Literasi adalah istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca,menulis,berbicara,menghitung,dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari. Sehingga,literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Dalam kehidupan sehari haripun kita tidak terlepas dari literasi seperrti membaca medsos,pesan pesan,menyimak video,ataupun yang berkaitan dengan literasi Meskipun literasi merupakan bentuk terampil dari membaca dan menulis, bukan berarti semua usia disamakan harus memahami apa yang dia baca. Karena pada dasarnya, setiap rentang usia memiliki kemampuan yang berbeda. Contoh konkret yaitu siswa kelas 1 tentu berbeda kemampuan memahami bacaan dan keterampilan menulisnya dengan siswa kelas 6. Bukan berarti seiring bertambahnya usia siswa secara otomatis dapat meningkatkan kemampuan bahasanya, seperti membaca dan menulis. Karena keterampilan berbahasa tidak bersifat alamiah. Kemampuan berbahasa harus dipelajari untuk dapat dikuasai dengan cara praktik dan latihan yang dilakukan secara berkesinambungan. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulela, bahwa siswa kelas tinggi sekali pun belum bisa mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya secara runtut dalam kalimat yang baik secara verbal dan belum mampu mengembangkan cerita dengan tuntas2 . Oleh karena kemampuan literasi siswa tidak muncul dengan sendirinya seiring pertumbuhan usia, kemampuan literasi siswa perlu dibina dan dikembangkan. Bagi siswa, literasi sekolah adalah suatu keniscayaan. Dengan kemampuan literasi yang baik, mampu membuat siswa memahami ilmu yang disampaikan dan juga yang diterima oleh dirinya, baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun visual. Tanpa kemampuan literasi yang baik, siswa tidak dapat menerima ilmu dengan optimal. Ilmu tidak mungkin hanya diberikan oleh guru secara terus menerus. Oleh karena itu siswa dituntut harus mampu menggali dan mencari ilmu dan informasi dari berbagai sumber sebagai pengaya pengetahuan. Dengan literasi yang baik, siswa mampu mencari, memproses dan memahami ilmu dengan baik sehingga menjadikan generasi bangsa sebagai manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi tuntutan perkembangan zaman. 2 Zulela,Terampil Menulis di Sekolah Dasar – Model Pengembangan Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), hlm. 7. 3 Kemampuan literasi harus segera dibangun sejak Sekolah Dasar mengingat pada zaman sekarang perkembangan informasi sangat cepat tersebar. Informasi tersebut tidak tersebar sebatas pada orang dewasa, namun anak usia Sekolah Dasar bisa dengan mudah mengakses dan menerima informasi dari berbagai sumber melalui smartphone miliknya yang informasi tersebut belum tentu terbukti kebenarannya. Kemampuan literasi menjadi pondasi bagi siswa sekolah dasar dalam membendung berbagai informasi—baik informasi yang berhubungan dengan pengetahuan di sekolah maupun informasi pengetahuan umum lainnya—yang diterima oleh siswa Sekolah Dasar sehingga siswa dapat menyaring secara mandiri informasi mana yang benar, bermanfaat, dan pantas diterima oleh mereka. Keharusan dalam meningkatkan kemampuan literasi sejak dini diperkuat berdasarkan pengujian Internasional yang diuji oleh IEA-the International Association for the Evaluation of Educational Achievement dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat 45 dari 48 negara dengan skor 428 dari skor rata-rata 500.3 Lain halnya dengan penelitian yang diuji oleh (OECD— Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assesment (PISA), pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat 64, dengan skor 396 berdasarkan hasil ukur 3 Mullis, I. V. S dkk. PIRLS 2011 International Results in Reading, (Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College, 2012). 