Langsung ke isi Contoh Makalah Daftar Makalah Home » Makalah » Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia Contoh Makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia Makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia oleh Keyra Decequeen KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Indonesia, Agustus 2022 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Masa Praaksara B. Permulaan dan Akhir Masa Praaksara C. Periodisasi Masa Praaksara 1. Periodisasi Masa Praaksara secara Geologis a. Zaman Arkaikum b. Zaman Paleozoikum c. Zaman Mesozoikum d. Zaman Neozoikum atau Kenozoikum e. Zaman Tertier f. Zaman Kuartier 2. Periodisasi Masa Praaksara secara Arkeologis a. Zaman Batu 1) Paleolitikum 2) Mesolitikum a) Kjokkenmoddinger b) Abris Sous Roche 3) Neolitikum 4) Megalitikum a) Menhir b) Dolmen c) Kubur Peti Batu d) Waruga e) Sarkofagus f) Punden Berundak g) Patung b. Zaman Logam 3. Periodisasi Masa Praaksara Berdasarkan Perkembangan Kehidupan a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan 1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana a) Kehidupan Ekonomi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana b) Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana c) Kehidupan Budaya Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana 2) Kehidupan Ekonomi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut a) Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut b) Kehidupan Budaya Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut b. Masa Bercocok Tanam 1) Kehidupan Ekonomi Masa Bercocok Tanam 2) Kehidupan Sosial Masa Bercocok Tanam 3) Kehidupan Budaya Masa Bercocok Tanam c. Masa Perundagian 1) Kehidupan Ekonomi Masa Perundagian 2) Kehidupan Sosial Masa Perundagian 3) Kehidupan Budaya Masa Perundagian D. Jenis Manusia Praaksara di Indonesia 1. Meganthropus 2. Pithecanthropus 3. Homo E. Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara di Indonesia 1. Animisme 2. Dinamisme 3. Totemisme F. Nilai-nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia 1. Nilai Religius (Kepercayaan) 2. Nilai Gotong Royong 3. Nilai Musyawarah 4. Nilai Keadilan 5. Tradisi Bercocok Tanam 6. Tradisi Bahari (Pelayaran) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA Download Contoh Makalah Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia.docx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di museum itu dapat ditemukan benda-benda peninggalan dari orang-orang zaman dahulu. Benda-benda tersebut ada yang berupa fosil, yaitu sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu. Ada yang berupa artefak, yaitu alat-alat kehidupan seperti senjata, alat pertanian dan alat rumah tangga. Ada pula yang berupa tulisan seperti prasasti dan naskah kuno. Melalui benda-benda tersebut, dapat mengetahui kehidupan orang-orang pada zaman dahulu, khususnya di Indonesia. Masa praaksara merupakan salah satu periode dalam kehidupan manusia ketika manusia yang belum mengenal tulisan. Praaksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara dikenal pula dengan masa prasejarah. Aksara atau tulisan adalah hasil kebudayaan manusia. Fungsi utama dari aksara ini adalah untuk berkomunikasi dan membaca tentang sesuatu. Sekelompok manusia yang telah mengenal tulisan, biasanya meninggalkan catatan-catatan tertulis kepada generasi berikutnya. Catatan itu dapat berupa batu bertulis (prasasti) dan naskah-naskah kuno. Dari catatan tertulis tersebut, kita dapat mengetahui kehidupan orang-orang zaman dahulu. Dengan demikian penemuan aksara merupakan faktor penting untuk mengetahui suatu peradaban. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah tentang Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini adalah sebagai berikut: Apa pengertian masa praaksara? Kapan permulaan dan akhir masa praaksara? Bagaimana pembagian periodisasi masa praaksara? Apa saja jenis-jenis manusia praaksara di Indonesia? Apa saja sistem kepercayaan manusia praaksara di Indonesia? Apa saja nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia? C. Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara di Indonesia ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengertian masa praaksara. Untuk mengetahui permulaan dan akhir masa praaksara. Untuk mengetahui pembagian periodisasi masa praaksara. Untuk mengetahui jenis-jenis manusia praaksara di Indonesia. Untuk mengetahui sistem kepercayaan manusia praaksara di Indonesia. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Masa Praaksara Masa praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa praaksara adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu. Zaman praaksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut aman aksara atau aman sejarah. Zaman praaksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi. B. Permulaan dan Akhir Masa Praaksara Masa praaksara dimulai sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Adapun waktu berakhirnya masa praaksara adalah setelah manusia mulai mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara tidak sama bagi tiap-tiap bangsa. Misalnya bangsa Mesir dan Mesopotamia, mereka telah mengenal tulisan kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Artinya, mereka telah meninggalkan masa praaksara kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Adapun masyarakat di Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari Yupa (batu bertulis peninggalan kerajaan Kutai) yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Dengan demikian, bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara pada abad ke-5 Masehi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan, maka tidak ada peninggalan tertulis dari masa praaksara. Kehidupan manusia pada masa praaksara dapat dipelajari melalui peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia dan fosil membantu untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk hidup pada masa praaksara. C. Periodisasi Masa Praaksara Sejarah alam semesta jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan sejarah kehidupan manusia di muka bumi. Manusia pertama kali muncul di muka bumi ini kira-kira tiga juta tahun yang lalu. Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, kita perlu mempelajari terlebih dahulu periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Pembabakan itu dapat dilakukan secara geologis, arkeologis, dan perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, diuraikan ketiga pembabakan atau periodisasi tersebut. 1. Periodisasi Masa Praaksara secara Geologis Itu adalah bumi yang selama ini kita tinggali. Pada zaman dahulu keadaan bumi tidak seperti sekarang. Sebelum adanya kehidupan, bumi mengalami perubahan-perubahan. Awalnya bumi dalam keadaan panas dan pijar sehingga tidak ada satu makhluk hidup yang mampu hidup. Kemudian bumi mendingin dan terbentuklah kerak atau kulit bumi. Makhluk hidup mulai ada sejalan dengan semakin mendinginnya bumi. Proses perubahan bumi terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman. Perubahan dari satu zaman ke zaman berikutnya memakan waktu yang lama, sampai jutaan tahun. Menurut para ahli geologi, sejarah perkembangan bumi terbagi menjadi empat periode, yaitu zaman arkaikum, paleozoikum, mesozoikum, dan neozoikum atau kenozoikum. Zaman neozoikum ini terbagi dalam dua bagian, yaitu zaman tertier dan kuartier. Pada zaman kuartier inilah mulai ada tanda-tanda kehidupan manusia. Periodisasi sejarah perkembangan bumi secara geologis, yaitu: a. Zaman Arkaikum Zaman Arkaikum merupakan zaman tertua, zaman ini berlangsung kira-kira sejak 2.500 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan di atasnya. b. Zaman Paleozoikum Zaman kehidupan tua, berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini sudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi dan reptil. c. Zaman Mesozoikum Zaman kehidupan pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu. Pada zaman ini, kehidupan di bumi makin berkembang. Binatang-binatang mencapai bentuk tubuh yang besar sekali. Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus. Di samping itu, juga mulai muncul berbagai jenis burung. Zaman mesozoikum disebut pula dengan zaman reptil karena pada zaman ini jenis binatang reptil yang paling banyak ditemukan. d. Zaman Neozoikum atau Kenozoikum Zaman kehidupan baru, berlangsung sejak kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan zaman kuartier. e. Zaman Tertier Pada zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai oleh hewan-hewan besar yang menyusui. Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika Utara dan Eropa Utara. f. Zaman Kuartier Zaman kuartier berlangsung sejak kira-kira 3.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini sangat penting bagi kita, karena merupakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka bumi. 2. Periodisasi Masa Praaksara secara Arkeologis Periodisasi secara arkeologis didasarkan atas hasil-hasil temuan benda-benda peninggalan yang dihasilkan oleh manusia yang hidup pada masa praaksara. Berdasarkan penelitian terhadap benda-benda tersebut, masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam. a. Zaman Batu Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan dari cara pengerjaannya, zaman batu dibagi menjadi empat, yaitu paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, dan megalitikum. 1) Paleolitikum Paleolitikum berasal dari kata palaeo artinya tua, dan lithos yang artinya batu sehingga zaman ini disebut zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan didaerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. Untuk membedakan temuan benda-benda praaksara di kedua tempat tersebut, para arkeolog sepakat menyebutnya sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden). Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Alat-alat yang digunakan pada zaman ini terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak perimbas atau alat serpih yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbi-umbian. 2) Mesolitikum Mesolitikum berasal dari kata meso yang artinya tengah dan lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). Pada zaman ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris Sous Roche. a) Kjokkenmoddinger Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan sudah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Dari timbunan itu, ditemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan kapak genggam paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatra sesuai dengan lokasi penemuannya. Kapak Sumatra ini bentuknya sudah lebih baik dan mulai halus. Selain itu ditemukan pula sejenis kapak pendek dan sejenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling). b) Abris Sous Roche Abris Sous Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua) maksudnya adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Alat-alat yang ditemukan pada gua tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan. 3) Neolitikum Neolitikum berasal dari kata neo yang artinya baru dan lithos yang artinya batu. Neolitikum berarti zaman batu baru. Pada zaman ini telah terjadi perubahan mendasar pada kehidupan masyarakat praaksara. Mereka mulai hidup menetap dan mampu menghasilkan bahan makanan sendiri melalui kegiatan bercocok tanam. Hasil kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Kapak persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil. Kapak berukuran besar disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul. Adapun yang ukuran kecil disebut dengan Tarah atau Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat. Kapak lonjong bentuknya lonjong. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak lonjong ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil. Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut Kleinbeil. Fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Selain kapak persegi dan kapak lonjong, pada zaman neolitikum juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah, dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit kerang. 4) Megalitikum Megalitikum berasal dari kata mega yang artinya besar dan lithos yang artinya batu. Megalitikum berarti batu besar. Jadi yang dimaksud dengan tradisi megalitikum adalah pendirian bangunan dari batu yang berukuran besar. Tradisi ini muncul pada zaman batu dan erat kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang pada saat itu, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Jenis-jenis bangunan Megalitikum antara lain sebagai berikut. a) Menhir Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah meninggal. b) Dolmen Dolmen adalah bangunan berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang oleh beberapa batu yang lain. Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur. Di samping sebagai tempat pemujaan, dolmen juga berfungsi sebagai pelinggih, tempat duduk untuk kepala suku atau raja. c) Kubur Peti Batu Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat. Kubur peti batu ini dibentuk dari enam buah papan batu, dan sebuah penutup peti. Papan-papan batu itu disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu, dan biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung. d) Waruga Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah. e) Sarkofagus Sarkofagus adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan diberi tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. f) Punden Berundak Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. g) Patung Bentuk patung masih sangat sederhana umumnya berbentuk binatang atau manusia. b. Zaman Logam Sebagai perkembangan dari zaman batu, manusia masuk ke zaman logam. Pada zaman ini, manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam, yaitu perunggu dan besi. Menurut perkembangannya, zaman logam dibedakan menjadi tiga, yaitu zaman perunggu, zaman tembaga, dan zaman besi. Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Benda-benda yang dihasilkan pada zaman ini antara lain adalah kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cenderasa (kapak sepatu). 3. Periodisasi Masa Praaksara Berdasarkan Perkembangan Kehidupan Periodisasi ini didasarkan atas perkembangan kehidupan manusia praaksara. Berdasarkan hal tersebut, maka masa praaksara dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, serta masa perundagian. a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Masa berburu makanan dibagi menjadi dua tingkat, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. 1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana Masa berburu makanan tingkat sederhana diperkirakan semasa dengan zaman paleolitikum. Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat peradabannya. Mereka hidup mengembara, pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain sebagai pemburu binatang dan penangkap ikan. Di samping itu, mereka juga meramu, yakni mencari dan mengumpulkan makanan. Jenis makanan yang dikumpulkan misalnya umbi-umbian, buah-buahan, dan daun-daunan. a) Kehidupan Ekonomi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana masih sangat bergantung pada alam. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buahan, serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain. b) Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana Sesuai dengan cara memenuhi kebutuhan, manusia pada masa ini hidupnya tidak menetap. Mereka selalu berpindah-pindah tempat mencari tempat tinggal baru yang banyak terdapat binatang buruan dan bahan makanan. Mereka juga mencari tempat-tempat yang ada airnya. Tempat yang mereka pilih ialah di padang-padang rumput diselingi semak belukar, yang sering dilalui binatang buruan. Kadang-kadang mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai, sebab di situ mereka dapat mencari kerang dan binatang-binatang laut lainnya. Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup secara berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil. Anggota kelompok yang laki-laki melakukan perburuan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil. c) Kehidupan Budaya Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana Pada masa ini, manusia sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu atau tulang dan kayu. Alat-alat yang dibuat masih berbentuk kasar. Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Alat-alat batu inti, terdiri kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam. Alat serpih yang digunakan untuk pisau, peraut, gurdi, mata panah, dan untuk menguliti umbi-umbian. Alat dari tulang dan kayu. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan semasa zaman mesolitikum. Kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana. Selain itu, tampak kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang belum dicapai pada masa sebelumnya seperti lukisan di dinding gua atau dinding karang. 