Indonesia

Tokoh: 1. Sangkuriang 2. Tumang/ Anjing sakti 3. Beberapa tokoh pembantu/ibu-ibu 4. Dayang Sumbi Narator: Alkisah pada zaman dahulu, di tanah Parahyangan pada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang baginda raja yang ditemani oleh seorang ratu yang hanya memiliki seorang putri. Putri tersebut bernama Dayang Sumbi yang tekenal dengan kecantikan dan juga kecerdasannya, namun ia juga terkenal dengan sifat manjanya. Di suatu pagi pada saat dayang sumbi sedang menenun, ia merasa tak enak badan. Selanjutnya ia secara tidak sengaja menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Adegan 1 Dayang Sumbi: Ya ampun, pintalan itu lagi-lagi terjatuh (Dayang Sumbi Kesal). Aku bejanji, Siapapun orangnya apabila ada seseorang yang membawakan pintalan benang yang jatuh itu kepadaku, kalau ia seorang laki-laki, akan kujadikan ia suamiku, apabila ia seorang perempuan maka akan kujadikan ia saudaraku. Narator: beberapa saat setelah kata-kata perjanjian tersebut diikrarkan, tiba-tiba datanglah seekor anjing yang sakti bernama Tumang. Tumang: Ini milikmu tuan putri? (seraya membawakan pintalan benang) Dayang sumbi: Kenapa malah kau yang membawakan pintalan benangku? Artinya suka tidak suka, aku harus menjalankan janjiku untuk menjadikan anjing ini suamiku. Narator: Selanjutnya Dayang Sumbi dan seekor anjing yang bernama Tumang hidup berbahagia dalam mahligai rumah tangga. Dalam rumah tangga mereka, Dayang Sumbi dan Tumang dikaruniai seorang anak laki-laki yang gagah dan tampan. Anak tersebut tumbuh dan berkembang layaknya seperti seorang anak laki-laki pada umumnya. Anak laki-laki ini dinamakan Sangkuriang. Dalam perjalanan perkembangan pertumbuhan Sangkuriang, Keseharian Sangkuriang selalu ditemani oleh Tumang yang selama ini ia ketahui hanyalah seekor anjing biasa yang selalu setia menemaninya. bukanlah sebagai ayah kandungnya. Dalam perjalanan waktu yang senantiasa bergulir, Sangkuriang berkembang dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan rupawan dan gagah. Pada suatu ketika Dayang Sumbi memanggil puteranya Sangkuriang Adegan 2 Dayang sumbi: Ananda Sangkuriang, ibu saat ini sangat ingin memakan daging menjangan. Pergilah sekarang kau ke hutan untuk berburu rusa dan ajaklah si Tumang bersama dirimu. Sangkuriang: Baiklah, ibundaku. Narator: Setibanya Sangkuriang di tengah hutan. Adegan 3 Sangkuriang: Dimana aku bisa memperoleh seekor menjangan yang besar? Aku tidak akan kembali pulang, sebelum membawa hasil yang memuaskan. Jika aku tidak membawa hasil, maka dengan sangat terpaksa akan aku hujamkan anak panah ini ke tunuh kumang sebagai ganti hewan buruan yang tak kunjung ku dapatkan. Narator: Lalu Sangkuriang mengarahkan busurnya ke aras si Tumang, dan benar saja ia telah melakukannya. Tumang pun terkena anak panah Sangkuriang dan tak lama kemudian si Tumangpun sekarat dan akhirnya mati. Begitu Sangkuriang tiba di rumah, ia langsung menyerahkan daging Tumang kepada ibunya. Adegan 4 Sangkuriang: Ibunda, ini adalah daging menjangan yang besar hasil buruanku. Dayang sumbi: Terima kasih banyak anakku. Kau sangat piawai sekali dalam berburu menjangan. Narator: Beberapa saat setelah makan selesai, Dayang Sumbi teringat akan si Tumang. Adegan 5 Dayang sumbi: Dimana ya si Tumang? Kenapa ia belum pulang juga. Sangkuriang, kemarilah nak…! Sangkuriang: Iya bunda, ada apa gerangan? Dayang sumbi: Kau tahu di mana si Tumang? Kenapa ia belum pulang juga Sangkuriang: Maafkan aku ibunda, Tumang telah mati