Indonesia

Naskah Drama Keong Mas 1. Raden Inu Kertapati : 2. Dewi Candra Kirana : 3. Dewi Galuh Ajeng : 4. Raja : 5. Penyihir : 6. Nenek Tua : 7. Kakek Tua : 8. Narator : KEONG MAS Dahulu Kala, Di istana Kerajaan Daha Hiduplah seorang raja bersama kedua putrinya. Suatu hari, Raja memanggil kedua putrinya, karena mereka akan kedatangan tamu dari Kerajaan Karuhipan yang bernama Raden Inu Kertapati. Raja : “Putri-Putriku Kemarilah!” (Memanggil kedua putrinya) Galuh : (Berjalan menghampiri sang ayah) “Ada apa,ayahanda?” Kirana : (Berjalan dibelakang Galuh Ajeng) “Apakah ayahanda memanggilku juga?” Raja : “Iya Putriku, Ada pemberitahuan yang sangat penting.. Besok Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kahuripan akan datang Lusa..” Kirana : “Lalu, apa Hubungannya dengan kami Ayahanda?” Raja : “Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayah dari Raden Inu Kertapati, bahwa Ayah akan menikahkan salah satu putri Ayah dengan Raden Inu.” Galuh : ( Berbinar senang) “Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, ayah?” Raja : “Kami telah memutuskan bahwa Candra Kirana yang akan menikahkan Raden Inu Kertapati.. dan keputusan ini tidak bisa diganggu gugat!” Galuh : (Menundukkan kepala) “Maaf ayahanda, Galuh ingin pergi kebelakang.. Permisi.. (Berjalan pergi sambil menundukkan kepala) Kirana : (Melihat kepergian Galuh, Kemudian melihat sang Raja) “Terima Kasih,Ayahanda.. Kirana senang sekali.. Raja : “Sama-sama anakku.. mari kita persiapkan segala sesuatunya..” (Sambil mengelus kepala Kirana) Sementara dewi galuh, merasa iri dengan kirana yang bernasib baik dan mujur akan menikah dengn inu kertapati, niat jahat untuk mencelakai kirana pun terbesit di pikirannya. Ia pun mendatangi sebuah gubuk milik penyihir. Galuh : “Permisi, Apa ada orang didalam?” (melihat sekeliling) Penyihir : “Apa yang anda butuhkan Gadis manis?” (berjalan menggunakan tongkat) Galuh : “Aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!” Penyihir : “Kamu ingin aku melakukan apa?” Galuh : “Aku ingin kamu menyihir Candra Kirana menjadi Sesuatu yang menjijikkan! Yang jelas aku ingin Kirana menderita!” Penyihir : “Baiklah, aku akan menyihir Candra Kirana sehingga dia tidak dapat bertunangan dan menikah dengan Raden Inu!” Galuh : (Tersenyum senang) “Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan penyihir sepertimu! Ini uang sebagai imbalannya.” (Memberi amplop berisi uang) Penyihir : (Menerima uang itu) “Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…” Galuh : “Kutunggu kabar darimu, penyihir!!” ( meninggalkan gubuk penyihir dan kembali ke Istana) Keesokan Harinya, Candra Kirana pergi ke pasar membeli keperluan untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati besok. Sepulang dari pasar Kirana melewati sebuah sungai. Di sungai tersebut kirana dihadang oleh seorang perempuan tua yang buruk rupa. Perempuan tua itu adalah nenek sihir yang diperintah oleh Galuh untuk menyihir Kirana. Penyihir : “Hwahahahaha!! Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya kamu sangat senang hari ini? Hwahahaha…” Kirana : (terkejut) “ Siapa kamu?” Penyihir : “Diam! Aku ke sini untuk menyihirmu menjadi keong!! Kirana : “Kenapa kamu ingin menyihirku? Apa salahku?” Penyihir : “Saudaramu yang menyuruhku untuk menyihirmu.” Kirana : “Galuh? Tidak mungkin, kau pasti berbohong !” Penyihir : “Sudah ! jangan banyak omong ! terima saja nasibmu! hahahaha.” (mengucapkan mantra untuk menyihir Kirana menjadi Keong) Kirana : “Tidak!” ( Berubah jadi keong emas) Penyihir : “Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu siang hari, tapi bila menjelang malam, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kamu bertemu dengan Raden Inu!! Hwahahaha!” (Membuang Keong Mas Ke sungai) Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong emas dan dibuang ke sungai hingga terdampar di Desa Dadapan. Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Nenek : “Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!” Setibanya dipondok, nenek itu meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu dia beristirahat sejenak di kursi. Nenek : “Sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari ikan lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” ( Pergi keluar untuk mencari ikan) Nenek itu kembali mencari ikan di sungai. Kemudian, Kirana kembali ke wujud manusianya. Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek yang membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku akan membuatkan makanan untuknya.” Hingga menjelang malam nenek itu tidak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim masakan ini.Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. Nenek : “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?” Kirana : ( Menoleh kaget) ” Aku….aku…aku Candra Kirana. Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku” Nenek : ( Merasa iba) “ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah cemburu,…apapun dia lakukan! Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak…” Kirana : “ Terimakasih, Nek…” Sementara itu pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Raden Inu : (Terkejut) “siapa kau ?” Burung Gagak : “ Tenang anak muda, aku akan menunjukkan arah ke Desa Dadapan, di sana kamu akan bertemu dengan Candra Kirana.” Raden Inu : “ Darimana kau tahu tujuan perjalananku? Siapa kau sebenarnya?” Burung Gagak : “ Kau tidak perlu tahu siapa aku, ikuti saja petunjuk yang kuberikan.” Raden Inu : “ Baiklah, terima kasih atas pertolonganmu.” Setelah berjalan cukup jauh mengikuti petunjuk arah dari burung gagak, Raden Inu tidak juga menemukan Desa Dadapan. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek itu adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu. Kakek : “Tolonglah nak, sudah beberapa hari kakek tidak makan.” Raden Inu : “Oh, ini kek, ada sedikit makanan.” (memberi sepotong roti) Kakek : “Terima kasih anak muda. Janganlah kau mengikuti petunjuk yang diberikan burung gagak tadi, dia sebenarnya adalah jelmaan nenek sihir, dia memberikan arah yang salah padamu.” Raden Inu : “Lalu apa yang harus kulakukan kek?” Kakek : “Berjalanlah mengikuti aliran sungai ini, di ujung sana kamu akan menemukan Desa Dadapan.” Raden Inu : “Terima kasih kek, saya akan melanjutkan perjalanan ini.” Kakek : “Berhati-hatilah dalam perjalananmu,anak muda.” Raden Inu : “Baiklah kek.” Setelah berjalan berhari-hari sampailah Raden Inu di desa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dia bertemu dengan Candra Kirana. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Raden Inu : “Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana untuk sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali setelah berjalan sejauh ini.”( Menghampiri pondok itu) “ Permisi!!