jauh dari Gunung Padaringan ada sebuah pohon besar dengan lubang di tengahnya. Warga percaya di pohon itu hidup seekor tokek berukuran besar. “Seperti tokek di rumah-rumah yang biasanya diam di dekat padaringan untuk menghalau tikus,” jelasnya. 4. Batu Goong Batu Goong awalnya adalah Go’ong (Gong), sebuah alat Kesenian Sunda, yang berukuran besar. Alat musik ini juga peninggalan Kerajaan Galuh yang disebut Go’ong Sadunya. Lokasinya berada di sebelah Timur Laut. Menurut riwayat, Gong aslinya disimpan di Masjid Agung Cirebon. 5. Ciasihan Ciasihan adalah sebuah tempat pemandian yang konon airnya bisa membuat seseorang dikasihi. Letaknya berada di tengah kampung. Ciasihan berasal dari kata cai (air) dan asih (kasih) yang berarti airnya dipercaya bisa menimbulkan kasih sayang. Tempat ini sering didatangi orang yang mengharapkan mendapat jodoh dengan mandi di sana. Airnya berasal dari sebuah mata air yang juga menjadi sumber air warga setempat. KAMPUNG KUTA. Ciasihan di Kampung Kuta. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler.com Kampung Kuta mulai didatangi wisatawan pada 2002, setelah kampung tersebut mendapat penghargaan Kalpataru. Sejak dikenal sebagai tempat wisata, kampung yang penduduknya tak pernah lebih dari 400 jiwa ini berubah suasananya menjadi lebih ramai. Wisatawan tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga mancanegara. “Di mana-mana darongkap (datang). Dari Jakarta, Bandung, Bogor. Dari luar negeri juga datang, dari Perancis, Korea, Selandia Baru,” kata Saryaman (60) yang warungnya jadi laris manis. Fasilitas untuk wisatawan juga disediakan seperti penginapan yang bayarannya berdasarkan kesepakatan. Ada pula panggung kesenian yang biasanya dipergunakan untuk mempertontonkan kesenian warga Kuta. Walau ada pantangan untuk mempertunjukkan wayang dan cerita lakon lainnya, namun warga Kuta sendiri memiliki sejumlah kelompok kesenian. Jenis kesenian yang mereka pertontonkan adalah Calung, Tari Jaipong, dan musik Dangdut. Setiap tanggal 25 Safar, warga Kuta memiliki tradisi untuk menggelar Upacara Adat Nyuguh. Tradisi ini sebagai tanda syukur kepada Tuhan dan Bumi yang telah menganugerahkan pangan bagi warga kampung. Pelaksanaan upacara ini diminati oleh wisatawan sebagai tontonan budaya. Beragam tujuan orang datang ke Kampung Kuta. Ada yang berniat ziarah dengan maksud tertentu atau murni untuk berwisata alam dan budaya. Banyak juga mahasiswa yang menjadikan Kampung Kuta sebagai pilihan untuk melaksanakan kuliah kerja nyata. Namun tidak banyak yang tahu jika Kampung Kuta memiliki kekayaan tanaman obat. Beragam tanaman dengan fungsi menyembuhkan aneka penyakit, tumbuh subur di tanah Kuta. Kacapiring untuk mengobati penyakit lambung (maag), Handeuleum untuk obat Wasir, Pisang Kidang menyembuhkan diare berdarah, Tangkalak untuk penyakit bisulan, Daun Pecah Beling untuk obat kencing batu, Daun Sadagori untuk menurunkan tekanan darah tinggi, dan aneka bahan obat herbal lainnya. “Rombongan mahasiswa keperawatan pernah datang ke sini khusus untuk belajar soal tanaman obat,” ungkap Ki Warja. Berwisata ke Kampung Kuta adalah seperti sebuah paket lengkap. Pengalaman bertambah, wawasan pun meningkat.—Rappler.com

