Informasi Wisata dan Budaya Kampung Cikondang Kampung Cikondang secara administratif terletak di dalam wilayah Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kampung Cikondang ini berbatasan dengan Desa Cikalong dan Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di sebelah utara, dengan Desa Pulosari di sebelah selatan, dengan desa Tribakti Mulya di sebelah Timur, serta di sebelah barat berbatasan dengan desa Sukamaju. Jarak dari Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini sekitar 38 Kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan sekitar 11 Kilometer. Dari Kota Bandung ke arah Selatan melewati Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Cimaung. Jarak dari ruas jalan Bandung-Pangalengan yang berada di wilayah Kampung Cibiana ke Kampung Cikondang satu kilometer. Sedang dari jalan komplek perkantoran PLTA Cikalong, melewati bendungan dengan tangga betonnya, selanjutnya melalui Kantor Desa Lamajang sekitar satu setengah kilometer. Asal Usul Kampung Cikondang Menurut kuncen Kampung Cikondang, konon mulanya di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang dinamakan Kondang. Oleh karena itu selanjutnya tempat ini dinamakan Cikondang atau kampung Cikondang. Nama itu perpaduan antara sumber air dan pohon Kondang; “Ci” berasal dari kependekan kata “cai” artinya air (sumber air), sedangkan “kondang” adalah nama pohon tadi. Masih menurut penuturan kuncen, untuk menyatakan kapan dan siapa yang mendirikan kampung Cikondang sangat sulit untuk dipastikan. Namun, masyarakat meyakini bahwa karuhun (Ieluhur) mereka adalah salah seorang wall yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini membawa berkah dan dapat ngauban (melindungi) anak cucunya. Kapan Uyut Pameget dan Uyut Istri mulai membuka kawasan Cikondang menjadi suatu pemukiman atau kapan ia datang ke daerah tersebut? Tidak ada bukti konkrit yang menerangkan kejadian itu baik tertulis maupun lisan. Menurut perkiraan seorang tokoh masyarakat, Bumi Adat diperkirakan telah berusia 200 tahun. Jadi, diperkirakan Uyut Pameget dan Uyut Istri mendirikan pemukiman di kampung Cikondang kurang Iebih pada awal abad ke-XIX atau sekitar tahun 1800. Pada awalnya bangunan di Cikondang ini merupakan pemukiman dengan pola arsitektur tradisional seperti yang digunakan pada bangunan Bumi Adat. Konon tahun 1940-an terdapat kurang Iebih enampuluh rumah. Sekitar tahun 1942 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan semua rumah kecuali Bumi Adat. Tidak diketahui apa yang menjadi penyebab kebakaran itu. Namun ada dugaan bahwa kampung Cikondang dulunya dijadikan persembunyian atau markas para pejuang yang berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Belanda. Kemungkinan tempat itu diketahui Belanda dan dibumihanguskan. Selanjutnya, masyarakat di sana ingin membangun kembali rumahnya. Namun karena bahan-bahan untuk membuat rumah seperti Bumi Adat yang berarsitektur tradisional membutuhkan bahan cukup banyak, sementara bahan yang tersedia di hutan keramat tidak memadai, akhirnya mereka memutuskan untuk membangun rumahnya dengan arsitektur yang umum, yang sesuai dengan kemajuan kondisi saat itu. Keinginan ini disampaikan oleh Anom Idil (kuncen) kepada karuhun di makam keramat. Permohonan mereka dikabulkan dan diizinkan mendirikan rumah dengan arsitektur umum kecuali Bumi adat yang harus tetap dijaga kelestariannya sampai kapanpun. Hingga sekarang Bumi Adat masih tetap utuh seperti dahulu karena Bumi Adat dianggap merupakan “lulugu” (biang) atau rumah yang harus