4 memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan.4 Peringkat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan siswa di Indonesia, khususnya di bidang literasi masih sangat kurang. Sebagaimana uraian di atas tentang pentingnya kemampuan literasi, untuk terus meningkatkan kualitas siswa, pemerintah mengeluarkan Permendikbud No. 21 dan No.23 Tahun 2015 tentang Gerakan Literasi Sekolah atau yang biasa disebut dengan GLS. GLS sendiri merupakan pengembangan dari Permendikbud No. 21 Tahun 2015 tentang gerakan pembudayaan karakter di sekolah dan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Kemudian pada tahun 2016 direktorat pembinaan sekolah dasar menerbitkan buku panduan GLS bagi pendidik, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan sebagai salah satu upaya agar ekosistem budaya literasi di sekolah dapat terwujud dengan baik. Sebaik apapun program yang dibuat, jika tidak didukung oleh warga sekolah tentunya program tersebut hanyalah visi semata. Bukan hanya pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan program GLS. Semua pihak yang terkait—khususnya di sekolah—harus bekerja sama dalam mendukung dan menyukseskan program GLS degan baik. Mulai dari guru yang berhubungan langsung dengan siswa untuk merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, kepala sekolah yang mempunyai 4 OECD. PISA 2012 Result. (Diakses tanggal 1 September 2017, pukul 05.50 WIB) 5 kewenangan terhadap sekolah yang dipimpin, juga pustakawan sebagai petugas yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan sekolah. Tidak hanya sekolah negeri yang bertugas menjalankan dan menyukseskan program ini, tetapi sekolah swasta di Indonesia juga termasuk sasaran dalam program GLS. Bukan hanya subjek yang terlibat dalam menyukseskan program GLS, sarana pendukung untuk menumbuhkan budaya literasi juga mutlak diperlukan. Kegiatan literasi tentunya sangat berkaitan erat dengan buku. Koleksi buku yang paling banyak di sekolah terdapat di perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan tempat di mana berbagai macam koleksi buku tersedia di sekolah. Oleh karena itu perpustakaan sekolah menjadi salah satu bagian terpenting dalam mendukung program literasi di sekolah. Perpustakaan menjadi tempat yang nyaman bagi siswa membaca buku apa saja yang mau dibaca selama buku tersebut ada di perpustakaan. Dengan tersedianya berbagai macam pilihan buku di perpustakaan sekolah yang sesuai dengan karakteristik siswa, ruangan perpustakaan yang nyaman tentunya menjadi pengundang siswa untuk membaca di perpustakaan sekolah. Selain buku dan kondisi perpustakaan yang nyaman, yang paling penting adalah bagaimana sekolah membuat program atau upaya untuk menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan yang dimiliki oleh sekolah. Karena belum tentu sekolah yang memiliki perpustakaan seadanya tidak bisa 6 memanfaatkan dengan baik. Sebaliknya juga sekolah yang memiliki perpustakaan yang bagus belum tentu dimanfaatkan dengan baik. Maka dari itu, yang paling penting untuk bisa menumbuhkan literasi pada siswa adalah bagaimana usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk bisa memanfaatkan perpustakaannya. Saat peneliti melakukan prapenelitian di beberapa sekolah dasar di Jakarta Selatan, yaitu di SDN Duren Tiga 13, SDN Pancoran 01, SDN Rawajati 05, SDN Rawajati 08, SDN Ragunan 10, SDN Pejaten Barat 01, dan SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru, didapatkan kesimpulan bahwa dari 7 perpustakaan sekolah dasar di Jakarta Selatan, hanya 1 sekolah yang dimanfaatkan dengan baik, yaitu SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru. Ketika peneliti ingin melihat daftar kunjungan siswa ke perpustakaan, sebagian besar sekolah tidak memilikiknya, ada