Sunda

Kampung Kuta: Kampung sarébu panto anu pikaresepeun pikeun turis Ngaran Kuta asalna tina kecap 'Mahkuta' atanapi makuta dianggap ratu perhiasan emas di Leuweung Gede. Yuli Saputra Diterbitkeun: 10:02 AM 5 Desember 2015 Diropéa: 3:23 PM 6 Desember 2015 KAMPUNG KUTA. Larangan signpost di Désa Kuta. Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com BANDUNG, Indonesia - Lalaki lumpat nyalira, ngaraosan suasana désa bari nyandak waktos anu pikaresepeun dina nembakan kaméra-Na. Teu sadar, anjeunna ngaléngkah jauh ka leuweung suci. Kusabab teu jahil, anjeunna tetep nyerep dina maén kaméra poto dugi anjing hideung ukuran sapi nangtung di hareupeunana. Leuweung suci ku warga Kuta Désa disebut Leuweung Gede. Ki Warja percaya di leuweung yén Dayang Sumbi, indung Sangkuriang, diusir. Dina legenda Gunung Tangkuban Parahu, Dayang Sumbi disauran dibarengan ku anjing hideung anu ngaranna Si Tumang, anu ogé bapa Sangkuriang. "Anjing éta mangrupikeun naon anu katémbong ka pamuda anu nyandak shot leuweung," saur Ki Warja awal bulan ieu nalika Rappler patepung di tempatna. Carita sanésna, sakelompok siswa anu ngalaksanakeun kuliah karya nyata (KKN) di kampung, éléh kusabab maén di Walungan Cijolang tanpa dibarengan ku warga lokal. Genep belas murid parantos leungiteun sababaraha jam.Nalika Ki Warja kapendak, aranjeunna dina kaayaan kabingungan sabab jalan anu aranjeunna lakukeun saencan sigana ngaleungit tanpa racak. "Sanaos parantos disarankan pikeun henteu liar liwat jam lima sonten, aranjeunna langkung maénkeun cai ka susukan, teu aya anu ngiringan," saur aki aki 67 taun. KAMPUNG KUTA. Ki Warja, sesepuh desa di Kuta. Folo ku Yuli Saputra / Rappler.com Ki Warja nyaéta sesepuh Désa Kuta. Kampung ieu ayana di Désa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Kulon. Ti Kota Bandung jarakna tiasa 177 km kalayan jarak nyetir kirang langkung 4 jam. Samentawis ti puseur Kota Ciamis, désa sakitar 45 km jauhna. Kampung Kuta dikategorikeun salaku kampung tradisional anu dipimpin ku pamimpin tradisional. Salian pamimpin tradisional, aya kuncen sareng sesepuh anu di hormat ku wargana. Dina nyieun kaputusan, musyawarah janten cara pikeun ngahontal konsensus, kalebet dina milih sesepuh. "Para kokolot dianggap anu paling terang (terang) aman atanapi henteu masarakat Kuta, tanggung jawab ti nalika ngamimitian melak pare dugi ka pare. Bahkan sangu parantos parantos diasah, "jelas Ki Warja, anu parantos janten sesepuh di Kuta saprak 2002. Désa ieu ngagaduhan seueur larangan pikeun warga sareng pendatang. Tapi éta anu ngajantenkeun masarakat tetep ngajunjung tradisi karuhunna.Di désa ieu, imah masarakat masih dina tonggong sareng hateup palem anu nyumput atanapi tembok awi. Sadaya bahan wangunan kedah didamel tina awi sareng kai. "Pantranganna (pantat) kedah ngadamel bumi dina stilts, témbok moal tiasa aya témbok. bentukna kedahna segi opat, henteu hurup U atanapi bentuk sanés. Panyimpian sangu kedahna caket kana ranjang. Upami imahna diperyogikeun, éta moal tiasa nambihan kamar ka Wétan atanapi Kalér, upami ka Kidul atanapi Kulon mah, "saur Ki Warja. Warga Kampung Kuta ogé dilarang ngadamel kamar mandi atanapi pipa di imah