…” Kirana : “Iya, sebentar…” ( membuka pintu) Raden Inu : (Terkejut) “ Bukankah kamu….Candra Kirana?” Kirana : “Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?” Raden Inu : “Ceritanya panjang, sudah berhari-hari aku mencarimu. Sekarang ayo kita pulang, ayahmu sudah menunggumu.” Kirana : “Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.” Dari dalam rumah terdengar suara nenek memanggil Kirana. Nenek : “Siapa, Kirana?”(Berjalan mendekati Kirana) Kirana : “Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan waktu itu. Dia menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.” Nenek : “Tidak apa-apa, Kirana. Pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu.” Raden Inu : “Begini saja, Nenek ikut kami ke Istana dan hidup bersama kami.” Akhirnya Raden Inu memboyong Candra Kirana beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Sang Raja. Raja minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia. Annisa Tjia di 01.57

Sunda

Naskah Drama Conch Masif 1. Radén Inu Kertapati: 2. Dewi Candra Kirana: 3. Dewi Galuh Ajeng: 4. Raja: 5. Dukun: 6. Granny Old: 7. Eyang Tua: 8. Narator: MASKES      Sakali kana waktosna, Di karaton karajaan Daha aya hirup raja sareng dua putrina. Dina hiji poé, Raja ngagero dua putri na, sabab bakal gaduh tamu ti Karajaan Karuhipan anu nami Radén Inu Kertapati. Raja: "Datang Putri abdi Dieu!" (Telepon dua putrana) Galuh: (Leumpang ka bapak) "Naon salah, bapa?" Kirana: (Leumpang di tukangeun Galuh Ajeng) "Naha bapa anjeun nyauran kuring ogé?" Raja: "Leres, putri mah. Aya perhatosan anu penting pisan.Enjing Radén Inu Kertapati ti Karajaan Kahuripan badé énjing-énjing… ” Kirana: "Maka, naon hubunganna sareng kami, Bapa?" Raja: "Kuring parantos damel kasepakatan sareng Bapa Radén Inu Kertapati, yén kuring bakal nikah ka salah saurang putri ku Radén Inu." Galuh: (berkilauan senang) "Saha diantara urang anu bakal nikah ka Radén Inu, bapa?" Raja: "Kami parantos mutuskeun yén Candra Kirana bakal nikah ka Radén Inu Kertapati ... sareng kaputusan ieu henteu tiasa dilandingkeun!" Galuh: (Baring sirah) "Hapunten bapak, Galuh badé mundur ... Sampurasun ... (leumpang jauh bari sujud) Kirana: (Ningali miang ka Galuh, teras ningali Raja) "Hatur nuhun, Bapa .. Kirana bingah pisan .. Raja:" Anjeun sawangsulna, anak kuring ... hayu urang nyiapkeun sadayana ... "(stroking sirah Kirana)      Samentara Déwi kaganggu, raos cemburu pikeun nasib alus sareng untung anu kawin ka inu kertapati, niat jahat pikeun ngarugikeun kirana ogé ngalangkungan batinna. Anjeunna angkat ka pondok tukang sihir.Galuh: "Sampurasun, aya anu aya di jero?" (Milari ngurilingan) Dukun: "Naon anjeun butuh awéwé manis?" (Leumpang sareng tiwu) Galuh: "Kuring butuh bantosan anjeun! Punten bantosan abdi! " Dukun: "Naon anu anjeun hoyong laksanakeun?" Galuh: "Abdi hoyong anjeun janten jéntré Candra Kirana kana hal anu pikageuleuhan! Jelas kuring hoyong Kirana sangsara! " Dukun: "Nyaah, kuring bakal janten sihir Candra Kirana sahingga anjeunna henteu tiasa kalibet sareng kawin sareng Radén Inu!" Galuh: (Mesem bahagia) "Hatur nuhun pikeun pitulung anjeun, bahagia tiasa damel sareng tukang sihir sapertos anjeun! Ieu artos uihkeun. "(Kumbahan amplop anu ngandung artos) Dukun: (Nampi artos éta) "Ayeuna kuring bakal nyiapkeun laknat pikeun anjeunna ..." Galuh: "Kuring ngarepkeun nguping ti anjeun, dukun !!" (ngantunkeun pondok urang dukun sareng wangsul ka Istana)      Isukna, Candra Kirana angkat ka