juga yang memiliki namun daftar kunjungan beberapa tahun yang lalu. Ditambah, saat mengunjungi salah satu perpustakaan, peneliti menemukan petugas perpustakaan yang sedang merokok di dalam ruang perpustakaan. Berdasarkan daftar kunjungan perpustakaan juga ditemukan masih sedikit siswa maupun guru yang membaca atau memanfaatkan perpustakaan sekolah. Peneliti juga menjumpai perpustakaan yang dikunci pada saat jam pelajaran Hal tersebut membuat pertanyaan apakah perpustakaan itu digunakan. Perpustakaan di sekolah seolah hanya menjadi syarat akan terpenuhinya perpustakan sebagai salah satu fasilitas yang dimiliki sekolah. 7 Lain halnya dengan kondisi perpustakaan di sekolah lainnya, peneliti menemukan keunikan perpustakaan yang dimiliki SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru. Perpustakaan yang dimiliki SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru menepis gambaran umum tentang perpustakaan di Sekolah Dasar. SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru memiliki perpustakaan yang cukup luas, tempat baca yang nyaman bagi siswa, koleksi buku yang menarik bagi siswa usia Sekolah Dasar, dan program-program pemanfaatan perpustakaan lainnya, seperti kegiatan bulan bahasa, bazar buku, sumbangan buku, pertunjukan dongeng, dan kegiatan mendongeng pada adik kelas. Saat peneliti mengunjungi perpustakaan SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru, terlihat beberapa siswa yang membaca dan meminjam buku. SD Islam AlAzhar 1 Kebayoran Baru mengelola dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan baik sehingga bisa dengan mudah mendukung program pemerintah untuk menumbuhkan budaya literasi siswa di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan program dari pemerintah, yaitu pada program gerakan literasi sekolah. Pemerintah telah mengeluarkan buku GLS, dimana di dalamnya menyatakan bahwa perpustakaan menjadi bagian terpenting dari pelaksanaan GLS. Dalam buku panduan juga ditulis perpustakaan dikelola oleh tim perpustakaan masing-masing sekolah. Hal tersebut berarti pihak sekolah yang harus bertanggung jawab dalam mengelola perpustakaan untuk bisa ikut menyukseskan program GLS. 8 Untuk menyukseskan program GLS dari pemerintah, praktis perpustakaan yang dimiliki sekolah menjadi sarana utama dalam menunjang program GLS. Namun, yang terpenting dalam mengoptimalkan fungsi perpustakaan adalah minat baca yang harus dimiliki seseorang dan juga pengelolaan perpustakaan yang dapat meningkatkan minat baca.5 Karena sejatinya, dalam dunia pendidikan perpustakaan merupakan tempat informasi yang berfungsi sebagai sumber belajar atau laboratorium yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan kualitasnya. Peran perpustakaan sekolah sangatlah signifikan dalam mencerdaskan masyarakat penggunanya, khususnya dalam mencetak siswa berprestasi. Peran perpustakaan sekolah akan maksimal jika didukung oleh pihak sekolah (kepala sekolah). Fasilitas perpustakaan sekolah yang baik, membuat siswa bisa dan terbiasa belajar dengan baik. Siswa yang senang dan sering memanfaatkan perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi dan ilmu pengetahuan, akan terbantu dalam mewujudkan prestasi dan cita-cita pendidikannya.6 Sekolah yang memanfatkan perpustakaannya dengan baik dan mendorong siswa untuk terbiasa memanfaatkan perpustakaan, akan membuat siswa menjadi kaya wawasan, ilmu pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar yang mempunyai segudang prestasi. 5 M. Reza Rokan, Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jurnal Pendidikan. (Medan: UINSU, 2017) 6 Teguh Yudi C, Peran Perpustakaan Sekolah dalam Mencetak Siswa Berprestasi. Jurnal Pendidikan. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2007) 9 Dari beberapa temuan dalam pra penelitian dan berdasarkan jurnal pendidikan di atas maka dapat diketahui betapa perlunya kajian tentang bagaimana strategi dalam memanfaatkan perpustakaan agar dapat membudayakan literasi siswa sekolah. Dari itu, peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap perpustakaan yang dimiliki oleh SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan sekolah dalam mengelola dan memanfaatkan perpustakaan dalam menumbuhkan budaya literasi siswa di Sekolah