masing-masing. Pikeun kabutuhan mandi sareng ngumbah jamban, warga nganggo kamar mandi umum di tempat-tempat anu tangtu. Biasana hiji sareng kolam renang iklan komunitas. Kamar mandi sareng toilet kakangna tina awi tanpa panto sareng satengah kabuka. Cai asalna tina sumber cai anu ngalir kana pancuran. "Teu kedah janten kamar mandi di bumi kumargi kuring teu tiasa gaduh (septictank), janten angkat ka walungan. Ieu pikeun nyegah muriang demam sareng panyakit sanés. Kamar ogé kedah henteu aya tembok, "jelasna. Ngawangun imah ogé henteu kénging kompleks atanapi kumpul. Kedah ditata maksimal opat imah. Rata-rata imah di Kampung Kuta dijejeran ku dua imah. Éta sababna, di désa ieu masih aya rohangan kabuka. KAMPUNG KUTA.Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com Aturan ngeunaan tata perenah gedong ngajantenkeun Kampung Kuta katingal unik. Hal ieu anu ngajadikeun Kuta Village janten tujuan wisata di Jawa Barat. Salaku tambahan, warga Kampung Kuta ogé gaduh larangan anu sanés, anu henteu diubaran layon di daérah désa supados cai taneuh henteu ema. Ayeuna teu tiasa dibor kusabab lahan di Kampung Kuta teu stabil. Éta désa réwu pantang gaduh luas 185,192 héktar. Kalolobaan lahan ieu dipaké pikeun perkebunan sareng sawah. Teu heran suasana di kampung ieu tetep indah kalayan hawa anu masih seger. Hawa seger ogé disayogikeun ku leuweung anu nutupan luas 32,886 héktar. Hutan ieu masih dilestarikan kusabab dianggap leuweung suci dimana para karuhun cicing. Désa Juta Katerangan Leuweung suci ku warga Kuta Désa disebut Leuweung Gede. Warga didieu masih percaya di leuweung éta Dayang Sumbi, ibu Sangkuriang, diusir. Dina legenda Gunung Tangkuban Parahu, Dayang Sumbi disauran dibarengan ku anjing hideung anu ngaranna Si Tumang, anu ogé bapa Sangkuriang. Sejarah Kampung Kuta ogé aya hubunganana sareng legenda Karajaan Galuh (600 Masehi). Kitu cenah, Désa Kuta bakal janten pusat Karajaan Galuh ku Prabu Ajar Sukaresi. Tapi rencana éta dibatalkeun. Kampung Kuta teras dirujuk janten manuk nagara anu hartosna daérah anu dibatalkeun janten ibu kota Karajaan Galuh. KAMPUNG KUTA.Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com Pagunungan éta dingaranan ku penduduk dumasar kana asal usulna, Gunung Cement, Gunung Cretaceous, Gunung Barang, Gunung Wayang, sareng Gunung Pandai Domas (pandayana) anu ayeuna nguatkeun Kampung Kuta. Leweung Gede sareng tempat panyimpen kanggo gedong-gedong wangunan anu gagal dianggo teras ditunjuk janten tempat suci. Masarakat Kuta percaya yén maranéhanana ogé turunan Karajaan Galuh anu ngagaduhan kawajiban pikeun ngalestarikeun sarta ngalestarikeun kakayaan Raja Galuh. Tugasna dilaksanakeun ku juru kunci (kuncen). Ki Bumi, anu disangka Pangeran Pakpak, mangrupakeun konci anu pangheulana. Anjeunna dikirim ku Raja Cirebon pikeun nyebarkeun Islam ka beulah kidul. Objek Wisata Wisata Kampung Kuta gaduh poténsi pariwisata langkung seueur tibatan batur. Suasana désa anu masih asli sareng indah mangrupikeun obyek wisata pikeun wisatawan nganjang ka kampung tradisional ieu. Kauntungan anu sanés nyaéta jumlah ancepan atanapi situs bersejarah anu tiasa didatangan. Aya 24 carita di Désa Kuta, sadayana aya carita