KAMPUNG PULO Kampung Pulo berada di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lebih khusus lagi, ia berada di pulau suatu danau, yang keberadaannya juga terdapat Candi Cangkuang dan makam keramat, serta museum situs. Kampung adat ini memiliki bentuk memanjang dari Barat ke Timur dengan luas 16,5 hektar yaitu setara dengan 165.000 m².keberadaaan Kampung Pulo ini dibangun oleh Eyang Embah Dalem Arif Muhammad pada abad ke-17 yang saat kedatangannya ke daerah tersebut sebagai Panglima Perang Kerajaan Mataram Islam dan beliau juga berperan dalam menyebarkan agama Islam. Saat ini, Desa Cangkuang masyarakatnya beragama Islam. Hal ini berdasarkan data dari kepala desa berupa monografi desa Cangkuang 2018. Selain itu, menurut pemangku adat/kuncen Kampung Pulo Tatang Sanjaya (, 24 Juni 2019), bahwa keturunan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad haruslah belajar serta keluar untuk mengajarkan ajaran Islam. Rumah adat kampung Pulo hanya didirikan 6 rumah adat saja yang saling berhadapan masing-masing 3 buah rumah di sebelah kiri dan sebelah kanan dengan satu masjid sebagai tempat beribadah dan museum situs. Rumah di Kampung Pulo bentuknya persegi panjang dengan jenis rumah panggung. Bagian atap memakai bentuk suhunan julang ngapak yang dengan empat bidang atap. Dua bidang atap saling bertemu pada garis suhunan yang letaknya miring. Tiang, terbuat dari kayu untuk menopang rangka atap, lantai dan sebagai bagian dari rangka bangunan rumah utama yang harus berjumlah 16 buah tiang. Untuk pondasi tiang rumah menggunakan batu alam yang berbentuk persegi panjang. Dinding, terbuat dari bilik yang menggunakan pola anyaman kepang. Selain digunakan sebagai pengunci kayu, paku juga digunakan untuk memperkuat bagian kontruksi bangunan. Dinding rumah diwarnai kapur yang berwarna putih. Pintu, terbuat dari bilik sasag dan kayu yang berbentuk persegi panjang. Pintu rumah umumnya memiliki ukuran, bahan, dan bentuk yang sama, ukuran pintu kira-kira 1,75 meter x 1 meter. Jendela, pada jendela biasanya dipasang kayu secara vertikal dengan jarak tertentu yang sering disebut jalosi, serta daun jendela kayu dijadikan sebagai penutupnya. Lantai, dibuat dari bilik atau anyaman bambu yang bentuknya sama dengan anyaman dinding rumah dengan motif kepang. Lantai bilik yang sudah jadi digelar di atas bambu bulat yang utuh. Golodog, terbuat dari kayu yang diletakkan di bawah lantai menuju ke ruang tamu dan pintu dapur bagian bawah. Dahulu kala, Masyarakat di Kampung Pulo menganut agama Hindu. Namun setelah Embah Dalem Arif Muhammad singgah di wilayah ini beralih ke dalam Agama Islam. Hal ini terjadi karena Pasukan Embah Dalem Arif Muhammad terpaksa dipukul mundur sewaktu melawan penjajah Belanda. Karena merasa kecewa dan malu oleh Sultan Agung, maka Embah Dalem Arif Muhammad tidak kembali lagi ke Mataram. Mulai waktu itu, beliau menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat di wilayah Kampung Pulo. Sampai dengan wafat dan dimakamkan di Kampung Pulo. Di Kampung Pulo terdapat beragam ritual adat yang masih dilaksanakan. Salah satunya yaitu pengajian, tawasulan, solawatan dan juga melakukan tradisi agama Hindu seperti Ngaibakan benda-benda pusaka, ritual Rebo Wakasan, Mapag Bulan, dan lain-lain.adanya akulturasi budaya antara Islam dan Hindu yang masih mereka pertahankan. salah satunya ritual adat ngaibakan benda pusaka atau memandikan benda pusaka dan dari sekian banyak upacara ritual yang ada dikampung pulo, yang merupakan ciri khas upacara dari daerah tersebut ialah ritual ngaibakan benda