Literasi mangrupa istilah umum anu nuduhkeun sakumpulan kamampuh jeung kaparigelan individu dina maca, nulis, nyarita, ngitung, jeung ngaréngsékeun pasualan-pasualan dina tingkat kaahlian nu tangtu anu diperlukeun dina kahirupan sapopoé. Ku kituna, literasi teu bisa leupas tina kaparigelan basa. Malah dina kahirupan sapopoe, urang teu bisa leupas tina literasi, saperti maca media sosial, olahtalatah, nongton video, atawa patali jeung literasi. Sanajan melek mangrupa wangun terampil maca jeung nulis, éta lain hartosna yén sakabéh umur kudu ngarti naon maranéhna maca. Sabab dina dasarna, unggal rentang umur miboga kamampuh anu béda-béda. Conto kongkrit nya éta siswa kelas 1 mibanda kamampuh maca pamahaman jeung nulis anu béda jeung siswa kelas 6. Lain hartina lamun siswa beuki kolot, sacara otomatis bisa ngaronjatkeun kaparigelan basa, saperti maca jeung nulis. Sabab kaparigelan basa téh teu lumrah. Kamampuhan Basa Sunda kudu dimumule ku cara prak-prakan jeung prak-prakan anu dilaksanakeun sacara terus-terusan. Hal ieu dibuktikeun ku hasil panalungtikan anu dilakukeun ku Zulela, sanajan siswa kelas luhur tacan mampuh ngébréhkeun gagasan-gagasan anu aya dina pikiranana sacara koheren dina kalimah-kalimah anu alus sacara lisan sarta can mampuh mekarkeun caritaan kalawan gembleng2.Ku lantaran kaparigelan nulis siswa teu kaciri ku sorangan, kaparigelan nulis siswa perlu dipiara jeung dimekarkeun. Pikeun murid, literasi sakola mangrupikeun kabutuhan. Ku kaparigelan literasi anu alus, siswa mampuh maham kana pangaweruh anu ditepikeun sarta ditarima ku sorangan, boh lisan, tulisan, jeung visual. Tanpa kaparigelan literasi, siswa moal bisa narima pangaweruh sacara optimal. Pangaweruh teu mungkin ngan dibikeun ku guru terus-terusan. Ku kituna, siswa diwajibkeun mampuh ngagali jeung maluruh pangaweruh jeung informasi tina rupa-rupa sumber minangka panambah pangaweruh. Ku literasi anu alus, siswa mampuh nyiar, ngolah jeung maham pangaweruh kalawan hadé sangkan generasi bangsa jadi manusa anu berkualitas anu sanggup nyanghareupan tungtutan jaman. 2 Zulela, Mahir Nulis di SD – Modél Pangwangunan Pangajaran Nulis di SD (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), kc. 7. 3 Kaparigelan maca aksara Sunda kudu sagancangna diwangun ti mimiti SD ngingetan yén di jaman kiwari kamekaran informasi téh gancang pisan sumebarna. Inpormasi éta henteu ngan ukur disebarkeun ka déwasa, tapi murangkalih umur SD tiasa kalayan gampang ngaksés sareng nampi inpormasi tina sababaraha sumber ngalangkungan smartphonena, inpormasi éta henteu merta kabuktosan leres.Kaparigelan literasi mangrupa pondasi pikeun siswa SD dina nyangkem rupa-rupa informasi—boh informasi anu patali jeung pangaweruh sakola boh informasi pangaweruh umum séjénna—anu katampa ku siswa SD sangkan siswa bisa nyaring sacara mandiri mana informasi anu bener, mangpaat, jeung luyu. sangkan ditarima ku murid. Kabutuhan pikeun ngaronjatkeun kaahlian literasi ti umur dini dikuatkeun dumasar kana uji internasional anu diuji ku IEA-The International Association for Evaluation of Educational Achievement in the Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dina taun 2011, Indonésia rengking ka-45 ti 48 nagara kalawan skor 428 tina skor rata-rata 500,3 Beda jeung panalungtikan anu diuji ku (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development) dina Program Penilaian Mahasiswa Internasional (PISA), dina taun 2012 Indonésia rengking ka-64, kalayan skor ti 396 dumasar kana hasil 3 Mullis, I. V. S et al. PIRLS 2011 Hasil Internasional dina Bacaan, (Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College, 2012). 