Dahulu kala di suatu tempat bernama Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat, hiduplah seorang janda tua bersama dengan seorang anak lelakinya. Janda tersebut bernama Mande Rubayah dan anak lelakinya yang bernama Malin Kundang. Malin telah lama menjalani kehidupannya sebagai anak yatim sejak ia masih kecil. Mande bersama dengan Malin telah lama menjalani hidup yang serba kekurangan dalam jeratan kemiskinan. Hingga suatu ketika terbesit keinginan di dalam hati Malin untuk merubah nasib dirinya dan ibunya agar dapat memiliki kehidupan yang lebih baik. Waktu berlalu dan kini Malin telah beranjak dewasa. Keinginan untuk keluar dari jeratan kemiskinan semakin kuat di dalam hatinya. Hingga suatu ketika sebuah berita datang dari sahabat Malin yang bernama Rasyid. Ia mengabarkan kepada Malin bahwa akan datang kapal besar yang akan berlabuh di pantai air manis. Dialog Drama : Rasyid:Assalamualaikum Malin. Malin:Waalaikumsalam sahabatku Rasyid. Apa kabarmu kawan? Rasyid:Alhamdulillah, aku sehat walafiat. Bagaimana denganmu? Malin:Aku sangat sehat seperti yang kau lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini? Ada kabar baikkah yang kau bawa? Rasyid:Tepat sekali. Aku membawa kabar gembira untukmu kawan. Malin:Kabar gembira apakah itu? Rasyid:baru saja aku melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita berdua bisa ikut serta menumpang di kapal tersebut sekembalinya dari tempat ini. Malin:Maksudmu kita berdua akan pergi merantau? Rasyid:tentu saja. Itu yang aku maksudkan. Kau tidak bosan hidup miskin seperti ini? Bukankah engkau sangat ingin membahagiakan ibumu? Ayolah Malin, ikutlah bersamaku! Malin:Aku ingin, sangat ingin pergi. Tapi bagaimana dengan ibuku? Aku tak tega meninggalkannya sendirian di kampung ini. Setidaknya aku harus berbicara terlebih dahulu dengannya. Rasyid:Baiklah, bicaralah dengan ibumu! Setelah kau mendapatkan restu ibumu, temuilah aku! Kita akan pergi merantau bersama. Malin:Baiklah, terima kasih kawan. Malin pun bergegas pulang ke rumah untuk menemui ibunya dengan maksud meminta restu kepergiannya untuk merantau. Setibanya di rumah : Malin:Ibu, bolehkah aku pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib kita. Aku sangat ingin membahagiakan ibu. Mande (Ibu Malin):Kenapa tiba-tiba sekali kau ingin pergi nak? Bagaimana dengan ibumu ini? Malin:Karena sebab itulah bu, Malin meminta restu ibu. Sebenarnya Malin tak tega meninggalkan ibu di sini. Tapi Malin mohon, izinkanlah anakmu ini pergi! Demi kebaikan kita berdua bu! Insya Allah Malin akan membuat kehidupan kita lebih baik dari sekarang ini. Mande (Ibu Malin):Sudah kau pikirkan masak-masak keinginanmu ini nak? Malin:insya Allah bu, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan Rasyid dengan menumpang kapal dagang yang saat ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu. Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, jika keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kau lupakan ibumu yang sudah tua ini. Pulanglah jika kau telah berhasil meraih apa yang kau inginkan ! Malin:Malin tidak akan melupakan ibu. Malin pasti akan pulang dan membuat ibu bahagia. Malin Janji Bu! Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Ibu tak akan menahanmu di sini. Pergilah nak! Raihlah apa yang kau cita-citakan! Malin:Terima Kasih Bu. Insya Allah Malin akan berangkat besok pagi bersama dengan Rasyid. Keesokan harinya Malin Kundang dan Rasyid bertolak menuju negeri seberang dengan menumpang kapal besar bermuatan barang dagangan, Ibu Malin hanya bisa pasrah merelakan kepergian putranya tersebut. Perjalanan Malin dan Rasyid pun berakhir dan mereka sampai di tepat tujuan perantauan mereka. Setibanya di tanha rantau, mereka beristirahat sejenak di sebuah warung makan. Malin :Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini? Rasyid:Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan. Tanpa mereka sadari, percakapan dua sahabat itu didengar oleh salah seorang pengunjung warung lainnya yang tak lain adalah seorang saudagar kaya raya. Saudagar:Hai anak muda, apa kalian hendak mencari pekerjaan? Kebetulan sekali, saya sedang membutuhkan dua orang pekerja laki-laki yang kuat seperti kalian ini. Apakah kalian bersedia? Rasyid:Sungguhkah tuan? Apa kami bisa langsung bekerja dengan tuan? Malin:Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi menerima kami berdua untuk bekerja di tempat tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang dan ini sahabat saya Rasyi. Kami datang dari jauh. Saudagar:Baiklah Malin, Rasyid, kalian berdua ikut aku! Mulai besok kalian sudah mulai bekerja. Sekarang kalian istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan kujelaskan apa yang harus kalian kerjakan esok hari. Malin dan Rasyid:Baiklah Tuan. Akhirnya Malin dan Rasyid ikut serta bersama dengan saudagar kaya tersebut. Mereka tinggal di salah satu bilik di kediaman saudagar. Keesokan harinya mereka berdua mulai bekerja. Waktu berlalu, Rasyid dan Malin telah lama bekerja dengan saudagar. Tanpa mereka sadari, saudagar telah lama memperhatikan segala gerak-gerik serta aktivitas mereka. Hingga saudagar meyadari satu hal bahawa Malin lebih cekatan, ulet, rajin, dan cerdas dalam bekerja jika dibandingkan dengan Rasyid. Karena beberapa alasan dan pertimbangan, akhirnya saudagar tak lagi mempekerjakan Rasyid. Akhirnya Rasyid pun pulang ke kampung halamannya. Suatu ketika datanglah putri saudagar ke tempat Malin bekerja. Ia bermaksud untuk meninjau bisnis milik ayahandanya yang suatu saat nanti akan menjadi miliknya. Setelah beberapa hari melakukan peninjaun terhadap bisnis perdagangan ayahnya, putri tersebut pun diam-diam memperhatikan salah satu karyawan ayahnya yang memiliki etos kerja yang berbeda dengan yang lainnya. Lama-kelamaan pun ia mulai tertarik pada karyawan tersebut yang tak lain adalah Malin Kundang. Putri:Ayah, siapakah gerangan karyawan itu? Nampaknya ia lebih memiliki etos kerja yang baik dari karyawan lainnya. Saudagar:Oh, anak muda itu bernama Malin Kundang. Memang ada apa? Putri: Tidak ada apa-apa ayah. Semenjak hari itu, putri saudagar semakin tertarik pada pemuda bernama Malin Kundang. Ia diam-diam selalu memperhatikan dirinya. Tahun demi tahun pun berlalu, Malin Kundang dipercaya oleh saudagar untuk memengang salah satu cabang usaha. Selama cabang usaha itu dikelola oleh Malin, usaha saudagar semakin berkembang pesat. Karena kesuksesannya, Putri pun semakin jatuh hati pada Malin. Hingga akhirnya Malin pun dinikahkan