dipelihara dan dilestarikan. Sampai sekarang baru ada lima kuncen yang memelihara Bumi Adat yaitu : 1. Ma Empuh 2. Ma Akung 3. Ua Idil (Anom Idil) 4. Anom Rumya 5. Aki Emen. Jabatan kuncen di Bumi Adat atau ketua adat kampung Cikondang memiliki pola pengangkatan yang khas. Ada beberapa syarat untuk menjadi kuncen Bumi Adat, yaitu harus memiliki ikatan darah atau masih keturunan leluhur Bumi Adat. la harus laki-laki dan dipilih berdasarkan wangsit, artinya anak seorang kuncen yang meninggal tidak secara otomatis diangkat untuk menggantikan ayahnya. Dia Iayak dan patut diangkat menjadi kuncen jika telah menerima wangsit. Biasanya nominasi sang anak untuk menjadi kuncen akan sirna jika pola pikirnya tidak sesuai dengan hukum adat Ieluhurnya. Pergantian kuncen biasanya diawali dengan menghilangnya “cincin wulung” milik kuncen. Selanjutnya orang yang menemukannya dapat dipastikan menjadi ahli waris pengganti kuncen. Cnncin wulung dapat dikatakan sebagai mahkota bagi para kuncen di Bumi Adat kampung Cikondang. Kuncen yang telah terpilih, dalam kehidupan sehari-hari diharuskan mengenakan pakaian adat Sunda, Iengkap dengan iket (ikat kepala). Jabatan kuncen Bumi Adat mencakup pemangku adat, sesepuh masyarakat. Pola Pemukiman Pola permukiman masyarakat di Kampung Cikondang adalah mengelompok. Rumah-rumah tinggal berkelompok di lereng bukit dan di level paling tinggi, sebelah selatan pemukiman penduduk, terdapat bumi adat dengan keletakkan bangunan dari arah utaraselatan serta orientasi rumah kearah utara. Selain bangunan adat, terdapat juga rumah-rumah tempat tinggal penduduk yang merupakan kelompok pemukiman dengan jarak antar rumah yang hampir rapat, hanya dipisahkan oleh gang atau jalan setapak. Rumah-rumah penduduk ada yang permanen dan semi permanen. Letak dan orientasi bangunan pada umumnya menghadap ke jalan desa atau gang. Bentuk Bangunan Rumah Panggung (memiliki kolong), merupakan salah satu proto type rumah adat daerah Jawa Barat. Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri ke kanan. Dihalaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak di depan (timur laut) rumah, sedang kolam dan kamar mandi/jamban terletak di sebelah timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk padi). Bahan Bangunan - Atap : Bagian penutup atap tebuat dari talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. - Flapon/langit-langit Flapon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit yang dibuat dari bambu bulat (utuh) yang dijajar rapat. - Tiang Tiang terbuat dari bahan kayu, untuk pondasi tiang digunakan batu alam berbentuk bulat. - Dinding Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik). Untuk menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai penahan tiang rumah. - Jendela Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. - Lantai Seluruh lantai (palapuh) terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh) dinamakan dengan darurang. Fungsi Bangunan - Ruangan depan (tepas) Ruangan ini memiliki fungsi untuk menerima tamu. - Tengah Imah Ruangan ini memiliki fungsi sebagai areal untuk menerima tamu dan dipergunakan juga sebagai tempat melakukan upacara adat. - Dapur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk masak-memasak. Dalam ruangan dapur terdapat peralatan dapur yang dipergunakan dalam keseharian. - Kamar tidur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur kuncen. - Goah Ruangan ini sengaja dibuat berdampingan dengan kamar tidur kuncen,untuk memudahkan kuncen melakukan tugasnya dalam membuat