4 maham, ngagunakeun, jeung ngaréfléksikeun dina wangun tinulis.4 Rarangkén nétélakeun yén kamampuh siswa di Indonésia hususna dina widang kaaksaraan masih kénéh handap pisan.Sakumaha anu ditétélakeun di luhur ngeunaan pentingna kaparigelan literasi, pikeun terus ngaronjatkeun kualitas siswa, pamaréntah ngaluarkeun Permendikbud No. 21 jeung No.23 Taun 2015 ngeunaan Gerakan Literasi Sakola atawa nu biasa disebut GLS. GLS sorangan mangrupa pamekaran tina Permendikbud No. 21 Taun 2015 ngeunaan gerakan pembinaan karakter di sakola jeung Permendikbud No. 23 taun 2015 ngeunaan tumuwuhna karakter. Saterusna dina taun 2016 Direktorat Pembinaan SD medalkeun buku panduan GLS pikeun pendidik, kapala sakola, jeung tenaga kependidikan sabagé usaha sangkan ékosistem budaya literasi di sakola bisa ngawujud kalawan bener. Sakumaha alusna éta program, upama teu dirojong ku warga sakola, tangtu éta program téh ngan saukur visi. Henteu ngan pamaréntah anu tanggung jawab dina ngalaksanakeun program GLS. Sadaya pihak anu kalibet-hususna di sakola-kudu gawé bareng pikeun ngadukung sareng ngajantenkeun program GLS suksés. Dimimitian ti guru anu langsung ngararancang sareng ngalaksanakeun kagiatan diajar, kapala sakola anu gaduh 4 OECD. PISA 2012 Hasil. (Diaksés ping 1 Séptémber 2017, tabuh 05.50 WIB) 5 pangawasa pikeun sakola anu dipingpinna, ogé pustakawan minangka patugas nu ngawurukan perpustakaan sakola.Henteu ngan ukur sakola umum anu tanggung jawab ngajalankeun sareng ngagentos program ieu, tapi sakola swasta di Indonésia ogé janten udagan tina program GLS. Henteu ngan mata pelajaran anu kalibet dina kasuksésan program GLS, fasilitas pangrojong pikeun ngabina budaya literasi ogé kacida diperlukeun. Kagiatan literasi tangtu raket patalina jeung buku. Koléksi buku panggedéna di sakola aya di perpustakaan sakola. Perpustakaan sakola mangrupa tempat dimana aya rupa-rupa koleksi buku di sakola. Ku kituna, perpustakaan sakola mangrupa salasahiji bagian anu penting dina ngarojong program literasi di sakola. Perpustakaan mangrupa tempat anu nyaman pikeun siswa maca buku naon waé anu rék dibaca salila éta buku aya di perpustakaan. Ku ayana rupa-rupa pilihan buku di perpustakaan sakola anu luyu jeung karakteristik siswa, rohangan perpustakaan anu nyaman tangtuna ngajak siswa maca di perpustakaan sakola. Salian ti buku jeung kaayaan perpustakaan anu nyaman, anu pangutamana nyaéta kumaha sakola nyieun program atawa usaha pikeun ngagunakeun jeung ngamangpaatkeun perpustakaan anu dipiboga ku sakola. Kusabab teu merta sakola anu boga perpustakaan makeshift teu bisa ngamangpaatkeun éta. Di sisi anu sanés, sakola anu ngagaduhan perpustakaan anu saé henteu kedah dianggo kalayan saé.Ku kituna, anu paling penting pikeun bisa numuwuhkeun literasi siswa nyaéta kumaha tarékah anu dilakukeun ku sakola sangkan bisa ngagunakeun perpustakaanana. Sabada panalungtik ngalaksanakeun pra-panalungtikan di sababaraha SD di Jakarta Selatan, nya éta SDN Duren Tiga 13, SDN Pancoran 01, SDN Rawajati 05, SDN Rawajati 08, SDN Ragunan 10, SDN Pejaten Barat 01, jeung SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru. , Dicindekkeun yén tina 7 perpustakaan SD di Kota Sukabumi, ngan 1 sakola anu digunakeun kalawan bener, nya éta SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru. Nalika panalungtik hoyong ningali daptar kunjungan murid ka perpustakaan, kalolobaan sakola henteu