pusaka, tepatnya pada tanggal 14 maulud, upacara ritual ini merupakan acara rutin yang hanya dilakukan satu tahun sekali dan dihadiri oleh masyarakat dari luar kampung pulo, seperti Garut,Bandung,Ciamis,Tasik dan Cirebon. Ada juga Larangan Larangan yang berlaku di Kampung adat Pulo, antara lain •Larangan bekerja dan berziarah pada hari Rabu. Hal ini karena hari Rabu merupakan hari pilihan untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuan agama. Seluruh anggota masyarakat dilarang bekerja, serta diharuskan berziarah ke makam Embah Dalem Arief Muhammad. Ini juga berlaku pagi para peziarah ataupun wisatawan. •Larangan menambah dan mengurangi jumlah rumah. Seperti saat ini, rumah berjumlah enam dan satu mushola, yang merupakan gambaran dari jumlah anak perempuan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Penerus yang menempati rumah adat haruslah keturunan dan anak perempuan tertua masing-masing keluarga berupa keluarga batih, yakni satuan kekerabatan atau satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. •Larangan memelihara hewan peliharaan berkaki empat kecuali kucing. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian dan kebersihan desa adat Kampung Pulo dari gangguan dan kotoran hewan peliharaan berkaki empat selain kucing. Pengecualian terhadap kucing berkaitan dengan kepercayaan bahwa hewan tersebut merupakan peliharaan kesayangan Nabi Muhammad Saw. •Larangan membangun rumah dengan atap berbentuk prisma. Hal ini berkaitan dengan kejadian tragis yang menimpa satu-satunya anak lelaki Embah Dalem Arief Muhammad. •Larangan memukul gong besar. Ini masih berkenaan dengan kejadian Raden Nganten celaka, dalam kejadian itu gong besar merupakan alat musik dalam gamelan pengiring. Jadi untuk memperingati kejadian itu, desa adat Kampung Pulo pamali membunyikan gong besar. Pemandangan disekitar Kampung Pulo adalah hamparan sawah yang luas dan danau. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Kampung Pulo bermata pencaharian pertanian. Untuk saat ini warga adat Kampung Pulo mempunyai mata pencaharian yang lain baik pokok maupun sampingan, apalagi setelah daerah ini dijadikan sebagai tempat objek wisata, maka terbukalah lapangan pekerjaan yang baru. Mata pencaharian penduduk Kampung Pulo diantaranya adalah: Petani, Pedagang, Penangkap ikan, Pengayuh rakit, dan lain-lain. Makanan khas dari Kampung Pulo yaitu: 1.Gogodoh terbuat dari tepung terigu, gula, garam, kapur, dan air. Untuk isi dari Gagodoh tersebut, biasanya menggunakan pisang dan Cempedak 2.Burayot Makanan ini terbuat dari bahan Gula merah, Tepung Beras, Kacang Tanah, Minyak Kelapa yang melalui proses membutuhkan waktu yang tidak terlalu cukup lama untuk menghasilkan 3.Opak Opak berbeda bahan dasarnya dari kerupuk. Kerupuk terbuat dari tepung tapioka, sedangkan opak terbuat dari tepung beras/ketan yang diberi bumbu garam, gula, kelapa parut dan bumbu penyedap. Meski sudah memeluk agama Islam, penduduk Kampung Pulo tidak meninggalkan tradisi Hindu. Beberapa kegiatan pun masih dilakukan seperti halnya memandikan benda pusaka, syukuran, memperingati maulid Nabi, juga ritual lainnya.Contoh Ritual memandikan pusaka Kegiatan Upacara Memandikan Benda Pusaka di Kampung Adat Pulo harus dilakukan pada tanggal 14 Maulud. Kegiatan ini dilaksanakan pukul 24.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB, dihadiri oleh enam anggota keluarga yang tinggal di Kampung Pulo dan seluruh keluarga yang sudah tidak tinggal di wilayah Kamung Pulo. Selain itu, ada juga masyarakat yang berasal dari luar Kampung Pulo yang datang menyaksikan ritual memandikan beberapa benda pusaka peninggalan Embah Dalem Arip Muhammad dan para leluhur lainnya. Upacara ini dipimpin Ketua Adat atau seseorang yang diberi tugas oleh Ketua Adat untuk memimpinnya.