ditanganku. Daging yang ibi makan, bukanlah daging menjangan. Tapi daging itu adalah milik Tumang. Dayang Sumbi: Apa kau bilang???!! Jadi, yang kau suguhkan pada ibumu kemarin adalah daging si Tumang?? Sangkuriang: Benar sekali bunda. Dayang Sumbi: (marah) Dasar anak tak tau diri! Pergilah dari rumah ini! [sc:ads] Narator: Dayang Sumbi begitu marah besar mendengar cerita tersebut. Dengan reflek disertai dengan amarah yang memuncak Dayang Sumbi memukul kepala Sangkuriang dengan benda peralatan dapur yang dipegangnya. Sangkuriang terluka cukup parah dibagian kepalanya. Sangkuriang: Maafkan aku ibu, baiklah…aku akan pergi dari sini. Beberapa tahun berlalu, Sangkuriang yang telah mengembara ke seluruh negeri dan selanjutnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Sangkuriang sangat heran melihat banyak perubahan yang terjadi pada kampungnya. Kemudian ia bertemu kembali dengan ibunya, namun keduanya tidak saling mengenal. Adegan 6 Sangkuriang: Hai, nona manis. kau sangat cantik. Aku ingin sekali melamarmu. Maukah kau kupersunting untuk menjadi istriku? Dayang Sumbi: Baiklah, aku bersedia untuk menjadi istrimu. Narator: Suatu ketika Sangkuriang meminta tolong untuk merapikan ikat kepalanya, dan Dayang Sumbi pun mengikuti kemauannya. Dayang Sumbi kaget melihat kepala Sangkuriang terdapat bekas luka yang amat jelas di kepalanya. Adegan 7 Sangkuriang, mengapa di kepala mu terdapat bekas luka? Bekas luka apakah itu? Sangkuriang: Bekas luka di bagian kepalaku ini, dulu aku pernah dipukul oleh ibuku. Karena aku telah membunuh anjing kesayanganku. Dayang Sumbi: Ya Tuhan…! Ternyata engkau adalah Sangkuriang anakku. Narator: Dayang Sumbi semakin bertambah bimbang. Dayang Sumbi: Bagaimana ini? Aku tak mungkin menikahi anakku sendiri. Aku harus mencari cara untuk menggagalkan pernikahan kami. Dayang Sumbi: Sangkuriang. Aku ingin mengatakan hal yang sesungguhnya bahwa engkau adalah puteraku. Kau adalah anakku. Aku yang dahulu pernah memukul kepalamu hingga berbekas seperti itu. Sangkuriang: Kau bohong! Kau hanya tidak mencintaiku bukan? Makanya kau mengarang cerita yang tidak-tidak supaya pernikahan kita gagal. Dayang Sumbi: Apa yang aku ceritakan adalah kebenaran. Aku adalah ibumu nak. Narator: Setelah panjang lebar Dayang Sumbi menjelaskan mengenai dirinya dan puteranya serta anjing yang bernama Kumang, namun Sangkuriang tetap tak mau mendengarkan dan bersikeras hendak menikahi Dayang Sumbi. Dayang Sumbi berpikir keras untuk menemukan cara agar pernikahannya dengan puteranya gagal. Adegan 9 Dayang Sumbi: Wahai Sangkuriang, apa kamu tetap bersikeras ingin mempersuntingku? Sangkuriang: Tentu, tekadku sedah bulat. Dayang Sumbi: Baiklah. Aku bersedia menjadi istrimu dengan beberapa syarat. Sangkuriang: Apa syarat yang kau ajukan? Dayang Sumbi: Aku ingin engkau membuat sebuah bendungan dan membuatkanku sebuah perahu untukku. Syarat-syarat tersebut harus bisa kau penuhi sebelum fajar tiba. Sangkuriang: Baiklah! Akan aku jalankan segala persyaratan yang kau ajukan. Narator: lalu sangkuriang pun pergi. Kemudian ia mengerahkan segala kesaktiannya dan memanggil jin-jin untuk membuat bendungan dan perahu untuknya. Narator: Ketika pekerjaan Sangkuriang tengah berlangsung, Dayang Sumbi menggunakan tipu muslihat yakni dengan membangunkan ibu-ibu untuk menumbuk padi pertanda fajar telah tiba. Narator: Sangkuriang berhenti melakukan pekerjaannya, dan jin-jin pun lari terbirit-birit karena mengira fajar telah tiba. Namun Sangkuriang menyadari bahwa ini hanyalah tipu muslihat dari Dayang Sumbi. Sangkuriang marah dan mengutuk Dayang Sumbi lalu ia merusak bendungan yang setengah jadi ia buat bersama jin-jin nya. Karena amarah yang tak tersalurkan, Sangkuriang pun menendang perahu tersebut dan jatuh dalam keadaan terbalik. Perahu itu membentuk sebuah Gunung Tangkuban Perahu