2) Kehidupan Ekonomi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengenal cara bercocok tanam dengan sistem berladang. Caranya, yaitu menebang hutan, kemudian membersihkan dan menanaminya. Beberapa kali tanah ladang itu dipergunakan, dan setelah dirasakan kesuburannya berkurang, maka pindah ke tempat lain. Selain berladang, mereka juga memelihara dan mengembangbiakkan binatang. a) Kehidupan Sosial Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Kehidupan manusia pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya. Mereka masih melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang dan mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya. Meskipun demikian, kehidupan manusia mengalami perubahan yang besar. Manusia secara berkelompok mulai hidup menetap dengan memilih gua sebagai tempat tinggalnya. Biasanya gua yang dipilih adalah gua yang letaknya cukup tinggi, yaitu di lereng bukit dan dekat dengan mata air. b) Kehidupan Budaya Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Selama bertempat tinggal di gua, mereka melukiskan sesuatu di dinding gua yang menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup. Lukisan-lukisan ini dibuat dengan cara menggores pada dinding atau dengan memberi warna merah, hitam, dan putih. Bentuknya ada berupa gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya. Lukisan dinding gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia pada masa itu. Misalnya lukisan cap tangan dengan latar belakang warna merah mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda berkabung. Pada masa ini, kemampuan manusia membuat alat-alat atau perkakas mengalami kemajuan. Alat-alat-alat batu yang dibuat bentuknya lebih halus daripada masa sebelumnya. Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Kapak Sumatra, yaitu batu kerakal yang dibelah tengah sehingga satu sisinya cembung halus dan sisi lainnya kasar. Alat tulang sampung, yaitu alat yang terbuat dari tulang dan tanduk digunakan sebagai penggali umbi-umbian. b. Masa Bercocok Tanam Setelah tahap hidup berburu dan mengumpulkan makanan dilampaui, manusia memasuki suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam. Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman neolitikum. Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi. Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakkan binatang ternak. Manusia sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi. 1) Kehidupan Ekonomi Masa Bercocok Tanam Pada bercocok tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam. Manusia sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian. Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakkan binatang ternak seperti ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya. Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan. Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan yang bersifat barter. Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, atau hasil laut berupa ikan yang dikeringkan. Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di pedalaman. 2) Kehidupan Sosial Masa Bercocok Tanam Hidup menetap pada masa bercocok tanam memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan secara teratur. Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan. Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri atas tempat tinggal sederhana yang didiami oleh beberapa keluarga dan dipimpin oleh kepala kampung. Biasanya kedudukan sebagai kepala kampung dijabat oleh orang yang paling tua dan berwibawa. Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati dan ditaati oleh penduduk kampung yang dipimpinnya. Kegiatan-kegiatan dalam kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bersama mulai diatur dan dibagi antar anggota masyarakat. Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga seperti, membabat hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu dilakukan oleh laki-laki. Adapun perempuan melakukan kegiatan menabur benih di ladang yang sudah disiapkan, merawat rumah dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar. 3) Kehidupan Budaya Masa Bercocok Tanam Pada masa bercocok tanam, manusia semakin mahir membuat berbagai alat-alat atau perkakas. Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya beraneka ragam. Ada yang berfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi sebagai perhiasan, ada pula yang berfungsi sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut. Kapak Persegi digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah dan alat upacara keagamaan. Kapak Lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai kapak biasa. Gerabah Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus. Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang. Pada masa bercocok tanam, berkembang kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat meninggal dunia. Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya sendiri. Oleh karena itu, diadakan upacara pada waktu penguburan. Orang yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-sama. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan orang yang meninggal menuju alam arwah dan kehidupan selanjutnya terjamin sebaik-baiknya. Pada masa ini, mulai berkembang pula tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik (bangunan besar dari batu). Tradisi ini didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari orang yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Bangunan ini kemudian menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambang bagi orang yang meninggal tersebut. c. Masa Perundagian Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia. Kata perundagian berasal dari bahasa Bali. Undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan sampan. Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya. Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya. 1) Kehidupan Ekonomi Masa Perundagian Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupannya. Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan. Pengaturan air dilakukan agar kegiatan pertanian tidak sepenuhnya bergantung pada hujan. Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk diperdagangkan ke daerah lain. Kegiatan peternakan juga turut berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih beragam dari masa sebelumnya. Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas. Munculnya golongan masyarakat yang memiliki keterampilan tertentu menyebabkan teknologi berkembang pesat. Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan kegiatan perdagangan. Pada masa ini perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat-tempat yang jauh, yakni antarpulau. Barang-barang yang dipertukarkan semakin beragam, seperti alat pertanian, perlengkapan upacara, dan hasil kerajinan. Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian dibuktikan dengan ditemukannya nekara di Selayar dan kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan harimau. Binatang-binatang ini tidak ada di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah Indonesia bagian barat. 2) Kehidupan Sosial Masa Perundagian Masyarakat pada masa perundagian hidup menetap di perkampungan yang lebih besar dan lebih teratur. Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga jumlah kelompok penduduk bertambah banyak. Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam. Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi (pengrajin/tukang). Dalam tata kehidupan yang sudah teratur, berburu binatang liar seperti harimau dan kijang masih tetap dilakukan. Perburuan ini selain untuk menambah mata pencaharian, juga dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat keberanian dan kegagahan dalam suatu lingkungan masyarakat. 3) Kehidupan Budaya Masa Perundagian Pada masa perundagian, manusia sudah mahir membuat berbagai peralatan atau perkakas. Alat-alat yang dihasilkan terbuat dari logam digunakan untuk bertani, bertukang, peralatan rumah tangga, perhiasan dan sebagai alat perlengkapan upacara dan pemujaan. Kepercayaan yang berkembang pada masa ini melanjutkan kepercayaan pada masa sebelumnya. Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan berbagai upacara. Demikian pula kepada orang yang sudah meninggal, mereka diberi penghormatan dengan diberi bekal kubur. Terlebih lagi jika orang yang meninggal adalah orang yang terpandang atau mempunyai kedudukan dalam masyarakat, maka diadakan upacara penguburan dengan memberikan bekal kubur yang lengkap. Pada masa ini, berbagai bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung, dan seni bangunan (arsitektur) mengalami perkembangan. Hal yang menunjukkan perkembangan ini di antaranya adalah meningkatnya pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan. D. Jenis Manusia Praaksara di Indonesia Manusia yang hidup pada masa praaksara biasa disebut manusia purba. Ternyata Indonesia merupakan tempat penting bagi perkembangan penyelidikan tentang manusia purba. Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah seperti berikut. 1. Meganthropus Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan. 2. Pithecanthropus Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara berkelompok. 3. Homo Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana. E. Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara di Indonesia Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia praaksara. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar mereka. Oleh sebab itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, atau upacara ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan manusia purba adalah seperti berikut. 1. Animisme Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut. 2. Dinamisme Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya. 3. Totemisme Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau. F. Nilai-nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia Belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilai-nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1. Nilai Religius (Kepercayaan) Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk gaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk gaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk gaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan animisme. Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan gaib, karena ada kekuatan gaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan gaib disebut dinamisme. 2. Nilai Gotong Royong Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong. 3. Nilai Musyawarah Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama. 4. Nilai Keadilan Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya. 5. Tradisi Bercocok Tanam Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung persegi dan alat lainnya. 6. Tradisi Bahari (Pelayaran) Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan dan nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di Indonesia mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang berhubungan dengan aktivitas dan perilaku manusia, sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah. Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian, zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Zaman praaksara dimulai sudah tentu sejak manusia ada. Itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman praaksara berakhir setelah manusia mulai mengenal tulisan. Sampai sekarang para ahli belum dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di muka bumi ini. Untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu memahami kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya sangat panjang. Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai terbentuk sekitar 2.500 juta tahun yang lalu. Untuk menyelidiki zaman praaksara, para sejarawan harus menggunakan metode penelitian ilmu arkeologi dan juga ilmu alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi adalah bidang ilmu yang mengkaji bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, seperti lempeng artefak, monumen, candi dan sebagainya. Berikutnya menggunakan ilmu geologi dan percabangannya, terutama yang berkenaan dengan pengkajian usia lapisan bumi, dan biologi berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati (biodiversitas) makhluk hidup. B. Saran Kita bisa belajar banyak dari keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga belajar dari kegagalan mereka yang telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya atau bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian ini, dapat kita katakan bahwa nilai terpenting dalam pembelajaran sejarah tentang zaman praaksara, dan sesudahnya ada dua yaitu sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan.
Luncat ka eusi Kertas Sampel Daptar Makalah Home » Makalah » Kahirupan Manusa di Preaksara di Indonésia Conto makalah kahirupan manusa jaman prasejarah di Indonesia Makalah Kahirupan Manusa dina Jaman Prasejarah di Indonésia ku Keyra Decequeen KATA PENGANTAR Puji sinareng sukur panyusun panjatkeun ka Allah SWT, anu parantos maparin rahmat sareng karunia-Na, sahingga ieu makalah ngeunaan Kahirupan Manusa dina Jaman Pra-Bintang di Indonesia tiasa réngsé kalayan leres. Teu hilap sholawat sinareng salam mugia dilimpahkeun ka kanjeng Nabi Muhammad SAW, ka kulawargina, para sahabatna, sareng ka urang salaku umatna. Urang nyieun makalah ieu pikeun ngalengkepan tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Ngahaturkeun nuhun ka sadaya pihak anu parantos ngabantosan dina panyusunan makalah Kahirupan Manusa Jaman Prasejarah di Indonesia. Sareng urang ogé sadar pentingna maca sumber sareng referensi internét anu parantos ngabantosan dina nyayogikeun inpormasi anu bakal janten bahan pikeun makalah. Simkuring oge ngahaturkeun nuhun ka sadaya pihak anu parantos masihan pituduh sareng pituduh dugi ka panyusunan ieu makalah tiasa didamel kalawan sae. Urang sadar masih kénéh loba kakurangan dina nulis ieu makalah Kahirupan Manusa dina Mangsa Preaksara di Indonésia, ku kituna diharepkeun kritik sarta saran anu ngawangun pikeun perbaikan ieu makalah.Nyuhunkeun dihapunten upami dina makalah ieu seueur kalepatan sareng kakirangan, margi kasampurnaan mung milik anu Maha Suci, nyaeta Allah SWT, sareng kakirangan pasti aya urang salaku manusa. Mudah-mudahan ieu makalah Kahirupan Manusa Jaman Prasejarah di Indonesia tiasa mangfaat kanggo urang sadayana. Indonésia, Agustus 2022 Panyusun DAPTAR EUSI KATA PENGANTAR DAPTAR EUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Harti Prasajarah B. Awal jeung Ahir Jaman Sastra Sunda C. Periodisasi Pra-literasi 1. Periodisasi Géologis Pra-melek a. Jaman Arkais b. Jaman Paleozoikum c. Jaman Mesozoic d. Jaman Neozoic atanapi Cenozoic e. Umur tersiér f. Jaman Kuarter 2. Periodisasi Arkéologis Jaman Awal a. Jaman batu 1) Paleolitikum 2) Mésolitik a) Kjokkenmoddinger b) Abris Sous Roche 3) Neolitikum 4) Mégalitik a) Menhir b) Dolmén c) Kuburan Batu Coffin d) Waruga e) Sarkofagus f) Tangga Pundén g) Patung b. Jaman Logam 3. Periodisasi Jaman Prasajarah Dumasar Kamekaran Kahirupan a.Buru jeung ngumpul Time 1) Waktu Moro jeung Ngumpul Tingkat Basajan a) Kahirupan Ékonomi Tingkat Moro jeung Ngumpulkeun Pangan b) Kahirupan Sosial Mangsa Buru jeung Ngumpulkeun Dahareun Tingkat Sederhana c) Kahirupan Budaya Mangsa Buru jeung Ngumpul Tahap Basajan 2) Kahirupan Ékonomi Buru Maju jeung Ngumpulkeun Pangan a) Buru Maju jeung Ngumpulkeun Pangan Kahirupan Sosial b) Kahirupan Budaya Buru Maju jeung Ngumpulkeun Dahareun b. Waktos Pertanian 1) Kahirupan Ékonomi Salila Budidaya 2) Kahirupan Sosial Salila Tani 3) Kahirupan Budaya Jaman Tani c. jaman Perundagian 1) Kahirupan Ékonomi Jaman Perundagian 2) Kahirupan Sosial Jaman Perundagian 3) Kahirupan Budaya Jaman Perundagian D. Jenis-Jenis Manusa Prasejarah di Indonésia 1. Méganthropus 2. Pithecanthropus 3. Gay E. Sistem Kapercayaan Manusa Prasejarah di Indonésia 1. Animisme 2. Dinamisme 3. Totemisme F. Ajén Budaya Jaman Pra-aksara di Indonésia 1. Ajén Kaagamaan (Kayakinan) 2. Ajén Gotong royong 3. Ajén Musyawarah 4. Ajén Kaadilan 5. Budidaya Tradisi 6. Tradisi Maritim (Balayar) BAB III PANUTUP A. Kacindekan B. Saran BIBLIOGRAFI Unduh Contoh Makalah Kahirupan Manusa di Preaksara di Indonesia.docx BABI AWAL A.Latar Di museum bisa kapanggih titilar jalma baheula. Objék ieu dina wangun fosil, nyaéta sésa-sésa petrified manusa, sasatoan, jeung tutuwuhan. Aya ogé anu dina wangun artefak, nyaéta pakakas hirup saperti pakarang, pakakas tatanén jeung pakakas rumah tangga. Aya ogé wangun tulisan saperti prasasti jeung naskah kuno. Ngaliwatan objék-objék ieu, bisa mikanyaho kahirupan masarakat jaman baheula, hususna di Indonésia. Mangsa pra-melek mangrupa salah sahiji mangsa dina kahirupan manusa nalika manusa teu wawuh jeung nulis. Praaksara asalna tina gabungan kecap, nya éta pra jeung naskah. Pra hartina saméméh jeung naskah hartina tulisan. Ku kituna, anu dimaksud preaksara nyaéta jaman saméméh manusa nyaho nulis. Mangsa preaksara ogé katelah jaman nirleka (nir hartina euweuh, jeung leka hartina