DESA PULO Kampung Pulo aya di Désa Cangkuang, Kacamatan Leles, Kabupatén Garut, Propinsi Jawa Barat. Langkung khususna, tempatna di pulau danau, dimana aya ogé Candi Cangkuang sareng makam suci, ogé musium situs. Kampung tradisional ieu ngagaduhan bentuk manjang ti Kulon ka Wétan kalayan legana 16,5 héktar anu sami sareng 165.000 m². Ayana Kampung Pulo diwangun ku Eyang Dalem Arif Muhammad dina abad ka-17 anu nalika anjeunna sumping ka daérah salaku Panglima Perang Karajaan Mataram Islam sareng anjeunna ogé berperan nyebarkeun agama Islam. Ayeuna, komunitas Désa Cangkuang nyaéta muslim. Ieu dumasarkeun kana data ti kapala désa dina bentuk monografi désa Cangkuang 2018 Numutkeun ka anu ngagaduhan tradisional / kuncén Kampung Pulo Tatang Sanjaya (24 Juni 2019), katurunan Eyang Dalem Arif Muhammad kedah diajar sareng kaluar ngajar ajaran Islam. Imah tradisional kampung Pulo ngan ukur ngawangun 6 imah tradisional anu saling nyanghareup, masing-masing 3 imah di kénca sareng katuhu kalayan hiji masjid salaku tempat ibadah sareng musium situs. Imah di Kampung Pulo bentukna segi opat sareng jinis bumi dina tihang. Hateupna nganggo bentuk Suhunan Julang Ngapak anu ngagaduhan opat daérah hateup. Dua pesawat atap silih tepungan dina garis suhu anu condong.Kutub, didamel tina kai kanggo ngadukung kerangka hateup, lantai sareng salaku bagian tina rangka wangunan imah utama anu kedahna 16 kutub. Pikeun pondasi pilar bumi nganggo batu alam dina bentuk sagi opat. Témbokna, didamel tina bilik nganggo pola anyaman anyaman. Di sagigireun dianggo salaku konci kai, kuku ogé dianggo pikeun nguatkeun pangwangunan gedong. Témbok imah dicét kapur bodas. Panto, didamel tina sasag sareng bilik kai dina bentuk segi opat. Panto imah umumna gaduh ukuran, bahan, sareng bentuk anu sami, ukuran panto sakitar 1,75 méter x 1 méter. Jandéla, jandéla kai biasana dipasang vertikal kalayan jarak anu tangtu anu sering disebat jalosi, sareng rana kai dianggo salaku panutup. Lantai na didamel tina bilik atanapi anyaman awi anu katingalina sami sareng tembok anyaman bumi anu motifna kepang. Lantai cubicle réngsé diteundeun dina awi buleud. Golodog, didamel tina kai anu disimpen handapeun lantai ngarah ka ruang tamu sareng panto dapur di handap. Baheula, masarakat di Kampung Pulo anut kana agama Hindu. Nanging, saatos Eyang Dalem Arif Muhammad lirén di daérah ieu, anjeunna lebet Islam. Ieu kajantenan kusabab pasukan Embah Dalem Arif Muhammad kedah diusir nalika merangan penjajah Walanda.Ngarasa kuciwa jeung éra ku Sultan Agung, Éyang Dalem Arif Muhammad henteu balik deui ka Mataram. Ti saprak éta, anjeunna nyebarkeun agama Islam ka masarakat di daérah Kampung Pulo. Dugi ka maot sareng dimakamkeun di Kampung Pulo. Di Kampung Pulo aya sababaraha rupa ritual tradisional anu masih dilakukeun. Salah sahijina nyaéta bacaan, tawasulan, solawatan sareng ogé ngalaksanakeun tradisi agama Hindu sapertos pusaka Ngaibakan, ritual Rebo Wakasan, Mapag Bulan, sareng anu sanésna.Ada akulturasi budaya antara Islam sareng Hindu anu tetep dijaga. salah sahijina nyaéta ritual tradisional ngaluarkeun harta pusaka atanapi pusaka mandi sareng seueur upacara ritual anu aya di kampung Pulo, anu janten ciri tina upacara ti daérah nyaéta ritual ngaleupaskeun pusaka, janten pas dina tanggal 14 Maulud, upacara ritual ieu mangrupikeun kagiatan rutin anu ngan ukur diayakeun sataun sakali sareng dihadiran ku jalma-jalma ti luar kampung Pulo, sapertos Garut, Bandung, Ciamis, Tasik sareng Cirebon. Aya ogé larangan anu berlaku di kampung tradisional Pulo, kalebet: • Larangan damel sareng haji dina dinten Rebo. Ieu kusabab dinten Rebo mangrupikeun dinten pilihan pikeun diajar sareng nambihan élmu agama. Sadaya anggota masarakat dilarang damel, sareng diperyogikeun ziarah ka makam Embah Dalem Arief Muhammad. Ieu ogé lumaku pikeun jamaah haji atanapi wisatawan.