Sunda

Gambar: 1. Sangkuriang 2. Tumang/anjing sakti 3. Sababaraha tokoh/ibu pangrojong 4. Dayang Sumbi Narator: Jaman baheula, di tanah Parahyangan di hiji karajaan anu dipingpin ku saurang raja anu diiring ku ratu anu ngan boga hiji putri. Eta putri teh namina Dayang Sumbi anu kakoncara ku kageulisan tur kacerdasan, tapi oge kasohor ku sifat manjana. Hiji isuk waktu Dayang Sumbi keur ninun, manéhna ngarasa teu damang. Teras anjeunna ngahaja ngalungkeun benang anu dipintal kana lantai sababaraha kali. Adegan 1 Dayang Sumbi: Duh, nu dipintal murag deui (Dayang Sumbi Kesel). Abdi jangji, saha waé éta, upami aya anu mawa benang anu murag ka abdi, upami anjeunna lalaki, abdi bakal ngajantenkeun anjeunna salaki, upami anjeunna awéwé, abdi bakal ngajantenkeun anjeunna adi. Narator: Sababaraha waktu sanggeus kecap perjanjian dijieun, ujug-ujug datang anjing sakti ngaranna Tumang. Tumang: Dupi ieu putri anjeun? (bari mawa benang nu dipintal) Dayang Sumbi: Naha anjeun malah mawa benang dipintal kuring? Maksudna resep atawa henteu, kuring kudu nedunan jangji kuring sangkan anjing ieu salaki kuring. Narator: Saterusna Dayang Sumbi jeung anjing ngaranna Tumang hirup bagja di hiji rumah tangga.Dina rumah tanggana, Dayang Sumbi jeung Tumang dikaruniai anak lalaki anu gagah tur tampan. Barudak tumuwuh sarta tumuwuh kawas budak lalaki umumna. Ieu budak disebut Sangkuriang. Dina lalakon tumuwuhna Sangkuriang, kahirupan sapopoe Sangkuriang sok dibarengan ku Tumang, anu kanyahoanna ngan anjing biasa anu salawasna satia marenganana. teu sakumaha bapana sabenerna. Dina mangsa nu sok ngagulidag, Sangkuriang mekar jeung tumuwuh jadi jajaka nu ganteng jeung gagah. Jaman baheula Dayang Sumbi nyebut putrana Sangkuriang Adegan 2 Dayang Sumbi: Ananda Sangkuriang, indung jaman ayeuna hayang pisan ngadahar daging kijang. Ayeuna angkat ka leuweung pikeun moro kijang sareng nyandak Tumang sareng anjeun. Sangkuriang: Muhun, indung kuring. Narator: Anjog Sangkuriang di tengah leuweung. Adegan 3 Sangkuriang: Dimana kuring bisa meunangkeun kijang badag? Kuring moal balik ka imah, nepi ka mawa hasil nyugemakeun. Mun kuring teu mawa hasil nanaon, lajeng abdi bakal pisan forcefully tusuk panah ieu kana gading kumang tinimbang kaulinan kuring pernah meunang. Narator: Lajeng Sangkuriang ngacungkeun ruku ka tingkat Tumang, sarta yakin cukup anjeunna geus ngalakukeun eta.Tumang keuna ku panah Sangkuriang sarta teu lila Tumang maot sarta ahirna maot. Saparantos Sangkuriang dugi ka bumi, anjeunna langsung masrahkeun daging Tumang ka indungna. Adegan 4 Sangkuriang: Ema, ieu kijang gedé nu diburu. Dayang Sumbi: Hatur nuhun pisan putra abdi. Anjeun pohara pinter moro kijang. Narator: Sakedapan tuang, Dayang Sumbi inget ka Tumang. Adegan 5 Dayang Sumbi: Dimana si Tumang? Naha anjeunna teu acan mulih? Sangkuriang, kadieu anaking...! Sangkuriang: Sumuhun ibu, aya naon? Dayang Sumbi: Dupi anjeun terang dimana Tumang? Naha anjeunna teu acan mulih? Sangkuriang: Hapunten ema, si Tumang tos maot dina panangan abdi. Daging anu anjeun tuang sanés daging kijang. Tapi dagingna milik Tumang. Dayang Sumbi: Naon anu anjeun carioskeun???!! Jadi naon nu disuguhan ema