segala keperluan sesaji. - Bale-bale (suplemen yang menempel pada rumah) Ruangan ini biasanya dipergunakan pada waktu-waktu pelaksanaan upacara adat. Bale-bale ini, biasanya dijadikan shelter bagi wanita yang sedang haid karena mereka tidak diperbolehkan memasuki rumah adat. - Ruangan untuk Hawu (suplemen yang menempel pada rumah) Dalam ruangan ini terdapat dua hawu yang biasa dipergunakan memasak dalam keperluan pelaksanaan upacara tradisi. Di tengah perkampungan terdapat 2 buah mesjid yang merupakan bangunan modern. Sarana produksi berupa sawah dan ladang terdapat di sekeliling permukiman penduduk, selain itu terdapat sawah dan ladang keramat yang berada di kompleks bumi adat. Untuk MCK, masyarakat menyebutnya pacilingan, tersedia beberapa pancuran yang airnya disalurkan dari mata air di hutan keramat. Sarana jalan berupa jalan desa, melintasi kampung di bagian utara. Adapun jalan-jalan setapak atau gang banyak dijumpai di sudut-sudut kampung. Hutan Keramat Hutan keramat terletak di belakang bumi adat berupa lereng bukit. Hutan keramat ini, sangat dikeramatkan, sehingga pohon-pohon tidak boleh sembarang ditebang. Hutan keramat ini dibagi dalam 5 (lima) halaman, dan di sekeliling halaman dipasang pagar bambu serta sebuah pintu masuk yang terletak di tengah halaman (kandang jaga). Di bagian halaman yang teratas, terletak pemakaman keramat dan pemakaman umum. Makam keramat letaknya membujur dari arah utara-selatan dengan orientasi ke arah utara. Pantangan/Tabu Beberapa pantangan atau tabu yang berlaku di masyarakat kampung Cikondang, khususnya tabu saat pelaksanaan upacara adat Musiman, antara lain sebagai berikut : 1. Melangkahi nasi tumpeng terutama untuk kegiatan upacara. Begitu juga konca, susudi, dan takir. 2. Menendang duwegan, terutama duwegan untuk keperluan sajian (sajen), yang melanggar akan mendapatkan musibah. Pernah ada kejadian, si pelanggar mendapatkan musibah tabrakan yang membuat kakinya cacat seumur hidup. 3. Kelompok yang mencari daun pisang Manggala ke hutan untuk keperluan upacara adat tidak boleh memisahkan diri dari rombongan, jika dilakukan sering kesasar walaupun sebelumnya telah mengetahui dan menguasai situasi dan kondisi hutan di daerahnya. 4. Pergi ke hutan pada hari Kamis. 5. Berselonjor kaki clad arah utara ke selatan. 6. Kencing tidak boleh mengarah ke selatan, harus ke utara. Ke arah barat dan timur kurang baik. 7. Menginjak parako; wadah atau alas hawu (perapian) sekaligus pemisah dengan bagian luar. 8. Menginjak bangbarung (bagian alas pintu). 9. Melakukan kegiatan di hari Jumat dan Sabtu, kecuali hari Sabtu untuk penetapan hari H upacara. 10. Acara menumbuk padi lulugu tidak boleh jatuh pada hari Selasa dan Jumat. Menumbuk padi lulugu harus dilakukan pada tanggal 13 Muharam, jika tanggal ini jatuh pada had tersebut, maka harus digeser pada hari be rikutnya; artinya jika jatuh pada hari Selasa maka kegiatan dialihkan pada had Rabu, begitu juga jika jatuh pada hari Jumat maka kegiatan dilakukan pada hari Sabtunya. 11. Rumah penduduk tidak boleh menghadap ke arah Bumi Adat, kecuali perumahan di seberang jalan desa. 12. Jarah atau berjiarah tidak boleh dilakukan pada hari Jumat dan Sabtu. 13. Wanita datang bulan (haid) dan yang sedang nifas tidak boleh masuk Bumi Adat. Jika ada keperluan yang berkaitan dengan Bumi Adat atau ingin menanyakan sesuatu kepada Anom, disediakan bale-bale di bagian depan Bumi Adat. 14. Di Bumi Adat dilarang ada barang pecah belah dan barang-barang elektronik (modern) seperti radio, listrik, dan televisi. 