oleh saudagar dengan putri kesayangannya. Beberapa bulan setelah hari pernikahan mereka, sang putri pun meminta suaminya untuk pergi bertamasya. Akhirnya mereka berdua pergi ke suatu tempat bernama pantai air manis yang tak lain adalah kampung halaman Malin. Setibanya di pantai air manis, ia melihat sosok lelaki yang tak asing baginya. Lelaki itu tak lain adalah Rasyid, sahabat lamanya. [sc:ads] Malin:Rasyid, kau kah itu? Rasyid:Malin, wah ini benar engkau? Kau sudah sukses ya sekarang ini? Malin:Ya, seperti yang kau lihat. Aku telah menikmati hasil jerih payahku. Kau lihat wanita di sampingku ini! Ia adalah putri saudagar yang kini menjadi istriku, cantik bukan? Rasyid:iya, kau sekarang telah menjadi orang hebat Malin, aku kagum. Malin:Sudah ya, aku mau pergi jalan-jalan dulu bersama istriku yang cantik ini. Rasyid:Tentu kawan, bersenang-senanglah! Mengetahui Malin telah pulang ke kampung halamannya, Rasyid pun bergegas menemui Mande untuk mengabarkan bahwa anaknya telah kembali. Rasyid:Mak, cepatlah kau pergi ke tepian pantai. Malin anakmu telah kembali mak! Mande:Sungguhkah Nak? Yang kau katakan itu bukanlah dusta kan? Rasyid:Sungguh mak, buat apa saya membohongi emak. Mande:Rasyid, Kau temani emak ke pelabuhan sekarang! Rasyid:Baiklah mak. Mande dan Rasyid bergegas menuju tepian pantai. Berharap Malin masih berada di sana dan belum beranjak kemana-mana. Rupaya benar, Malin bersama istrinya masih berada di tepian pantai air manis. Ia terlihat edang beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya deburan ombak tepi pantai. Mande:Malin, kah kah itu nak? (teriak mande sambil berlari) Putri:siapakah wanita tua itu kanda? Sepertinya ia mengenalmu. Malin:Tak tahulah, mungkin pengemis yang mengaku-ngaku mengenal diriku. Mande:Alhamdulillah nak, kau terlihat sangat sehat. Kapan kau datang Malin? Kenapa kau tak mengabari ibumu terlebih dahulu? Putri:Kanda, apakah wanita tua ini adalah ibumu? Melihat ibunya yang datang dari kejauhan , berlari menghampirinya dengan pakaian comapng-camping, Malin pun merasa sangat malu. Terlebih terhadap istrinya. Malin:Hei perempuan tua! Siapakah kau ini? Aku tak pernah punya ibu seburuk engkau. Berhentilah berpura-pura mengaku sebagai ibuku! (teriak Malin sambil menunjuk-nunjuk wajah ibunya) Mande:Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah engkau? Aku yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan engkau nak. Malin:Enyahlah kau pengemis! Kau bukan ibuku! Mendengar kata-kata Malin, Mande pun menangis menahan kesedihan yang luar biasa. Ia pun pergi meninggalkan Malin dan istrinya. Mande tersungkur ke tanah sambil menengadah tangan ke atas. Mande:Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan puteraku Malin? Kenapa ia berubah setelah sekian lama? Jika memang ia bukanlah anakku, maka maafkanlah ia. Tapi jika ia adalah putera kandungku, maka hukumlah ia. Tiba-tiba terdengar gemuruh di tengah lautan, disebuah kapal yang dinaiki oleh Malin dan istrinya. Kilat menyambar-nyambar, badai semakin kuat, dan kapal besar pun terguling. Malin :Kenapa bisa begini? Badai tiba-tiba datang. Ini sangat aneh. Istriku, kau baik-baik saja? Putri:Kanda, sebenarnya apa yang terjadi. Malin:Aku sungguh tak mengerti dinda. Alam sepertinya marah pada kita. Seketika kilat dengan kekuatan sambaran yang luar biasa menyambar tubuh Malin. Tiba-tiba ia berubah menjadi batu. Ia berteriak sekencang-kencangnya sebelum akhirnya ia menjadi sebuah batu yang tersungkur seperti bersujus. Malin Kundang:Ampuni aku ibu, maafkan aku yang telah durhaka padamu. (sembari tersungkur dalam sujudnya) Akhirnya Malin pun berubah menjadi batu. Buat kamu yang ingin belajar banyak hal materi pelajaran lengkap, kami sarankan juga untuk mencoba