pasar kanggo ngagalean barang-barang pikeun ngabagéakeun kedatangan Radén Inu Kertapati énjing. Balik ti pasar Kirana meuntas walungan. Dina walungan Kirana diblokir ku awéwé kolot anu awon.Wanoja sepuh éta nyaéta tukang sihir anu diarah ku Galuh pikeun nyiraman Kirana. Dukun: "Hwahahahaha !! Candra Kirana! Kumaha kabarna? Sigana anjeun bagja pisan ayeuna? Hwahahaha ... " Kirana: (kaget) "Saha anjeun?" Dukun: "Cicing! Kuring aya di dieu pikeun ngawihkeun anjeun kana tumpukan !! Kirana: "Naha anjeun daék jadi tukang sihir kuring? Naon salah kuring? " Dukun: "Lanceukna kuring nyarioskeun ka kuring jadi sihir anjeun." Kirana: "Galuh? Teu aya cara, anjeun kedah bohong! " Dukun: "Tah! tong ngobrolkeun teuing! nampi euy takdir! hahahaha. "(nyanyi jampé pikeun nyababkeun Kirana pikeun jadi tumpukan) Kirana: "Henteu!" (Kéngingkeun tumpukan emas) Dukun: "Hwahahaha !!!! Anjeun ngan ukur janten manusa nalika siang, tapi upami telat wengi, anjeun bakal deui janten tumpukan !! Kutukan ieu bakal mungkas lamun pendak sareng Raden Inu !! Hwahahaha! "(Ngalungkeun tumpukan kana walungan)      Candra Kirana parantos dikutuk janten kéong emas sareng dialungkeun ka hiji walungan dugi ka terdampar di Désa Dadapan. Hiji poé hiji nini nguseup nganggo jaring, sareng kéong emas dicandak dina jaring.Anjeunna teras nambutkeun koncorong emas sareng nempatkeun kana kendi. Nenek: "Aduh, entong naon anu indah !! Abdi badé kéngingkeun bumi! "      Nalika dugi, ninina nempatkeun kéong di tempat anu aman. Teras anjeunna istirahat sakedap dina korsi. Nenek: "dugi ka jam ieu kuring masih henteu kéngingkeun lauk. Abdi kedah mendakan deui lauk, upami kuring henteu ngala lauk, naon anu abdi hoyong tuang? ”(Bade milarian lauk)      Éta awéwé heubeul balik ka lauk di walungan. Lajeng, Kirana balik deui ka wujud manusana. Kirana: "Naha, naha kuring di dieu? Oh enya, aya nini anu nyandak kuring. Nini pikun, kanggo nyorangan waé anjeunna kedah mendakan lauk heula. Kuring bakal ngadamel katuangan kanggo anjeunna. "      Dugi dugi ka wengi si nini teu ngagaduhan lauk tunggal. Teras si nini mutuskeun nembé mulih, nalika uih ka bumi anjeunna heran pisan, sabab dina méja sayogi tuangeun anu enak pisan. Si nini heran ka dirina, anu ngintunkeun katuangan ieu. Kitu ogé dinten ieu si nini ngaraosan kajadian anu sami, isuk-isuk si nini hoyong ngintip naon anu parantos aya nalika nguseup. Si nini tuluy pura-pura angkat ka walungan pikeun milarian lauk sapertos biasa, teras angkat ka tukangeun bumi kanggo késék anjeunna.Sanggeus sababaraha lami, nini heran pisan. Kusabab tumpukan emas anu disimpen diditu dirobih janten budak awéwé anu geulis. Si mojang teras masak sareng nyiapkeun piring dina méja. Ngaraos panasaran, teras si nini ngabebaskeun pikeun negeskeun putri geulis. Nini: "Saha anjeun putri anu geulis, sareng anjeun ti mana?" Kirana: (Ngahurungkeun kagét) "Kuring ... Kuring ... Kuring Candra Kirana. Kuring nyaéta putri karajaan Daha anu diganggu kana tumpukan emas ku utusan utusan dulur kuring sabab anjeunna timburu ka kuring ” Nini: (Rumaosna punten) "Anjeun punten, putra ... Eyang henteu terang jinis adi anjeun, anu rék ngutuk anjeun! Tapi nami hiji manusa lamun anjeunna cemburu, ... naon waé manéhna! Leres, kuring parantos ... bari anjeun cicing di dieu, putra ... " Kirana: "Hatur nuhun, Eyang ..."      