15. Bumi Adat tidak boleh memakai kaca, dan menambah dengan bangunanlain. 16. Makanan yang dimasak untuk keperluan upacara tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Bagi mereka ada anggapan bahwa makanan yang dicicipi sebelum upacara selesai, sama dengan menyediakan makanan basi. 17. Menginjak kayu bakar yang akan digunakan untuk bahan bakar hawu dalam pembuatan tumpeng lulugu. 18. Daun pisang Manggala yang dipetik dari hutan keramat tidak boleh jatuh ke tanah. 19. Mengambil bahan makanan yang tercecer dan dimasukkan kembali ke tempatnya. 20. Berkata kasar atau sompral. 21. Menyembelih ayam, selain ayam kampung. 22. Empat pesan dari kabuyutan: •Atap rumah tidak boleh menggunakan genting dan rumah harus menghadap ke utara. Maknanya : jangan lupa akan asal muasal kejadian bahwa manusia dari tanah dan mati akan menjadi tanah. Maksudnya jangan sampai menjadi manusia yang angkuh, sombong, dan takabur. •Jika ibadah haji harus menjadi haji yang mabrur yaitu haji yang mempunyai kemampuan baik lahir maupun batin. •Tidak boleh menjadi orang kaya. Maknanya : sebab menjadi orang kaya khawatir tidak mau bersyukur atas nikmat dari Tuhannya. •Tidak boleh menjadi pejabat di pemerintahan. Maknanya : takut menjadi pejabat yang tidak dapat mengayomi semua pihak. Sistem Religi Seluruh warga masyarakat Kampung Cikondang beragama Islam, namun dalam kehidupan sehari-harinya masih mempercayai adanya roh-roh para leluhur. Hal ini dituangkan dalam kepercayaan mereka yang menganggap para leluhurnya ngauban (melindungi) mereka setiap saat. Leluhur itu pula yang dipercaya dapat menyelamatkan mereka dari berbagai persoalan, sekaligus dapat mencegah marabahaya yang setiap saat selalu mengancam. Leluhur utama mereka yang sangat dipuja adalah Eyang Pameget dan Eyang Istri, kedua eyang ini dipercaya masyarakat setempat sebagai salah satu wali yang bertugas menyebarkan agama Islam di kawasan Bandung Selatan, khususnya di kampung Cikondang. Di tempat inilah akhirnya kedua eyang ini mengakhiri hidupnya dengan tidak meninggalkan jejak; masyarakat setempat mempercayai bahwa kedua eyang ini “tilem”. Adat istiadat yang bertalian dengan leluhur misalnya kebiasaan mematuhi segala pantangan-pantangan (tabu) dan melaksanakan : upacara-upacara adat. Upacara Adat Seleh Taun Mapag Taun ( Musiman/Wuku Taun ) Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah. Diperingati setiap tanggal 15 Muharam. Adapun tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu sebagai upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa syukur, tujuan lainnya adalah berdo’a, memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Upacara diselenggarakan di Bumi Adat. Ngaruat Lembur (Hajat Lembur) Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau kamis, jam 11.00 s.d 15.00, Upacara ini dilaksanakan di tengah-tengah kampung. Yang dimaksud dengan Ngaruat Lembur atau Hajat Lembur adalah mengadakan selamatan yang dilakukan untuk keselamatan kampung halamannya. Ngaruat Kandang Hayam. Acara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang berkaitan dengan maksud seseorang, misalnya pada saat akan membuat rumah, membuat pacilingan, dan pada saat seorang warga akan membuat kandang ayam. Upacara ini dilakukan di atas tanah yang akan dibuat sebagai kandang ayam. Kegiatan ini biasa dilakukan sekitar pukul 7.00, 8.00, dan 11.00. Rasulan Maksud upacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis berdirinya Kampung Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-masing dengan mengundang warga sekitar rumah, dan diadakan pada bulan silih Mulud. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari selasa dan kamis, malam hari antara waktu shalat magrib atau isya. Ngabungbang Upacara Adat ini biasanya dilakukan secara individu, upacara ini dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu seperti misalnya ingin segera mendapatkan pekerjaan tetap, ingin mendapatkan jodoh, dan sebagainya. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 bulan Mulud. Tirakatan Tirakat artinya membersihkan diri dengan bertafakur atau mengasingkan diri di tempat yang sepi. Tirakatan dilakukan jika ia menginginkan sesuatu misalnya ingin lulus sekolah, ingin mendapat jodoh, dan apa yang dimilikinya dapat bemanfaat atau ada hasilnya. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Pelaksanaan tirakatan biasanya dilakukan dengan berpuasa disesuaikan dengan hari kelahiran misalnya jika hari kelahirannya Kamis maka ia akan memulai tirakatan pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada pukul satu siang (13.00) dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang (13.00). Tujuh Bulanan Upacara Adat ini merupakan perayaan kehamilan berusia tujuh bulan, adapun tujuan upacara ini adalah ungkapan terimakasih dan syukur kepad Tuhan YME atas kehamilannya yang berusia 7 bulan, dan berharap diberikan kelancaran pada saat me;ahirkan kelak. Ngalahirkeun Pada saat melahirkan, si ibu dibantu oleh paraji (dukun beranak), selesai bersalin, plasenta si bayi dikuburkan di dekat rumahnya. Dibungkus dengan jonggol (serpihan batang pisang). Setelah itu membakar kemenyan. Tujuan merawat plasenta bayi sampai dikuburkan adalah agar usia anak panjang dan mendapatkan banyak berkah dari Tuhan YME. Marhabaan Marhabaan dilakukan pada saat bayi berumur empat puluh hari. Acara ini diadakan pada malam hari dengan melakukan kegiatn makan-makan. Pada acara ini, rambut bayi dipangkas sampai gundul. Pada hari itu juga si bayi diberi nama oleh kedua orangtuanya. Puncak acara biasanya dibacakan wawacan barjah, sebagai hiburan sekaligus berisi tentang nasihat-nasihat yang baik untuk didengarkan oleh warga yang hadir. Upacara Kematian Upacara yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang di Kampung Cikondang adalah, tiluna, matangpuluh, natus, nyewu, dan mendak. Sidekah Tiluna diselenggarakan atas meninggalnya seseorang pada hari ketiga, sidekah tujuhnan dilaksanakan pada hari ketujuh, sidekah matangpuluh diselenggarakan pada hari keempatpuluh, sidekah natus dilaksanakan pada hari keserataus, sidekah nyewu pada hari keseribu, dan sidekah mendak dilaksanakan setiap tahun, artinya setiap tahun setelah kematian yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama. Pada saat akan bertani, para petani menyiapkan seperangkat bahan-bahan untuk melangsungkan upacara yang sangat sederhana. Acara ini dilaksanakn pada pagi hari sebelum pukul 10 pagi. Tujuan dilaksanakan upacara seperti ini adalah agar tanahnya tetap subur dan padinya berbuah bagus dan berisi sehingga enak untuk dikonsumsi. Adapun saat menjelang panen, diadakan lagi upacara sederhana. Tujuan diadakannya upacara menyambut panen ini adalah agar hasilnya lebih banyak sehingga cukup untuk dikonsumsi sampai datang musim panen selanjutnya. Upacara adat tersebut pada hakekatnya merupakan komunikasi antara masyarakat dengan leluhurnya yang dianggap sangat berjasa kepada mereka yaitu sebagai orang yang membuka atau merintis pemukiman Cikondang. Dalam upacara tersebut warga menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada leluhurnya. Sumber : http://fauzan47.multiply.com http://www.disparbud.jabarprov.go.id