ngagaduhan, sababaraha gaduh daptar kunjungan sababaraha taun ka pengker. Tambih Deui, nalika nganjang ka salah sahiji perpustakaan, peneliti manggihan pustakawan roko di perpustakaan. Dumasar kana daptar kunjungan perpustakaan, kapanggih ogé masih saeutik siswa jeung guru anu maca atawa ngagunakeun perpustakaan sakola. Panalungtik ogé manggihan yén perpustakaan dikonci salila jam kelas, ieu timbul patarosan naha perpustakaan dipaké. Perpustakaan di sakola sigana ngan ukur sarat pikeun minuhan perpustakaan salaku salah sahiji fasilitas anu dipiboga ku sakola.7 Béda jeung kaayaan perpustakaan di sakola séjénna, panalungtik manggihan kaunikan perpustakaan milik SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru. Perpustakaan milik SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru ngaleungitkeun gambaran umum perpustakaan di SD. SD Al-Azhar 1 Kebayoran Baru ngabogaan perpustakaan anu cukup lega, tempat bacaan anu merenah pikeun siswa, kumpulan buku anu menarik pikeun siswa umur SD, jeung program pemanfaatan perpustakaan séjénna, saperti kagiatan bulan basa, bazar buku, sumbangan buku. , pintonan dongéng, jeung kagiatan dongéng keur budak leutik. Waktu panalungtik nganjang ka perpustakaan SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru, katémbong sababaraha siswa maca jeung nginjeum buku. SD Al-Azhar 1 Kebayoran Baru ngokolakeun jeung ngamanfaatkeun fasilitas perpustakaan kalawan hadé sangkan gampang ngarojong program pamaréntah pikeun ngabina budaya literasi siswa di sakola. Hal ieu luyu jeung program ti pamaréntah, nya éta program gerakan literasi sakola. Pamaréntah geus ngaluarkeun buku GLS, nu nyebutkeun yén perpustakaan téh bagian pangpentingna tina palaksanaan GLS. Dina buku manual ogé ditulis yén perpustakaan dikokolakeun ku tim perpustakaan unggal sakola. Hartina sakola kudu boga tanggung jawab dina ngokolakeun perpustakaan sangkan bisa ilubiung dina suksésna program GLS.8 Pikeun suksésna program GLS ti pamaréntah, sacara praktis perpustakaan anu dipiboga sakola téh mangrupa sarana utama dina ngarojong program GLS. Nanging, anu paling penting dina ngaoptimalkeun fungsi perpustakaan nyaéta minat maca anu kedah dipiboga sareng ogé ngokolakeun perpustakaan anu tiasa ningkatkeun minat maca. Peran perpustakaan sakola kacida pentingna dina ngadidik masarakat pamaké, hususna dina ngahasilkeun siswa anu berprestasi. Peran perpustakaan sakola bakal maksimal lamun dirojong ku sakola (kepala sakola). Fasilitas perpustakaan sakola anu alus ngajadikeun siswa bisa jeung ngabiasakeun diajar kalawan alus. Siswa anu gumbira sarta mindeng ngagunakeun perpustakaan minangka panyadia informasi jeung palayanan pangaweruh bakal dibantuan dina ngawujudkeun préstasi jeung tujuan atikanana.6 Sakola anu ngamangpaatkeun perpustakaan jeung ngadorong siswa pikeun ngabiasakeun ngagunakeun perpustakaan bakal ngajadikeun siswa. beunghar ku wawasan, pangaweruh , informasi, teu kabodoan sarta jadi siswa anu pinter anu miboga réa-réa prestasi. 5 M. Reza Rokan, Manajemén Perpustakaan Sakola. Jurnal Atikan. (Medan: UISU, 2017) 6 Teguh Yudi C, Peran Perpustakaan Sakola dina Nyitak Siswa Pinunjul. Jurnal Atikan.(Malang: Universitas Negeri Malang, 2007) 9 Tina sababaraha pamanggihan dina pra-panalungtikan jeung dumasar kana jurnal pendidikan di luhur, bisa katitén kumaha pentingna ulikan ngeunaan cara ngagunakeun stratégi perpustakaan dina raraga ngamumulé literasi. di murid sakola. Tina éta hal, panalungtik nyoba ngayakeun panalungtikan ngeunaan perpustakaan milik SD Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pikeun mikanyaho kumaha usaha sakola dina ngokolakeun jeung ngamangpaatkeun perpustakaan dina ngabina budaya literasi siswa di sakola.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)