kamari teh daging si Tumang?? Sangkuriang: Leres ema. Dayang Sumbi: (ambek) Dasar budak bodo! Kaluar ti imah ieu! [sc:iklan] Narator: Dayang Sumbi kacida ambekna ngadéngé éta carita. Kalawan refleks dibarengan ku amarah anu muncak, Dayang Sumbi neunggeul sirah Sangkuriang ku parabot dapur anu dicekelna. Sangkuriang tatu parna dina sirahna. Sangkuriang: Hapunten ibu, oke... Abdi badé angkat ti dieu.Sababaraha taun kaliwat, Sangkuriang anu geus ngumbara di sakuliah nagara lajeng mutuskeun pikeun balik ka imahna. Sesampainya di imah, Sangkuriang kacida reuwasna ningali lobana parobahan anu geus lumangsung di kampungna. Lajeng anjeunna dihijikeun deui jeung indungna, tapi dua teu nyaho silih. Adegan 6 Sangkuriang: Hai, nona manis. Anjeun geulis pisan. Abdi hoyong ngalamar anjeun. Dupi anjeun nikah abdi janten pamajikan abdi? Dayang Sumbi: Muhun, abdi daék jadi pamajikan anjeun. Narator: Hiji mangsa Sangkuriang menta tulung pikeun ngabereskeun ikat sirahna, Dayang Sumbi nuturkeun kahayangna. Dayang Sumbi reuwas ningali sirah Sangkuriang aya tapak tatu anu jelas pisan dina sirahna. Adegan 7 Sangkuriang, naha aya tapak tatu dina sirah? Naon tapak tatu éta? Sangkuriang: Ieu tapak tatu dina sirah kuring, kuring kungsi keok ku indung kuring sakali. Kusabab kuring maehan anjing abdi tercinta. Dayang Sumbi: Duh Gusti…! Tétéla anjeun putra Sangkuriang. Narator: Dayang Sumbi beuki hariwang. Dayang Sumbi: Kumaha upami ieu? Abdi teu tiasa nikah ka anak abdi sorangan. Kuring kudu neangan cara pikeun ngagagalkeun nikah urang. Dayang Sumbi: Sangkuriang. Abdi hoyong nyarioskeun ka anjeun yén anjeun putra abdi. Anjeun putra abdi. Kuring éta hiji anu pencét sirah anjeun kalawan tanda éta saméméhna. Sangkuriang: Anjeun bohong!Anjeun ngan teu bogoh ka kuring? Éta sababna anjeun nyiptakeun carita supados pernikahan urang gagal. Dayang Sumbi: Naon anu kuring nyarioskeun ka anjeun leres-leres. Abdi putra indung anjeun. Narator: Lila-lila, Dayang Sumbi ngadadarkeun ngeunaan dirina jeung anakna jeung anjing nu ngaranna Kumang, tapi Sangkuriang tetep teu ngadéngé sarta keukeuh hayang kawin jeung Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mikir teuas pikeun manggihan cara pikeun nikahna jeung putrana gagal. Adegan 9 Dayang Sumbi: Aduh Sangkuriang, naha anjeun masih keukeuh hayang kawin? Sangkuriang: Tangtu, kuring ditangtukeun. Dayang Sumbi: Oké. Kuring daék jadi pamajikan anjeun dina sababaraha syarat. Sangkuriang: Naon syarat anjeun? Dayang Sumbi: Abdi hoyong anjeun ngadamel bendungan sareng ngadamel parahu pikeun kuring. Anjeun kudu minuhan sarat ieu saméméh subuh. Sangkuriang: Oké! Abdi bakal ngalaksanakeun sagala sarat anu anjeun pasangkeun. Narator: tuluy sangkuriang indit. Lajeng anjeunna mustered sagala magic sarta ngagero jin nyieun bendungan jeung parahu keur manehna. Narator: Nalika pagawéan Sangkuriang keur lumangsung, Dayang Sumbi ngagunakeun trik, nyaéta ku cara ngahudangkeun para wanoja pikeun menumbuk sangu, tanda geus subuh. Narator: Sangkuriang eureun migawe pagaweanana, jin teh lumpat, nganggap geus subuh.Tapi Sangkuriang sadar yen ieu teh ngan tipu daya ti Dayang Sumbi. Sangkuriang ambek sarta ngalaknat Dayang Sumbi tuluy meupeuskeun bendungan anu geus satengah rengse dijieun ku jin-jinna. Kusabab amarah anu teu bisa disalurkeun, Sangkuriang najong parahu nepi ka tibalik. Parahu ngawujud Gunung Tangkuban Perahu

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Sunda?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)