tulisan), nyaéta mangsa teu aya tulisan. Jaman prasejarah disebut oge jaman prasejarah. Naskah atawa tulisan mangrupa hasil kabudayaan manusa. Fungsi utama karakter ieu pikeun komunikasi jeung maca ngeunaan hiji hal. Sakelompok jalma anu geus nyaho nulis, biasana ninggalkeun catetan tinulis ka generasi saterusna. Catetan-catetanna bisa dina wangun batu tulis (prasasti) jeung naskah kuno. Tina catetan-catetan tinulis ieu, urang bisa nyaho kahirupan jalma-jalma baheula.Ku kituna kapanggihna hurup mangrupa faktor penting pikeun nyaho peradaban. B. Rumusan Masalah Dumasar kana kasang tukang di luhur, rumusan masalah anu baris diguar dina ieu makalah ngeunaan Kahirupan Manusa di Preaksara di Indonésia nyaéta kieu: Naon hartina prasejarah? Iraha pra-melek dimimitian jeung ditungtungan? Kumaha periodisasi jaman pra-melek dibagi? Kumaha rupa-rupa jalma praaksara di Indonésia? Kumaha sistem kapercayaan manusa praliterasi di Indonésia? Kumaha ajén-inajén budaya jaman pra literasi di Indonésia? C. Tujuan Tujuan nulis makalah Kahirupan Manusa Jaman Prasejarah di Indonésia nyaéta kieu: Pikeun mikanyaho harti prasejarah. Pikeun terang awal sareng akhir prasejarah. Pikeun mikanyaho sebaran periodisasi jaman pra-literasi. Pikeun mikanyaho jenis-jenis manusa pra-melek di Indonésia. Pikeun mikanyaho sistem kapercayaan masarakat prasejarah di Indonésia. Pikeun mikanyaho ajén-inajén budaya jaman pra literasi di Indonésia. BAB II DISKUSI A. Harti Prasajarah Prasajarah nyaéta mangsa kahirupan manusa saméméh nyaho nulis. Manusa anu disangka hirup dina jaman prasejarah nyaeta manusa purba. Dina waktu ieu, urang teu bisa nyaho sajarah jeung budaya manusa ngaliwatan tulisan.Hiji-hijina sumber pikeun mikanyaho kahirupan manusa purba téh ngan ngaliwatan sésa-sésa maranéhanana dina wangun fosil, pakakas kahirupan, jeung fosil tutuwuhan jeung sasatoan anu hirup jeung mekar dina waktu éta. Jaman prasejarah lumangsung lila pisan, nyaéta ti saprak manusa teu nyaho nulis nepi ka manusa mimiti mikawanoh jeung ngagunakeun tulisan. Jaman manusa nyaho jeung ngagunakeun tulisan disebut aman naskah atawa aman sajarah. Jaman preaksara di Indonésia lumangsung nepi ka abad ka-3 Masehi. Jadi, dina abad ka-4 Masehi, urang Indonésia kakara mimiti mikawanoh tulisan. Ieu bisa ditingali tina batu tulisan anu kapanggih di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Sanaos prasasti éta henteu aya tanggalna, basa sareng bentuk hurup anu dianggo nunjukkeun yén éta prasasti didamel sakitar 400 Masehi. B. Awal jeung Ahir Jaman Sastra Sunda Mangsa pra-melek dimimitian nalika manusa aya, nya éta titik awal pikeun jaman pra-melek. Waktu ahir jaman preaksara nyaéta sanggeus manusa mimiti mikawanoh tulisan. Ahir pra-melek henteu sarua pikeun unggal bangsa. Contona, urang Mesir jeung Mesopotamia, maranéhna geus dipikawanoh tulisan ngeunaan 3.000 taun SM. Hartina, maranéhna geus ninggalkeun jaman pra-melek kurang leuwih 3.000 taun SM. Masarakat di Indonésia mimiti mikawanoh tulisan kira-kira abad ka-5 Masehi.Hal ieu dipikanyaho ti Yupa (batu tulisan ti karajaan Kutai) anu aya di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Ku kituna, masarakat Indonésia ninggalkeun jaman pra literasi dina abad ka-5 Masehi. Sakumaha anu dijelaskeun tadi, dina jaman pra-sejarah, manusa teu apal kana tulisan, jadi teu aya titinggal tulisan ti jaman pra-melek. Kahirupan manusa dina jaman prasejarah bisa diulik ngaliwatan titinggal titinggal manusa nu hirup dina mangsa harita. Titinggal bisa dina wangun artefak jeung fosil. Artefak mantuan urang pikeun ngaduga kumaha kahirupan manusa dimekarkeun sarta fosil mantuan uninga tumuwuhna fisik mahluk hirup di jaman prasejarah. C. Periodisasi Pra-literasi Sajarah alam semesta jauh leuwih panjang batan sajarah kahirupan manusa di bumi. Manusa mimiti muncul di bumi ieu kira-kira tilu juta taun ka tukang. Pikeun mikanyaho kamekaran manusa ti mimiti hirupna, urang kudu nalungtik heula periodisasi atawa kronologis jaman di bumi. Pecahan tiasa dilaksanakeun sacara géologis, arkéologis, sareng dina kamekaran kahirupan manusa. Di handap ieu ngajelaskeun tilu babak atawa periodisasi. 1. Periodisasi Géologis Pra-melek Éta bumi anu urang hirup. Jaman baheula kaayaan bumi teu siga ayeuna. Sateuacan hirup aya, bumi ngalaman parobahan.Mimitina bumi panas sareng pijar sahingga teu aya hiji mahluk hirup anu tiasa hirup. Teras bumi niiskeun sareng ngabentuk kerak bumi atanapi kulit. Makhluk hirup mimiti aya saluyu sareng bumi anu langkung tiis. Prosés ngarobah bumi dibagi kana sababaraha fase atawa epochs. Parobahan ti hiji jaman ka jaman saterusna butuh waktu lila, nepi ka jutaan taun. Nurutkeun para ahli géologi, sajarah kamekaran bumi dibagi jadi opat mangsa, nyaéta jaman arkais, paleozoikum, mesozoikum, jeung neozoikum atawa sénozoikum. Jaman Neozoikum dibagi jadi dua bagian, nya éta tersiér jeung kuartener. Dina mangsa kuarter ieu aya tanda-tanda kahirupan manusa. Periodisasi sajarah perkembangan géologis bumi, nyaéta: a. Jaman Arkais Jaman Arkais nyaéta jaman pangkolotna, jaman ieu lumangsung kurang leuwih 2.500 juta taun ka tukang. Dina waktu éta kulit bumi masih panas pisan, jadi teu aya kahirupan di dinya. b. Jaman Paleozoikum Umur hirup heubeul, lumangsung kurang leuwih 340 juta taun ka tukang. Jaman ieu geus ditandaan ku mecenghulna tanda-tanda kahirupan, diantarana munculna sato leutik tanpa tulang tonggong, rupa-rupa jenis lauk, amfibi jeung réptil. c. Jaman Mesozoic Abad Pertengahan, lumangsung ti ngeunaan 140 juta taun ka tukang. Dina jaman ieu, kahirupan di bumi ngembang.Beasts attained wangun awak gede pisan. Urang terang aranjeunna salaku dinosaurus. Salian ti éta, ogé mimiti muncul rupa-rupa jenis manuk. Era Mesozoic ogé katelah Jaman Réptil sabab dina waktu ieu kapanggih jenis réptil paling umum. d. Jaman Neozoic atanapi Cenozoic A umur anyar kahirupan, dimimitian ngeunaan 60 juta taun ka tukang. Jaman ieu dibagi jadi dua, nya éta jaman tersiér jeung jaman kuarténer. e. Umur tersiér Dina jaman tersiér, jenis réptil badag mimiti leungit sarta bumi umumna didominasi ku mamalia badag. Contona nyaéta jenis gajah purba (mammuthus) anu pernah hirup di Amérika Kalér jeung Éropa Kalér. f. Jaman Kuarter Mangsa Kuarter dimimitian kira-kira 3.000.000 taun ka tukang. Jaman ieu penting pisan pikeun urang, sabab éta mangrupikeun awal kahirupan manusa anu munggaran di bumi. 2. Periodisasi Arkéologis Jaman Awal Periodisasi arkéologis dumasar kana panemuan titinggal anu dihasilkeun ku manusa anu hirup dina jaman pra-melek. Dumasar kana hasil panalungtikan ngeunaan objék ieu, jaman pra literasi dibagi jadi dua, nyaéta jaman batu jeung jaman logam. a. Jaman batu Jaman Batu nyaéta jaman nalika lolobana parabot nu ngarojong kahirupan manusa dijieun tina batu.Dumasar kana hasil panalungtikan ngeunaan pakakas anu digunakeun jeung cara digawéna, jaman batu téh dibagi jadi opat, nya éta paleolitik, mésolitik, neolitik, jeung mégalitik. 1) Paleolitikum Paléolitik asalna tina kecap palaeo anu hartina kolot, jeung lithos anu hartina batu sahingga jaman ieu disebut jaman batu kolot. Hasil budayana lolobana kapanggih di wewengkon Pacitan jeung Ngandong Jawa Timur. Pikeun ngabédakeun kapanggihna objék prasejarah di éta dua tempat, para arkeolog satuju pikeun nyebut budaya Pacitan jeung budaya Ngandong. Jaman Batu Heubeul diperkirakeun lumangsung kira-kira 600.000 taun ka tukang. Kahirupan manusa masih basajan pisan, hirup nomaden. Aranjeunna ménta dahareun ku cara moro, ngumpulkeun bungbuahan, tubers, sarta néwak lauk. Pakakas anu digunakeun dina jaman ieu dijieunna tina batu anu masih kasar jeung henteu diasah, saperti kampak atawa serpihan anu dipaké pikeun ngasah kulit, nyiksikan daging, atawa motong umbi. 2) Mésolitik Mésolitik asalna tina kecap meso anu hartina tengah jeung lithos anu hartina batu sahingga jaman ieu bisa disebut jaman batu tengah. Hasil budaya batu tengah leuwih maju lamun dibandingkeun jeung hasil jaman Paleolitikum (batu kolot).Dina mangsa ieu, manusa geus hirup kumbuh sangkan kabudayaan anu jadi ciri khas jaman ieu nya éta kabudayaan Kjokkenmoddinger jeung kabudayaan Abris Sous Roche. a) Kjokkenmoddinger Kjokkenmoddinger mangrupa istilah anu asalna tina basa Denmark, nyaéta kjokken hartina dapur jeung modding hartina sampah. Janten, Kjokkenmoddinger sacara harfiah hartosna runtah dapur. Kjokkenmoddinger mangrupakeun gunung cangkang jeung snail nu geus jadi fossilized. Kjokkenmoddinger kapanggih sapanjang basisir