• Larangan nambihan sareng ngirangan jumlah bumi. Sakumaha ayeuna, aya genep imah sareng hiji rohangan solat, anu mangrupikeun ilustrasi ngeunaan jumlah putri Éyang Embah Dalem Arif Muhammad. Panerusna anu nempatan bumi tradisional kedah turunan sareng putri cikal unggal kulawarga dina bentuk kulawarga nuklir, nyaéta unit hubungan atanapi hiji kulawarga anu diwangun ku bapak, indung sareng murangkalih. • Larangan ngajaga piaraan nganggo opat suku kecuali ucing. Tujuanna pikeun ngajaga kasucian sareng kabersihan désa tradisional Kampung Pulo tina gangguan sareng kokotor ti ingon-ingon berkaki opat sanés ucing. Pengecualian pikeun ucing aya hubunganana sareng kapercayaan yén sato mangrupikeun ingon-ingon karesep Nabi Muhammad. • Larangan ngawangun imah ku hateup ngawangun prisma. Ieu aya hubunganana sareng kajadian tragis anu kajantenan ka hiji-hijina putra Embah Dalem Arief Muhammad. • Larangan nganiaya gong ageung. Ieu masih aya hubunganana sareng kajadian anu teu dihaja Radén Nganten, dina kajadian éta gong ageung mangrupikeun alat musik dina gamelan anu ngiringan. Janten pikeun miéling kajadian éta, kampung adat Kampung Pulo Pamali ngiringan gong ageung. Pamandangan di sakitar Kampung Pulo mangrupikeun hamparan lega sawah na Tasik. Tiasa didugikeun yén seuseueurna warga Kampung Pulo gaduh soca mata pencaharian tatanén.Kanggo ayeuna, masarakat adat Kampung Pulo gaduh soca mata pencaharian sanésna, duanana utama boh sisi, utamina saatos daérah ieu Salaku tempat wisata, éta muka kasempetan kerja anyar. Mata pencaharian penduduk Kampung Pulo kalebet: Patani, Padagang, Ngala lauk, Ngawelah rakit, sareng anu sanésna. Kadaharan khas Kampung Pulo nyaéta: 1.Gogodoh didamel tina tipung gandum, gula, uyah, jeruk nipis, sareng cai. Pikeun eusi Gagodoh, biasana nganggo cau sareng Cempedak 2.Burayot Kadaharan ieu didamel tina gula beureum, tipung béas, kacang, minyak kalapa anu ngalangkungan prosés anu henteu lami teuing pikeun ngahasilkeun 3. Opak bénten tina bahan dasar tina kurupuk. Kerupuk didamel tina tipung tapioka, sedengkeun opak didamel tina tipung béas / ketan dibumbui ku uyah, gula, parutan kalapa sareng bumbu. Sanaos aranjeunna parantos ngagem agama Islam, padumuk Kampung Pulo henteu acan ngantunkeun tradisi Hindu. Sababaraha kagiatan masih dilaksanakeun sapertos barang-barang pusaka mandi, sukur, miéling ulang taun Nabi, ogé ritual anu sanés. Conto pusaka mandi ritual Ritual mandi pusaka di Kampung Tradisional Pulo kedah dilaksanakeun tanggal 14 Maulud.Kegiatan ieu diayakeun jam 24.00 WIB dugi ka 13.30 WIB, dihadiran ku genep anggota kulawarga anu cicing di Kampung Pulo sareng sadaya kulawarga anu henteu cicing deui di daérah Kamung Pulo. Salaku tambahan, aya ogé jalma ti luar Kampung Pulo anu sumping pikeun nyaksian ritual mandi sababaraha pusaka titinggal ku Eyang Dalem Arip Muhammad sareng karuhun anu sanés. Upacara ieu dipimpin ku pamimpin tradisional atanapi anu ditugaskeun ku pamimpin tradisional pikeun mingpin éta.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)