Émbaran Wisata sarta Budaya Désa Cikondang Désa Cikondang sacara administratif aya di wewengkon Désa Lamajang, Kacamatan Pangalengan, Kabupatén Bandung. Désa Cikondang wawatesan jeung Désa Cikalong jeung Désa Cipinang (Kacamatan Cimaung) di beulah kalér, Désa Pulosari di kidul, Désa Tribakti Mulya di beulah wétan, sarta di beulah kulon wawatesan jeung Désa Sukamaju. Jarak ti Kota Bandung ka Kampung Adat Cikondang kira-kira 38 Kilométer, sedengkeun ti puseur Kacamatan Pangalengan kira-kira 11 Kilométer. Ti Kota Bandung ka kidul ngaliwatan Kacamatan Banjaran jeung Kacamatan Cimaung. Jarak ti ruas jalan Bandung-Pangalengan di wewengkon Désa Cibiana ka Désa Cikondang sakilometer. Sabalikna, ti jalan komplek PLTA Cikalong ngaliwatan bendungan anu tangga beton, tuluy ngaliwatan Kantor Desa Lamajang kira-kira hiji satengah kilométer. Asal Usul Desa Cikondang Nurutkeun kuncén Désa Cikondang, mimitina di ieu wewengkon aya hiji seke (musim semi) anu ditumbuh ku tangkal gedé anu disebut Kondang. Ku alatan éta, tempat ieu lajeng disebut Cikondang atawa kampung Cikondang. Ngaranna mangrupa kombinasi sumber cai jeung tangkal kawentar; "Ci" asalna tina singgetan tina kecap "cai" anu hartina cai (sumber cai), sedengkeun "kawentar" nyaéta ngaran tangkal.Masih nurutkeun cariosan Kuncen, hese pisan disebutkeun iraha jeung saha nu ngadegkeun Kampung Cikondang. Sanajan kitu, masarakat percaya yén karuhun maranéhanana (Ieluhur) mangrupa salah sahiji tembok anu nyebarkeun agama Islam di wewengkon. Maranéhna disebut Uyut Pameget jeung Uyut Istri nu dipercaya mawa berkah tur bisa ngauban (ngajaga) anak jeung incu. Iraha Uyut Pameget jeung Uyut Istri mimiti muka wewengkon Cikondang jadi pakampungan atawa iraha datang ka éta wewengkon? Henteu aya bukti konkret anu ngajelaskeun éta kajadian boh sacara tinulis boh sacara lisan. Numutkeun perkiraan saurang tokoh masarakat, Bumi Adat diperkirakeun umurna 200 taun. Jadi kira-kira Uyut Pameget jeung Uyut Istri ngadegkeun pakampungan di Kampung Cikondang kurang leuwih dina awal abad XIX atawa kira-kira taun 1800. Mimitina wangunan di Cikondang mangrupa pakampungan anu mibanda pola arsitektur tradisional saperti anu dipaké di Bumi Adat. wangunan. Kacaritakeun taun 1940-an aya kurang leuwih genep puluh imah. Kira-kira taun 1942 aya kahuruan gedé nu ngaduruk sakabéh imah iwal Bumi Adat. Henteu dipikanyaho naon anu nyababkeun kahuruan. Sanajan kitu, aya sangkaan yén Kampung Cikondang kungsi dijadikeun tempat panyumputan atawa markas para pajoang anu nyoba leupas tina cengkraman Walanda. Bisa jadi éta tempat geus dipikawanoh ku Walanda sarta kaduruk nepi ka taneuh.Saterusna, masarakat di dinya hayang ngawangun deui imah maranéhanana. Tapi ku lantaran bahan pikeun nyieun imah saperti Bumi Adat kalawan arsitéktur tradisional merlukeun bahan anu cukup loba, sedengkeun bahan anu aya di leuweung karamat teu cukup, ahirna maranéhanana mutuskeun pikeun ngawangun imah maranéhanana kalayan arsitektur umum, anu luyu jeung kamajuan kaayaan dina waktu éta. Kahayang ieu ditepikeun ku Anom Idil (kuncen) ka nu karuhun di makam karamat. Paménta maranéhanana dikabulkeun sarta diidinan ngawangun imah kalawan arsitektur umum iwal ti tanah adat nu kudu dilestarikan salawasna. Nepi ka ayeuna, Bumi Adat masih kénéh gembleng siga baheula sabab Bumi Adat téh dianggap "murni" (biang) atawa imah anu kudu dijaga jeung dilestarikeun. Nepi ka ayeuna ngan aya lima kuncen