Samentara pangeran Inu Kertapati henteu hoyong cicingeun nalika ningali yén Kirra Kirana parantos ngiles. Sareng anjeunna mendakan éta ku nyamar dirina salaku jalma biasa. Anu tungtungna sihir éta kaluar sareng ngajantenkeun janten gagak pikeun ngarugikeun Radén Inu Kertapati. Radén Inu Kertapati kaget pisan ningal gagak anu tiasa ngobrol sareng terang tujuanana. Anjeunna nganggap gagak janten sakti sarta nurut sanaos Radén Inu dibéré arah salah.Radén Inu: (Kaget) "anjeun saha?" Gagak: "Tenang nonoman, kuring bakal tunjuk arah ka Désa Dadapan, bakal aya patepang Candra Kirana." Radén Inu: "Kumaha anjeun terang tujuan perjalanan kuring? Saha saleresna anjeun? " Demung: "Anjeun henteu kedah terang saha kuring, tuturkeun petunjuk anu kuring masihan ka anjeun." Radén Inu: "Saé, hatur nuhun pikeun pitulung anjeun."      Sanggeus leumpang jauh-jauh turutan arah manuk gagak, Radén Inu ogé henteu mendakan Désa Dadapan. Dina perjalanan Radén Inu patepung ka akina anu kalaparan, anjeunna masihan tuangeun ka aki. Tétéla yén akina éta tukang sihir. Anjeunna ngabantuan Radén Inu tina gagak. Eyang: "Punten anak, Eyang teu acan parantos tuang sababaraha dinten." Radén Inu: "Oh, di dieu, Eyang, aya sakedik katuangan." Eyang: "Hatur nuhun, pamuda.Ulah tuturkeun petunjuk anu dirumuskeun ku gagak, anjeunna nyaéta nitis sihir, anjeunna masihan arah anu salah. " Radén Inu: "Maka kumaha anu kuring kedah ngalakukeun kek?" Eyang: "Leumpang sapanjang walungan ieu, di tungtung jauh anjeun bakal mendakan kampung Dadapan." Radén Inu: "Hatur nuhun Eyang, kuring bakal neraskeun perjalanan ieu." Eyang: "jaga-ati perjalanan anjeun, pamuda." Radén Inu: "Oke eyang."      Saatos leumpang sababaraha dinten, Radén Inu dugi ka di désa Dadapan, anjeunna teras sumping ka hiji pondok anu anjeunna ningali cai. Dina gubug anjeunna kaget pisan, margi anjeunna sareng Candra Kirana. Tungtungna, sihir ti ahli sihir élmu kusabab pertemuan éta. Radén Inu: "Ah, ... aya gubug! Panginten kuring tiasa istirahat di sana waé sareng sahenteuna nginum cai. Abdi ngaraos bosen saurna nuju jauh ieu. "(Ngadeukeutan gubug)" Hapunten !! Kirana: "Leres, sakedap ..." (muka panto) Radén Inu: (Kaget) "Sanés anjeun ... Chandra Kirana?" Kirana: "Radén Inu?Kumaha datang kadieu? " Radén Inu: "Caritaanana panjang, kuring kungsi nganjang anjeun sababaraha poé. Ayeuna hayu urang balik, bapa anjeun ngantosan anjeun. " Kirana: "Hatur nuhun pisan, sabab anjeun disimpen kuring."      Ti jero imah aya sora nini ngageroan Kirana. Nini: "Saha, Kirana?" (Leumpang nyaketkeun ka Kirana) Kirana: "Oh, Eyang ... ngenalkeun ieu Radén Inu anu Kirana nyarioskeun kuring dina waktos éta. Anjeunna ngangkat Kirana pikeun mulih. Tapi, Kirana moal tega ninggalkeun Nini nyalira. ” Nini: "Nyaah, Kirana. Balik ka bumi, pasti anjeun sono ka kulawarga anjeun. " Radén Inu: "Bejakeun naon-naon, Eyang sumping sareng urang ka Istana sareng cicing sareng kami."      Akhirna Radén Inu ngajantenkeun Candra Kirana babarengan sareng nini anu bageur ka karaton, sareng Candra Kirana nyarioskeun ka Déwi Galuh ka Prabu. Raja hapunten ka Candra Kirana sareng sabalikna. Dewi Galuh teras nampi hukuman anu pantes. Kusabab Dewi Galuh sieun, anjeunna ngungsi ka leuweung. Perkawinan Candra Kirana sareng Radén Inu Kertapati kajantenan, sareng pésta langkung meriah. Tungtungna aranjeunna cicingeun bagja. Annisa Tjia at 1:59

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Sunda?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)