wétan Sumatra, antara Langsa jeung Medan. Tina tumpukan éta kapanggih hiji kampak leungeun nu tétéla béda jeung kampak leungeun Paleolitik. Kampak leungeun nu kapanggih dingaranan karikil atawa kampak Sumatra nurutkeun lokasi kapanggihna. Kapak Sumatra ieu dina bentuk anu langkung saé sareng mimiti langkung mulus. Sajaba ti éta, ogé kapanggih hiji kampak pondok sarta jenis batu (alat grinding batu). b) Abris Sous Roche Abris Sous Roche (abris = cicing, sous = jero, roche = guha) hartina guha-guha anu dijadikeun tempat padumukan manusa jaman baheula pikeun jadi panyumputan tina cuaca jeung sato galak. Pakakas nu kapanggih di guha kaasup pakakas batu saperti hulu panah, serpihan, kerikil, jeung pakakas anu dijieun tina tanduk tulang jeung kijang. Budaya sous roche abris ieu tiasa dipendakan, contona di Besuki, Bojonegoro, sareng di Sulawesi Selatan.3) Neolitikum Neolitik asalna tina kecap neo nu hartina anyar jeung lithos nu hartina batu. Neolitikum hartina jaman batu anyar. Dina jaman ieu geus aya parobahan fundamental dina kahirupan masarakat pra-melek. Aranjeunna mimiti hirup sedentary sarta bisa ngahasilkeun dahareun sorangan ngaliwatan kagiatan tani. Produk budaya anu kasohor dina jaman ieu nyaéta kampak pasagi sareng kampak oval. Sumbu pasagi bentukna sagi opat sareng aya anu bentukna trapezoid. Sababaraha sumbu pasagi anu badag sarta sababaraha anu leutik. A kampak badag disebut pickaxe sarta fungsi minangka pacul. Ukuranna leutik disebut Tarah atawa Tatah jeung fungsina minangka tatah. Kampak bentukna oval. Dina tungtung seukeut disimpen gagang jeung di tungtung séjén diasah sangkan seukeut. Aya sumbu lonjong anu ageung sareng aya anu alit. Kampak oval ageung disebut Walzenbeil sareng anu langkung alit disebut Kleinbeil. Fungsi kampak oval sarua jeung kampak kuadrat. Salian ti kampak pasagi jeung kampak lonjong, dina jaman Neolitikum oge aya barang-barang lianna saperti perhiasan, karajinan, jeung pakean. Perhiasan anu sering kapanggih umumna dijieun tina batu jeung cangkang laut. 4) Mégalitik Mégalitik asalna tina kecap mega anu hartina gedé jeung lithos anu hartina batu. Mégalitik hartina batu badag.Jadi anu dimaksud tradisi mégalitik nyaéta diadegkeun wangunan batu gedé. Tradisi ieu muncul dina jaman batu sarta raket patalina jeung kayakinan anu mekar dina jaman harita, nyaéta pemujaan arwah karuhun. Jenis-jenis wangunan mégalitik ngawengku ieu di handap. a) Menhir Menhir nyaéta wangunan anu wangunna tina batu anu nangtung atawa monumen anu fungsina minangka tempat pamujaan arwah karuhun atawa tanda peringatan pikeun jalma anu geus maot. b) Dolmén Dolmen nyaéta wangunan anu wangunna méja batu, diwangun ku batu anu rubak dirojong ku sababaraha batu séjénna. The dolmen fungsi minangka tempat kurban pikeun nyembah roh karuhun. Salian ti tempat pamujaan, dolmen ogé dijadikeun pelinggih, tempat diuk lulugu atawa raja. c) Kuburan Batu Coffin Kuburan batu peti mangrupa tempat neundeun mayit. Makam peti peti batu ieu diwangun ti genep planks batu, sarta panutup Coffin. Papan batu disusun langsung dina liang-liang anu tos disayagikeun sateuacanna, sareng biasana disimpen sacara longitudinal nuju ka walungan atanapi gunung. d) Waruga Waruga nyaéta peti kuburan batu leutik. Bentukna kubus sareng buleud. Waruga lolobana aya di Sulawesi Tengah. e) Sarkofagus Sarkofagus nyaéta wangunan anu wangunna kuburan batu anu wangunna siga mortir sarta dibéré tutup. Sarcophagi kapanggih di loba wewengkon Bali.f) Tangga Pundén Teras Punden nyaéta wangunan bertingkat anu disambung ku tanjakan leutik. Tarasi punden fungsina minangka tempat pamujaan arwah karuhun. g) Patung Wangun arca masih basajan pisan, umumna mangrupa sato atawa manusa. b. Jaman Logam Salaku perkembangan jaman batu, manusa asup ka jaman logam. Dina jaman ieu, manusa lain ngan ukur ngagunakeun bahan tina batu pikeun nyieun parabot hirupna, tapi ogé ngagunakeun bahan logam, nyaéta perunggu jeung beusi. Nurutkeun kamekaranana, jaman logam téh dibagi tilu, nyaéta jaman parunggu, jaman tambaga, jeung jaman beusi. Indonésia ngan ngalaman dua jaman logam, nyaéta Jaman Perunggu jeung Jaman Beusi. Obyék anu dihasilkeun dina mangsa ieu diantarana kampak corong (kampak nyarupaan corong), nekara, moko, wadah perunggu, manik, cenderasa (kampak sapatu). 3. Periodisasi Jaman Prasajarah Dumasar Kamekaran Kahirupan Periodisasi ieu dumasar kana kamekaran kahirupan manusa pra-melek. Dumasar kana éta hal, mangsa pra-melek bisa dibagi jadi sababaraha tahapan, nya éta mangsa moro jeung ngumpulkeun, mangsa budidaya, jeung mangsa perundagian. a. Buru jeung ngumpul Time Mangsa moro dahareun dibagi jadi dua tingkatan, nya éta periode moro jeung ngumpulkeun tingkat basajan jeung jaman moro jeung ngumpulkeun dahareun canggih.1) Waktu Moro jeung Ngumpul Tingkat Basajan Mangsa moro dahareun basajan diperkirakeun dina mangsa jaman Paleolitik. Manusa anu hirup dina mangsa ieu masih aya dina tingkat peradaban anu handap. Aranjeunna hirup ngumbara, pindah ti hiji tempat ka tempat séjén salaku hunters sato jeung catchers lauk. Sajaba ti éta, maranéhna ogé ngumpul, nyaéta néangan jeung ngumpulkeun dahareun. Jenis kadaharan anu dikumpulkeun nyaéta umbi-umbian, bungbuahan, sareng daun. a) Kahirupan Ékonomi Tingkat Moro jeung Ngumpulkeun Pangan Kahirupan manusa dina waktu moro jeung ngumpulkeun dahareun dina tingkat basajan masih pisan gumantung alam. Kabutuhan kadaharan dicumponan ku cara moro sasatoan jeung ngumpulkeun umbi-umbian, bungbuahan, jeung daun anu kapanggih di lingkunganana. Lamun sumber pangan di sabudeureun tempat aranjeunna depleted atawa depleted, aranjeunna ngalih ka tempat séjén. b) Kahirupan Sosial Mangsa Buru jeung Ngumpulkeun Dahareun Tingkat Sederhana Luyu jeung kumaha carana nyumponan pangabutuh, manusa dina mangsa ieu teu hirup langgeng. Aranjeunna salawasna pindah ti hiji tempat ka tempat néangan tempat anyar pikeun hirup dimana aya loba sato buruan jeung bahan kadaharan. Éta ogé néangan tempat dimana aya cai. Tempat anu dipilih nyaéta di padang rumput hejo anu diselang ku rungkun, anu sering dijalanan ku buruan.Kadang-kadang maranehna milih tempat cicing di sisi basisir, sabab di dinya bisa manggihan cangkang jeung sato laut lianna. Manusa dina waktu moro jeung ngumpulkeun dahareun dina tingkat basajan hirup di grup diwangun ku kulawarga leutik. Anggota grup jalu moro jeung bikang ngumpulkeun kadaharan ti tutuwuhan jeung sato leutik. c) Kahirupan Budaya Mangsa Buru jeung Ngumpul Tahap Basajan Dina waktu ieu, manusa geus bisa nyieun parabot basajan tina batu atawa tulang jeung kai. Parabot anu didamelna masih kasar. Pakakas ieu di antarana di handap. Alat-alat batu inti, diwangun ku kampak tumpak, kampak penetak, pahat leungeun, jeung kampak leungeun. Alat serpihan dipaké pikeun péso, rautan, bor, panah, jeung pikeun ngulit umbi. Parabot dijieun tina tulang jeung kai. Mangsa moro canggih jeung ngumpulkeun dahareun Mangsa moro jeung ngumpulkeun dahareun canggih diperkirakeun dina mangsa jaman Mesolithic. Kahirupan manusa dina mangsa ieu geus ngalaman kamajuan dibandingkeun jeung mangsa saméméhna. Manusa mimiti hirup sedentary sanajan ngan bari jeung mimiti mikawanoh métode pertanian basajan. Salian ti éta, aya kagiatan manusa anu ngahasilkeun hiji hal anu can kahontal dina mangsa katukang, saperti ngalukis dina tembok guha atawa tembok batu.2) Kahirupan Ékonomi Buru Maju jeung Ngumpulkeun Pangan Manusa dina waktu moro jeung ngumpulkeun dahareun canggih geus nyaho kumaha carana melak pepelakan kalawan sistem pertanian. Carana nyaéta nebang leuweung, tuluy ngabersihan jeung melakna. Sababaraha kali lahan dipaké, sarta sanggeus ngarasa yén kasuburan na geus ngurangan, lajeng dipindahkeun ka tempat séjén. Salian ti tatanén, maranéhna ogé ngabudidayakeun jeung ngabibitakeun sato. a) Buru Maju jeung Ngumpulkeun Pangan Kahirupan Sosial Kahirupan manusa jaman kiwari masih kénéh dipangaruhan ku cara hirup jaman baheula. Aranjeunna masih moro sato, nyekel lauk, néangan cangkang jeung ngumpulkeun kadaharan ti lingkungan sabudeureun. Sanajan kitu, kahirupan manusa geus ngalaman parobahan badag. Manusa dina kelompok mimiti hirup sedentary ku milih guha salaku tempat cicing. Biasana guha anu dipilih nyaéta guha anu lokasina rada luhur, nyaéta di lereng gunung sarta deukeut ka hiji cinyusu. b) Kahirupan Budaya Buru Maju jeung Ngumpulkeun Dahareun Salila cicing di guha, aranjeunna ngalukis hiji hal dina témbok guha anu ngagambarkeun hiji pangalaman, perjuangan, jeung