anu aya hubunganana sareng legenda Karajaan Galuh. Ngahontal ka Kampung Kuta, aya dua jalur anu tiasa dipangku, nyaéta ngalangkungan Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis atanapi Katapang, Kota Banjar. Kaayaan jalan di duanana lorong-léngkah anu muka sareng ka handap kalayan pandangan leuweung Jati. Tapi, kaayaan jalur Rancah langkung lancar dibanding Katapang, janten jarakna langkung gancang.Upami anjeun henteu nganggo kendaraan pribadi, anjeun tiasa nyéwa taksi motor atanapi angkot umum. Ieu mangrupikeun 5 tina 24 ancepan anu dilongok Rappler 1. Leuweung Gede Leuweung anu dianggap sakti geus dilestarikan ti baheula dugi ka ayeuna. Éta disababkeun ku masarakat sakurilingna nganggap leuweung éta dicicingan ku makhluk gaib. Kusabab pelestarian na, Leuweung Gede dilélér panghargaan Kalpataru salaku tukang salamet di taun 2002. Pelestarian leuweung sering dianggo ku jalma-jalma anu boga tujuan pikeun suksés ku ngalaksanakeun sababaraha ritual. Tapi sacara ketat dilarang naroskeun harta sabab éta nunjukkeun karanjingan. "Upami anjeun badé lulus ujian, anjeun tiasa kapilih janten anggota dewan," saur Ki Warja bari nyarioskeun incu ti saurang tokoh nasional anu parantos ngalaksanakeun ritual di Leuweung Gede. KAMPUNG KUTA. Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com Aya sababaraha larangan anu kedah dituturkeun ku jalma anu hoyong nyerang Leuweung Gede, anu henteu kénging ngagem tapak suku, moal nyiduh, dilarang ngagunakeun sareng ngarusak sumber leuweung. Salaku tambahan, asup ka leuweung tiasa ngagem baju resmi kalayan pangkat, ngagem baju hideung, mawa kantong, ngagem sapasang kaki, ngajantenkeun bising, sareng nganggo perhiasan emas. Bahkan awéwé anu kareseban dilarang asup ka leuweung suci. Numutkeun Ki Warja, seueur anu henteu percanten sareng ngaréka panto. Siga mawa perhiasan emas ka leuweung."Hasilna seueur kaleungitan emas sabab henteu percanten," saur anjeunna. Ki Warja ngajelaskeun, nami Kuta asalna tina kecap Mahkuta atanapi makuta anu dianggap ratu perhiasan emas di Leuweung Gede. "Janten upami aya anu nganggo emas, narik sareng mahkuta, lebet kana taneuh, janten seueur leungit," saur aki anu nami nyata Sanmarno. Leuweung Gede ngan ukur tiasa dilongok unggal Senén sareng Jumaah ti 8:00 ka 16:00. 2. Gunung Barang Barang Gunung Barang perenahna di kidul-kulon désa, dina bentuk gundukan lahan anu disebatna parantos dianggo pikeun ngawangun pusat Karajaan Galuh. Kusabab aranjeunna gagal, barang-barangna disimpen sareng tumpuk di gundukan taneuh. Numutkeun Ki Warja, tempat ieu ogé sering dianggo minangka tempat semedi. 3. Gunung Padaringan Padaringan mangrupikeun basa Sundan anu hartosna tempat pikeun nyimpen béas. Éta hal cenah mangrupikeun asal usulna tina Gunung Padaringan. Jalma-jalma Kuta percaya yén ayana Gunung Padaringan ngajadikeun aranjeunna henteu kantos kakurangan dahareun. Malahan lami, aranjeunna cekap nyalira dina sangu. KAMPUNG KUTA. Pandaringan di Désa Kuta. Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com "Di dieu henteu aya warung anu ngajual béas, éta hartosna masarakat parantos ngahasilkeun béas sorangan," jelas Ki Warja bari nyarioskeun sadayana warga Kuta damel salaku patani.Gunung Padaringan dianggap minangka tempat béas di dunya anu ngadukung jalma-jalma di dunya. Teu tebih ti Gunung Padaringan aya tangkal ageung sareng liang di tengah. Warga percaya tangkal éta cicing di cawék anu ageung. "Sapertos geckos di bumi anu biasana tinggal caket padaringan ka bangsal mencit," jelasna. 4. Batu Goong Batu Goong tadina Go'ong (Gong), alat seni Sunda anu ageung. Alat ieu ogé mangrupa relik Karajaan Galuh anu disebut Go'ong Sadunya. Lokasi di Northeast. Numutkeun sajarah, Gong aslina dijaga di Masjid Agung Cirebon. 5. Asih Ciasihan mangrupikeun mandi dimana cai cenah diséépkeun batur. Tempatna di tengah kampung. Ciasihan asalna tina kecap cai (cai) sareng asih (kadeudeuh) anu hartosna cai dipercaya ngabalukarkeun sayang. Tempat ieu sering didatangan ku jalma-jalma anu ngarep-ngarep badé meunang pertandingan kalayan mandi di ditu. Cai asalna tina cinyusu anu ogé sumber cai pikeun warga lokal. KAMPUNG KUTA. Ciasihan di Désa Kuta. Poto ku Yuli Saputra / Rappler.com Désa Kuta mimiti dilongok ku wisatawan taun 2002, saatos désa dileler penghargaan Kalpataru. Saprak éta dikenal minangka tempat wisata, désa, anu ngagaduhan penduduk henteu langkung ti 400, parantos ngarobih suasana janten langkung rame.Turis henteu ngan ukur asalna ti jero nagara, tapi ti luar negeri ogé. "Dimana waé darongkap (datang). Ti Jakarta, Bandung, Bogor. Ti luar negeri ogé datang, ti Perancis, Korea, Selandia Anyar, "saur Saryaman (60) anu kios ngajual saé. Fasilitas pikeun turis ogé disayogikeun sapertos tempat pamondokan anu dibayar dumasar kana perjanjian. Aya ogé panggung seni anu biasana dianggo pikeun nempokeun seni warga Kuta. Sanaos aya larangan pikeun nunjukkeun wayang sareng carita sanés, warga Kuta nyalira gaduh sajumlah kelompok seni. Jinis-jinis seni anu dipidangkeun nyaéta Calung, Tari Jaipong, sareng musik Dangdut. Saban kaping 25 Safar, warga Kuta ngagaduhan tradisi ngayakeun Upacara Tradisional Nyuguh. Tradisi ieu mangrupikeun tanda syukur ka Gusti sareng Bumi pikeun nyayogikeun tuangeun ka warga kampung. Pelaksanaan upacara ieu ditéang ku wisatawan salaku tontonan budaya. Rupa-rupa tujuan masarakat dugi ka Désa Kuta. Aya jalma anu hoyong ngadamel haji kalayan tujuan anu khusus atanapi murni pikeun wisata alam sareng budaya. Seueur mahasiswa anu ogé ngajantenkeun Désa Kuta minangka pilihan pikeun ngalakukeun kuliah kerja nyata. Tapi henteu seueur jalma terang yén Kuta Village ngagaduhan kakayaan pepelakan ubar. Rupa-rupa pepelakan nganggo fungsi pikeun nyageurkeun sagala rupa panyakit, subur di daratan Kuta.Kacapiring pikeun ngubaran panyakit lambung (maag), Handeuleum pikeun obat buas, Banana Kidang ngudag diare katurunan, Tangkalak pikeun panyakit maag, Daun Broken pikeun urinary batu, daun Sadagori pikeun nurunkeun tekanan darah tinggi, sareng rupa-rupa bahan ubar hérbal. "Gugus mahasiswa ngarawat sumping di dieu khusus pikeun diajar ngeunaan pepelakan ubar," saur Ki Warja. Wisata ka Kampung Kuta mah sapertos bungkusan lengkep. Ngaronjatkeun pangalaman, wawasan ningkat. —Rappler.com

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Sunda?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)