Jaman baheula di hiji tempat nu disebut Basisir Air Manis, Kota Padang, Sumatera Barat, hirup hiji randa kolot jeung anakna. Éta randa namina Mande Rubayah sareng putrana namina Malin Kundang. Malin geus lila hirupna jadi yatim piatu ti leuleutik. Mande babarengan jeung Malin geus lila hirup kufur dina kamiskinan. Nepi ka hiji poé aya kahayang dina haté Malin pikeun ngarobah nasib dirina jeung indungna sangkan hirup leuwih hadé. Waktos geus kaliwat sarta ayeuna Malin geus dewasa. Kahayang pikeun kaluar tina beungkeutan kamiskinan beuki kuat dina haténa. Nepi ka hiji poé aya béja ti sobat dalit Malin nu ngaranna Rasyid. Anjeunna ngawartosan ka Malin yén aya kapal ageung anu badé darmaga di basisir cai amis. Dialog Drama: Rasyid : Assalamualaikum Malin. Malin : Waalaikumsalam sobat Rasyid. Kumaha damang? Rasyid : Alhamdulilah damang mah. Kumaha upami Anjeun? Malin: Abdi séhat pisan sakumaha anu anjeun tingali. Naon salahna anjeun datang waktos ieu? Dupi anjeun gaduh warta alus? Rasyid : Leres. Kuring boga warta alus keur anjeun, sobat. Malin: Naon warta alus éta? Rasyid: Abdi nembe ningali kapal ageung ngadepong di palabuhan Pantai Cai Amis. Panginten urang duaan tiasa naek kapal éta nalika urang balik ti dieu.Malin: Maksudna urang duaan ka luar negeri? Rasyid : Emang. Éta naon maksud kuring. Naha anjeun teu bosen hirup miskin sapertos kieu? Naha anjeun teu hoyong pisan ngabahagiakeun indung anjeun? Hayu Malin, hayu sareng abdi! Malin: Abdi hoyong, hoyong pisan indit. Tapi kumaha indung kuring? Abdi teu tega ninggalkeun anjeunna nyalira di kampung ieu. Sahenteuna kuring kedah ngobrol sareng anjeunna heula. Rasyid : Oké, ngobrol jeung ema! Sanggeus anjeun meunang restu indung anjeun, datang ningali kuring! Urang bakal ngumbara babarengan. Malin: Muhun, nuhun sobat. Malin buru-buru ka imah nepungan indungna kalayan niat nyuhunkeun pangberkahna kanggo angkat ngumbara. Anjog ka imah: Malin: Ema, abdi tiasa angkat ka luar negeri ka nagara sanés? Abdi hoyong pisan ngarobih takdir urang. Abdi hoyong pisan ngabahagiakeun indung kuring. Mande (indungna Malin) : Naha ujug-ujug hayang kamana, Nak? Kumaha indung anjeun? Malin : Kumargi kitu bu, Malin nyuhunkeun restu ibu. Sabenerna Malin teu tega ninggalkeun indungna di dieu. Tapi Malin nyuhunkeun, mugi putra anjeun angkat! Kanggo kasaéan urang duaan Bu! Insya Allah, Malin bakal ngajantenkeun kahirupan urang langkung saé tibatan ayeuna. Mande (indungna Malin): Dupi anjeun panginten taliti ngeunaan kahayang anjeun, nak? Malin : insya allah bu, malin parantos tekad bade sareng rasyid naek kapal dagang anu ayeuna nuju di palabuan basisir.Mande (indung Malin): Muhun putra, upami kaputusan anjeun unanimous. indit anaking! Tapi tong poho ka indung nu geus kolot. Balik ka bumi