harepan dina kahirupan. Lukisan ieu dijieun ku cara scratching tembok atawa ku cara méré kelir beureum, hideung, bodas. Wangunna dina wangun gambar leungeun, sasatoan, atawa wangun séjénna.Lukisan tembok guha nandakeun kamekaran kapercayaan manusa jaman harita. Contona, sidik leungeun dina latar beureum nandakeun kakuatan pelindung pikeun nyegah roh-roh jahat, jeung sidik leungeun nu teu lengkep dianggap tanda tunggara. Dina waktos ieu, kamampuan manusa pikeun ngadamel alat atanapi alat nuju kamajuan. Parabot batu dijieun leuwih refined ti kantos. Pakakas ieu di antarana di handap. Kampak Sumatra, nyaéta batu anu dibelah tengahna jadi hiji sisina cembung lemes jeung hiji sisina kasar. Pakakas tulang, nyaéta pakakas anu dijieun tina tulang jeung tanduk, dipaké pikeun ngagali akar. b. Waktos Pertanian Sanggeus tahap kahirupan moro jeung ngumpulkeun kadaharan diliwat, manusa asup kana mangsa kahirupan nu disebut jaman tani. Mangsa tatanén diperkirakeun dina mangsa Neolitikum. Dina waktu ieu, peradaban manusa geus ngahontal tingkat anu cukup luhur. Manusa geus miboga kamampuh pikeun ngokolakeun alam pikeun nyumponan kabutuhan hirup ku cara tani jeung beternak ingon-ingon. Manusa geus hirup sedentary sarta henteu deui gerak sabudeureun sakumaha dina poé moro jeung ngumpulkeun dahareun. Aranjeunna hirup sedentary sabab suplai dahareun cukup. 1) Kahirupan Ékonomi Salila Budidaya Dina tatanén, manusa henteu deui gumantung sagemblengna kana alam.Manusa geus bisa ngolah alam pikeun nyumponan kabutuhan hirup. Kabutuhan pangan dicumponan ku cara ngabersihan leuweung jeung rungkun pikeun melak rupa-rupa pepelakan sangkan sawah anu nyadiakeun hasil tatanén bisa dijieun. Salian ti tani, maranéhna ogé ngabibitakeun ingon-ingon saperti hayam, kebo jeung ingon-ingon séjénna. Sanajan geus melak palawija jeung ternak, moro jeung ngumpulkeun hasil leuweung tetep dilaksanakeun. Manusa dina waktu tani disangka geus ngalaksanakeun kagiatan dagang barter. Barang-barang anu ditukeurkeun waktu harita nya éta palawija, karajinan saperti karajinan jeung cucuk, atawa hasil laut dina wangun lauk garing. Lauk laut nu dihasilkeun ku warga basisir diperlukeun ku nu hirup di pedalaman. 2) Kahirupan Sosial Salila Tani Kahirupan sedentary salila tani méré kasempetan pikeun manusa pikeun ngatur hirup kalawan tartib. Aranjeunna hirup permanén di hiji tempat dina grup sarta ngawangun komunitas désa. Désa dina mangsa tatanén diwangun ku padumukan basajan anu dicicingan ku sababaraha kulawarga sarta dipingpin ku lurah. Biasana jabatan salaku kapala désa dicepeng ku nu pangkolotna jeung nu boga wewenang. Kapala désa téh tokoh nu dipihormat, dipikahormat tur diturut ku warga désa nu dipingpinna.Kagiatan dina kahirupan désa anu ditujukeun pikeun nyumponan pangabutuh umum mimiti diatur sarta dibarengan ku warga masarakat. Kagiatan-kagiatan anu loba ngabeakkeun tanaga saperti ngabersihan leuweung, nyiapkeun sawah pikeun melak, nyieun imah atawa nyieun parahu dilaksanakeun ku lalaki. Sedengkeun pikeun kaum wanoja, ngalaksanakeun kagiatan nebar siki di sawah anu geus disiapkeun, ngurus imah jeung kagiatan séjénna anu teu merlukeun loba tanaga. 3) Kahirupan Budaya Jaman Tani Dina mangsa tatanén, manusa beuki mahér dina nyieun rupa-rupa pakakas atawa pakakas. Alat-alat anu dihasilkeun parantos disampurnakeun sareng gaduh sababaraha fungsi. Aya anu dipaké pikeun kagiatan sapopoé, aya ogé anu dijadikeun perhiasan, aya ogé anu dijadikeun alat pikeun upacara kaagamaan. Pakakas ieu di antarana di handap. Kampak pasagi dipaké pikeun ngagarap kai, ngagarap taneuh jeung pakakas pikeun upacara kaagamaan. Kampak lonjong dipaké minangka pacul pikeun ngolah taneuh jeung minangka kampak biasa. karajinan Pemukul babakan digunakeun pikeun ngagelebug kulit nepi ka rata. Perhiasan dina bentuk pinggel tina batu sareng cangkang laut. Salila période budidaya, aya kapercayaan tumuwuh yén sumanget hiji urang moal leungit dina waktu maot. Ruh dianggap boga kahirupan nu sipatna sorangan. Ku kituna, dina waktu dikubur dilaksanakeun upacara.Jalma anu maot dibekelan rupa-rupa kaperluan sapopoé, saperti perhiasan jeung pot anu dikubur babarengan. Hal ieu dimaksad supados perjalanan almarhum ka alam roh sareng ka alam saterasna dijamin sae. Dina mangsa ieu, tradisi ngawangun gedong mégalitik (gedong gedé tina batu) mimiti mekar ogé. Tradisi ieu dumasar kana kayakinan ayana hubungan antara nu hirup jeung nu geus maot, utamana kapercayaan kana kuatna pangaruh mayit kana karaharjaan masarakat jeung kasuburan pepelakan. Jasa baraya almarhum diabadikeun ku ngadegkeun wangunan batu badag. Ieu wangunan saterusna jadi media hormat, tempat cicing, sarta jadi simbol pikeun jalma nu maot. c. jaman Perundagian Mangsa perundagian nyaéta ahir jaman preaksara di Indonésia. Kecap perundagian asalna tina basa Bali. Undagi, hartina jalma atawa sakelompok jalma atawa sakelompok jalma anu miboga kacerdasan atawa kaparigelan dina hiji jenis usaha, saperti nyieun karajinan, nyieun perhiasan, atawa nyieun kanu. Mangsa Perundagian diperkirakeun dina mangsa Jaman Perunggu. Dina waktu ieu, peradaban manusa geus maju. Téknologi nyieun pakakas atawa pakakas téh leuwih luhur batan jaman baheula.1) Kahirupan Ékonomi Jaman Perundagian Jalma-jalma dina jaman perundagian geus bisa ngatur kahirupanana. Kagiatan hirup anu dipilampahna lain ngan ukur pikeun nyumponan kabutuhan hirup, tapi pikeun ngaronjatkeun karaharjaan. Kagiatan tatanen di sawah jeung sawah masih dilaksanakeun. Pangaturan cai dilakukeun sangkan kagiatan tatanén henteu sagemblengna gumantung kana hujan. Hasil tatanén disimpen pikeun période garing sarta kamungkinan pikeun dagang ka wewengkon séjén. Kagiatan ingon-ingon ogé ngembang, ingon-ingon anu dipiara leuwih rupa-rupa ti baheula. Masarakat geus bisa ngamumulé kuda jeung rupa-rupa ternak. Munculna kelompok jalma anu boga kaahlian tangtu ngabalukarkeun téhnologi ngembang pesat. Salaku kamajuan geus dijieun, aya geus ngaronjat aktivitas dagang. Dina waktos ieu perdagangan masih barter, tapi parantos dugi ka tempat anu jauh, nyaéta antar pulo. Barang ditukeurkeun beuki rupa-rupa, saperti pakakas tatanén, pakakas upacara, jeung karajinan. Kagiatan padagangan antarpulau dina jaman perundagian dibuktikeun ku kapanggihna nekara di Selayar jeung Kapuloan Kei dihias ku gambar sasatoan saperti gajah, merak, jeung maung. Sato ieu henteu aya di Indonesia wétan. Ieu nuduhkeun yén nekara asalna ti Indonésia bagian kulon.2) Kahirupan Sosial Jaman Perundagian Jalma-jalma dina jaman perundagian cicing di kampung-kampung anu langkung ageung sareng biasa. Ieu désa dibentuk tina ngahijikeun sababaraha désa sahingga jumlah golongan pendudukna ngaronjat. Masarakat diwangun ku rupa-rupa golongan. Aya kelompok tani, aya padagang, aya oge kelompok undagi (tukang/tukang). Dina cara hirup anu tartib, moro sato galak sapertos maung sareng kijang masih dilaksanakeun. Ieu moro lain ngan ukur pikeun ngaronjatkeun mata pencaharian, tapi ogé pikeun némbongkeun tingkat kawani jeung kawani dina hiji masarakat. 3) Kahirupan Budaya Jaman Perundagian Dina jaman perundagian, manusa mah geus mahir nyieun rupa-rupa pakakas atawa pakakas. Alat-alat anu dihasilkeun tina logam dipaké pikeun tatanén, pertukangan, parabot rumah tangga, perhiasan sarta salaku alat upacara sarta ibadah. Kayakinan anu tumuwuh dina mangsa ieu neruskeun kapercayaan jaman baheula. Masarakat percaya yén roh karuhun mangaruhan kana lalampahan kahirupan manusa jeung masarakat. Ku kituna, roh karuhun kudu salawasna diajénan ku cara ngalaksanakeun rupa-rupa upacara. Kitu ogé pikeun jalma anu geus maot, maranéhanana dibere hormat ku cara dibere bekel kubur.Leuwih ti éta, lamun jalma anu maot téh jalma dihormat atawa boga kalungguhan di masarakat, upacara ngubur ku cara nyadiakeun bekel kuburan lengkep. Dina mangsa ieu, rupa-rupa widang kasenian saperti lukisan, ukir, patung, jeung seni wangunan (arsitektur) ngalaman kamekaran. Hal-hal anu nuduhkeun kamekaran ieu diantarana ngaronjatna ukiran arca jeung ngadegkeun wangunan batu pikeun ibadah. D. Jenis-Jenis Manusa Prasejarah di Indonésia Manusa anu hirup dina jaman prasejarah katelahna manusa purba. Tétéla Indonésia mangrupa tempat anu penting pikeun kamekaran panalungtikan manusa purba. Di Indonésia loba kapanggih fosil manusa purba. Jenis-jenis manusa purba anu aya di Indonésia nyaéta kieu. 1. Méganthropus Fosil Meganthropus, nyaéta Meganthropus Palaeojavanicus, kapanggih ku Von Koenigswald taun 1936 jeung 1941 di Sangiran, Kabupatén Sragen, Jawa Tengah. Manusa purba pangkolotna di Jawa diperkirakeun hirup antara 2.500.000 jeung 1.250.000 taun ka tukang. Diperkirakeun dedeganana lincah, rahang jeung geraham badag, teu aya gado nepi ka siga monyet. Aranjeunna hirup dina kadaharan anu asalna utamana tina tutuwuhan. 2. Pithecanthropus Fosil Pithecanthropus paling ilahar kapanggih di Indonésia. Pithecanthropus henteu kuat sapertos Meganthropus.Jenis Pithecanthropus di Indonésia diantarana Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, jeung Pithecanthropus erectus. Manusa purba, nu diperkirakeun hirup 2.500.000 nepi ka 1.250.000 taun ka tukang, miboga awak jejeg ngeunaan 165-180 cm. Éta kénéh nyarupaan kera jeung tulang tangkorak anu cukup kandel jeung bentukna lonjong. Pithecanthropus hirup moro jeung ngumpulkeun dahareun. Aranjeunna hirup di sawah kabuka sarta hirup di grup. 3. Gay Manusa tipe homo leuwih sampurna batan dua jenis manusa purba di luhur. Manusa anu jangkungna antara 130-210 cm hirup antara 25.000-40.000 taun ka tukang. Jenisna diantarana Homo Soloensis (manusa purba ti Solo), Homo Wajakensis (manusa purba ti Wajak), jeung Homo Sapiens (manusa calakan). Manusa mimiti tipe ieu geus bisa nyieun parabot tina batu jeung tulang pikeun moro. Éta ogé geus bisa masak kadaharan maranéhanana sanajan dina cara basajan. E. Sistem Kapercayaan Manusa Prasejarah di Indonésia Sistem kapercayaan geus dimekarkeun dina jaman prasejarah. Aranjeunna sadar yen aya kakuatan sejen saluareun aranjeunna. Ku alatan éta, aranjeunna nyobian ngadeukeutan ka kakuatan éta. Carana nya éta ngayakeun rupa-rupa upacara, saperti muja, méré sasajén, atawa upacara ritual séjénna. Sababaraha sistem kapercayaan manusa jaman baheula nyaéta kieu. 1. Animisme Animisme nyaéta kapercayaan kana roh anu nyicingan sagala hal.Manusa mimiti percaya yén arwah karuhunna masih kénéh mangaruhan kana kahirupan di dunya. Maranéhna ogé percaya kana ayana roh-roh di luar roh manusa nu bisa migawé jahat jeung hadé. Arwah nyicingan sagala objék, kayaning tangkal, batu, gunung, jsb. Sangkan maranéhna teu kaganggu ku roh-roh jahat, maranéhna méré kurban ka roh-roh jahat. 2. Dinamisme Dinamisme nyaéta kayakinan yén sagala hal mibanda kakuatan atawa kakuatan anu bisa mangaruhan kana kasuksesan atawa kagagalan usaha manusa dina ngajaga kahirupan. Maranéhna percaya kana kakuatan gaib jeung kakuatan éta bisa mantuan maranéhna. Kakuatan gaib aya dina barang-barang sapertos keris, arca, gunung, tangkal ageung, jsb. Pikeun meunangkeun bantuan kakuatan gaib ieu, maranéhna ngalakukeun upacara méré kurban, atawa ritual lianna. 3. Totemisme Totemisme nyaéta kapercayaan yén sato-sato tangtu suci tur dipuja sabab mibanda kakuatan gaib. Sasatoan anu dianggap suci diantarana sapi, oray, jeung maung. F. Ajén Budaya Jaman Pra-aksara di Indonésia Diajar tina kahirupan manusa di jaman pra-melek, aya ajén-inajén budaya jeung tradisional nu bisa urang jadikeun pangajaran jeung panutan. Ajén-inajén budaya jeung tradisi ieu masih kénéh katingali dina kahirupan masarakat Indonésia kiwari. Nilai-nilai ieu kalebet di handap ieu. 1.Ajén Kaagamaan (Kapercayaan) Masarakat prasejarah geus boga kapercayaan kana ayana kakuatan gaib. Maranéhna percaya yén tangkal jangkung, leuweung geledegan, guha poék, basisir, laut atawa tempat séjén dianggap suci sabab dicicingan ku roh atawa mahluk gaib. Maranéhna percaya yén kajadian alam saperti hujan, kilat, banjir, bitu gunung, atawa lini téh balukar tina kalakuan roh atawa mahluk gaib. Pikeun ngahindarkeun musibat, roh atawa mahluk gaib kudu salawasna disembah. Kapercayaan kana roh ieu disebut animisme. Salian ti percaya ka arwah, maranéhna ogé percaya yén objék-objék nu tangtu saperti kampak, tumbak atawa barang séjénna mibanda kakuatan gaib, sabab mibanda kakuatan gaib, objék ieu kudu suci. Kayakinan yén objék mibanda kakuatan gaib disebut dinamisme. 2. Ajén Gotong royong Pribumi hirup sakelompok, gawé bareng pikeun kapentingan umum, contona ngawangun imah anu dipigawé babarengan. Kabudayaan gotong royong ogé bisa ditingali tina warisanana dina wangun wangunan batu gedé anu bisa dipastikeun diwangun ku gotong royong. 3. Ajén Musyawarah Dina kahirupan berkelompok, masarakat pra melek geus mekarkeun ajén musyawarah.Hal ieu bisa dibuktikeun ku kapilihna pamingpin anu dianggap pangkolotna (kokolot) anu ngatur masarakat sarta nyieun kaputusan pikeun ngaréngsékeun sagala rupa masalah anu disanghareupan babarengan. 4. Ajén Kaadilan Ajén kaadilan geus diterapkeun dina kahirupan masarakat praliterasi, nya éta babagi pancén luyu jeung kamampuh jeung kaahlianana. Kawajiban lalaki béda jeung tugas awéwé. Ieu ngagambarkeun sikep adil sabab saréréa bakal meunang hak jeung kawajiban luyu jeung kamampuhna. 5. Budidaya Tradisi Salasahiji cara anu digunakeun ku masarakat anu kurang mampu pikeun nyumponan kabutuhan hirup nyaéta ngamumulé pepelakan. Hal ieu dibuktikeun ku kapanggihna pakakas tatanén has dina wangun pérak pasagi sarta pakakas séjénna. 6. Tradisi Maritim (Balayar) Masarakat pra-melek éta akrab jeung élmu astronomi. Pangaweruh ieu pohara mantuan nalika maranéhna balayar ti pulo ka pulo maké parahu basajan pisan. Parahu outrigger mangrupikeun bentuk anu paling umum dikenal dina waktos éta. Parahu cadik nyaéta parahu anu dilengkepan ku pakakas-pakakas anu dijieunna tina awi jeung kai sangkan parahu henteu gampang oyag. Parahu cadik boga peran anu kacida pentingna dina kahirupan samemeh melek, sajaba ti jadi sarana lalu lintas walungan jeung laut, parahu ieu oge dijadikeun sarana nyebarkeun budaya. Tina katerangan ieu bisa katitén yén kahirupan masarakat pra melek geus miboga kabudayaan anu cukup maju.Ku ayana kabudayaan jeung ajén-inajén ieu, masarakat pribumi di Indonésia bisa ngajalin silaturahmi jeung narima pangaruh budaya anyar nu datang ti luar tanpa ngorbankeun budaya sorangan. BAB III PANUTUP A. Kacindekan Pamakéan istilah prasejarah pikeun ngajéntrékeun kamekaran kahirupan jeung kabudayaan manusa lamun teu wawuh jeung nulis téh teu pantes. Pra hartina samemeh jeung sajarah nyaeta kajadian nu geus kaliwat patali jeung kagiatan jeung paripolah manusa, jadi prasejarah hartina samemeh aya sajarah. Samemeh aya sajarah, hartina samemeh aya kagiatan kahirupan manusa. Malah, sanajan teu wawuh jeung nulis, mahluk nu disebut manusa geus boga sajarah jeung geus ngahasilkeun budaya. Ku alatan éta, para ahli ngapopulérkeun istilah praaksara pikeun ngaganti istilah prasejarah. Praaksara asalna tina dua kecap, nya éta pra anu hartina saméméh jeung naskah anu hartina tulisan. Ku kituna, preaksara mangrupa mangsa kahirupan manusa saméméh nyaho nulis. Aya istilah anu sarua jeung istilah praaksara, nya éta istilah nirleka. Nir hartina tanpa jeung leka hartina tulisan. Lantaran can aya tulisan, pikeun mikanyaho sajarah jeung hasil kabudayaan manusa téh kudu niténan sawatara titinggal nu bisa kapanggih. Jaman prasejarah dimimitian, tangtosna, saprak manusa aya. Éta titik awal jaman pra-melek.Jaman prasejarah réngsé sanggeus manusa mimiti mikawanoh tulisan. Nepi ka ayeuna, para ahli tacan bisa nangtukeun sacara pasti iraha waktuna manusa mimiti aya di bumi ieu. Pikeun ngajawab patarosan éta, anjeun kedah ngartos kronologi perjalanan kahirupan di bumi, anu ngalangkungan waktos anu lami pisan. Bumi anu dicicingan ayeuna urang diperkirakeun dimimitian sakitar 2.500 juta taun ka tukang. Pikeun nalungtik pra-literasi, sejarawan kudu ngagunakeun métode panalungtikan arkeologi ogé élmu alam kayaning géologi jeung biologi. Arkéologi nyaéta widang élmu anu nalungtik bukti-bukti atawa tapak-tapak titinggal fisik, saperti artefak piring, monumen, candi jeung sajabana. Satuluyna, ngagunakeun élmu géologi jeung cabang-cabangna, utamana ngeunaan ulikan umur lapisan bumi, jeung biologi ngeunaan ulikan ngeunaan biodiversity mahluk hirup. B. Saran Urang tiasa diajar seueur tina kasuksesan sareng prestasi panghadéna ti miheulaan urang. Di sisi anu sanés, urang ogé diajar tina kagagalan jalma-jalma anu ngabahayakeun diri atanapi seueur anu sanés. Pikeun nyandak pelajaran tina pedaran ieu, urang tiasa nyebutkeun yén ajén pangpentingna dina diajar sajarah ngeunaan jaman pra-melek, sarta sanggeus éta dua kali, nya éta salaku inspirasi pikeun ngembangkeun alesan hirup jeung salaku peringatan. Sésana nyaéta intelijen sareng pamikiran kritis anu bakal nyaangan kahirupan ayeuna sareng anu bakal datang.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)