upami anjeun parantos ngahontal naon anu anjeun pikahoyong! Malin : Malin moal hilap ibu. Malin pasti datang ka imah jeung ngabahagiakeun ema. Malin Jangji Bu! Mande (indungna Malin): Muhun, putra, lamun éta kaputusan anjeun. Abdi moal ngajaga anjeun di dieu. indit anaking! Kéngingkeun naon anu anjeun pikahoyong! Malin : Hatur nuhun bu. Insya Alloh, Malin badé angkat énjing sareng Rasyid. Isukna Malin Kundang jeung Rasyid mangkat ka nagara batur naek kapal gede nu pinuh ku barang dagangan, indung Malin ngan bisa pasrah ninggalkeun anakna. Perjalanan Malin sareng Rasyid réngsé sareng dugi ka tujuan luar negeri. Anjog ka tanha rantau, istirahat sakedap di warung. Malin : Terus kumaha deui Rasyid? Keur naon urang di dieu? Rasyid: Abdi henteu acan terang. Urang kudu terus usaha neangan gawe. Teu kanyahoan, obrolan dua réréncangan éta kadéngé ku sémah warung séjén anu taya lian ti tukang dagang beunghar. Sudagar: Eh para nonoman, nuju milarian padamelan? Kabeneran kuring butuh dua pagawé lalaki gagah kawas anjeun. Dupi anjeun siap? Rasyid : Leres pak?Naha urang tiasa damel langsung sareng anjeun Pak? Malin : Duh kumaha raoseun manah abdi, upami anjeun kersa nampi urang duaan damel di tempat anjeun. Nepangkeun Pak, abdi Malin Kundang sareng ieu rerencangan abdi Rasyi. Urang datang ti jauh. Sudagar: Muhun Malin, Rasyid, anjeun duaan sareng abdi! Mimiti isukan anjeun parantos ngamimitian damel. Ayeuna anjeun istirahat heula di imah kuring, wengi ayeuna kuring bakal ngajelaskeun naon anu anjeun kedah laksanakeun isukan. Malin jeung Rasyid : Muhun pak. Ahirna Malin jeung Rasyid milu ka tukang dagang nu beunghar. Maranéhna cicing di salah sahiji stan di padumukan padagang. Isukna duanana ngamimitian gawé. Waktos ngaliwat, Rasyid sareng Malin parantos lami damel sareng padagang. Tanpa disadari, para padagang geus lila ngawas unggal gerak jeung kagiatanana. Nepi ka si sudagar sadar hiji hal nyaéta Malin leuwih lincah, ulet, rajin, jeung pinter dina pagawéanana lamun dibandingkeun jeung Rasyid. Ku sababaraha alesan jeung pertimbangan, ahirna éta padagang henteu deui ngagajikeun Rasyid. Ahirna Rasyid balik deui ka lemburna. Dina hiji poé, saurang sudagar putri datang ka tempat gawéna Malin. Anjeunna dimaksudkeun pikeun marios bisnis bapana nu hiji poé bakal jadi milikna.Sanggeus sababaraha poé marios bisnis dagang bapana, si putri cicingeun merhatikeun salah sahiji karyawan bapana nu boga etos gawé béda ti batur. Lila-lila, manéhna jadi resep ka pagawé nu taya lian ti Malin Kundang. Putri: Pa, saha karyawan eta? Anjeunna sigana gaduh etos kerja anu langkung saé tibatan karyawan anu sanés. Sudagar : Oh, eta pamuda teh namina Malin Kundang. Naon masalahna? Putri: Teu nanaon bapa. Ti saprak éta, putri sudagar éta beuki resep ka saurang nonoman anu ngaranna Malin Kundang. Anjeunna salawasna ngajaga panon on dirina. Mangtaun-taun, Malin Kundang dipercaya ku padagang pikeun ngarebut salah sahiji cabang bisnis. Salami cabang usahana dikokolakeun ku Malin, usaha sudagar éta ngembang pesat. Kusabab kasuksesanana, Putri beuki mikanyaah ka Malin. Nepi ka ahirna Malin dikawinkeun ku saudagar jeung putri karesepna. Sababaraha bulan sanggeus poé kawinan maranéhanana, putri miwarang salakina pikeun buka hiji wisata. Ahirna duaan indit ka hiji tempat anu ngaranna Basisir Cai Manis anu taya lian ti kampung Malin. Anjog ka basisir cai amis, manéhna nempo sosok lalaki anu wawuh jeung manéhna. Lalaki éta taya lian Rasyid, sobat heubeulna. [sc:iklan] Malin : Rasyid, maneh teh? Rasyid : Malin, leres ieu anjeun? Naha anjeun suksés ayeuna?Malin: Sumuhun, sakumaha anu anjeun tingali. Kuring geus ngarasakeun buah gawé kuring. Anjeun ningali awéwé ieu gigireun kuring! Anjeunna putri sudagar anu ayeuna janten istri abdi, geulis henteu? Rasyid : enya maneh ayeuna geus jadi jalma gede Malin, aing reuwas. Malin : Enya aing rek jalan-jalan jeung pamajikan geulis. Rasyid: Leres guys, wilujeng sumping! Nyaho Malin geus balik ka lemburna, Rasyid buru-buru ka Mande ngabéjaan yén anakna geus balik. Rasyid : Ema, buru ka pantai. Malin, putra anjeun parantos mulang! Mande: Leres budak? Naon anu anjeun carioskeun sanés bohong? Rasyid : Leres bu, kunaon abdi ngabohong ka ibu? Mande : Rasyid, maneh ngiringan ema ka palabuhan ayeuna! Rasyid : Muhun bu. Mande jeung Rasyid muru ka basisir. Mudah-mudahan Malin masih aya sareng teu kamana-mana. Sabenerna mah Malin jeung pamajikanana masih kénéh di sisi basisir cai amis. Katémbong keur istirahat sakedapan bari ngararasakeun ombak nu éndah di basisir. Mande : Malin, leres kitu Kang? (mande ngagorowok bari lumpat) Putri : saha eta awewe sepuh Kanda? Sigana anjeunna terang anjeun. Malin : Heueuh, meureun pengemis nu ngaku kenal ka kuring. Mande: Alhamdulillah, anaking, katingalina sehat pisan. Iraha anjeun sumping Malin? Naha anjeun henteu nyarios heula ka ibu?Putri : Kanda, dupi sepuh ieu ibu? Ningali indungna nu datang ti kajauhan, lumpat ka manéhna maké baju compang-camping, Malin ngarasa éra pisan. Utamana pamajikanana. Malin: Hey cik! Saha anjeun? Abdi henteu kantos gaduh indung seburuk anjeun. Eureun nyamar jadi indung kuring! (Malin ngagorowok bari nunjuk beungeut indungna) Mande: Malin, ieu indung anjeun, anaking. Dupi anjeun hilap? Kami anu ngasuh, ngalahirkeun, nyusuan, sareng ngagedekeun anjeun, putra. Malin: Kajauhan maneh pengemis! Anjeun lain indung kuring! Ngadéngé omongan Malin, Mande nyegruk ceurik kasedihna. Manéhna ogé ninggalkeun Malin jeung pamajikanana. Mande murag kana taneuh bari nyekel leungeun-Na. Mande: Duh Gusti, naon anu kajantenan ka anak abdi Malin? Naha anjeunna robah sanggeus jadi lila? Upami leres anjeunna sanés putra abdi, hampura anjeunna. Tapi lamun manéhna anak kandung kuring, mangka hukuman manéhna. Ujug-ujug aya nu gumuruh di tengah sagara, dina kapal nu di tunggangan ku Malin jeung pamajikanana. Kilat hurung, badai beuki kuat, sarta kapal gede tumpur. Malin : Kumaha ieu? Badai ngadadak datang. Ieu pisan aneh. Pamajikan, damang? Putri : Kanda, naon sabenerna. Malin : Nyaan teu ngarti dinda. Alam sigana ambek ka urang. Sakedapan kilat ku kakuatan serangan anu luar biasa nangkep awak Malin.Ujug-ujug jadi batu. Jeritna sakuat-kuatna samemeh ahirna robah jadi batu nu murag kawas sujud. Malin Kundang : Hapunten ibu, hampura abdi nu teu nurut ka Ibu. (bari sujud) Ahirna Malin robah jadi batu. Pikeun anjeun anu hoyong diajar seueur materi pelajaran anu lengkep, kami ogé nyarankeun nyobian
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)