anu ngajaga Bumi Adat, nyaeta: 1. Sakti Ma 2. Ma sayang 3. Ua Idil (Anom Idil) 4. Anom Rumya 5. aki Émén. Kalungguhan kuncen di Bumi Adat atawa kapala adat Kampung Cikondang miboga pola pengangkatan anu has. Aya sababaraha sarat pikeun jadi kuncen Bumi Adat, anu kudu boga tali darah atawa masih turunan karuhun Bumi Adat. Kudu jalu jeung dipilih ku wangsit, hartina anak kuncen nu maot teu otomatis diangkat ngaganti bapana. Pantes jeung pantes diangkat jadi kuncen lamun geus narima wangsit.Biasana pencalonan budak jadi kuncen bakal leungit lamun pola pikirna teu luyu jeung hukum adat karuhunna. Panggantian kuncen biasana dimimitian ku ilangna "wulung ring" kuncen. Saterasna, anu mendakan éta tiasa dipastikeun janten penerus ahli waris kuncen. Cnncin wulung bisa disebutkeun minangka makuta para kuncen di tanah adat kampung Cikondang. Kuncen anu geus kapilih, dina kahirupan sapopoe diwajibkeun make baju adat Sunda, kumplit jeung iket (ikat sirah). Kalungguhan kuncen Bumi Adat ngawengku nu boga adat, sesepuh masarakat. Pola Patempatan Pola padumukan masarakat di Désa Cikondang dikelompokeun. Imah-imah hirupna sacara rombongan di lereng gunung jeung di tingkat nu pangluhurna, di kiduleun wewengkon padumukan, aya lahan adat anu lokasina wangunanna ti arah kalér-kidul jeung orientasi imahna ka kalér. Salian ti wangunan tradisional, aya ogé imah-imah tempat cicing warga anu mangrupa rombongan padumukan anu jarakna ampir deukeut antara imah, ngan dipisahkeun ku gang atawa jalan. Aya imah permanén jeung semi-permanén. Lokasi jeung orientasi wangunan umumna nyanghareupan jalan désa atawa gang. Wangun Wangunan Imah Panggung (boga lolongkrang), nyaéta salah sahiji proto-type imah adat di wewengkon Jawa Barat.Bumi Adat ieu ngabogaan wangun hateup Suhunan Jolopong (suhunan lempeng) anu mangrupa wangun hateup anu diwangun ku dua wewengkon hateup anu diwangun ku dua wewengkon hateup. Dua wewengkon hateupna dipisahkeun ku garis lamping (suhunan) di tengah wangunan imah. Panto hareup imah ieu katelah open palatial wangun, nyaeta lokasi panto sajajar jeung hiji sisi pesawat hateup, sahingga lamun ditempo ti hareup jelas yén sakabéh garis hawa nu ngalir ti kénca ka. katuhu jelas katempo. Di pakarangan tanah adat aya wangunan pelengkap, diantarana lumbung paré (leuit), balong, jamban atawa kamar mandi. Leuit ayana di hareup (kaler) imah, sedengkeun kolam renang jeung kamar mandi / jamban perenahna di wétaneun imah, kitu ogé saung lisung (tempat menumbuk padi). Bahan wangunan - Hateup: Panutup hateup anu dijieun tina talahab nyaéta panutup hateup anu dijieunna tina bilah awi. - Flapon / siling Flapon/langit-langit (lalangit/exposure) dijieunna tina bilah awi anu dipasang dina jarak anu tangtu, aya oge lalangit anu dijieun tina awi buleud (sakabeh) anu dijajar pageuh. - Gantar Tihangna dijieun tina kai, pikeun pondasi tihang batu alam dipaké buleud. - Tembok Sakabeh tembok dijieunna tina anyaman awi (kamar). Pikeun nahan témbok imah di jero, kayu dipasang dina posisi horizontal disebut Paneer sarta ogé boga fungsi minangka tihang panahan pikeun imah.- Jandela Jandélana wangunna sagi opat sarta dipasang ku kai dina jarak nu tangtu sacara vertikal disebut jalosi, sarta jepret kai minangka panutupna. - Lantai Sakabeh lantai (palapuh) dijieunna tina awi dina wangun lempengan awi anu dicekel dina luhureun awi buleud (sakabeh) anu disebut darurang. Fungsi Wangunan - Ruang hareup (katuhu) Kamar ieu boga fungsi pikeun nampa tamu. - Tengah Imah Rohangan ieu miboga fungsi minangka wewengkon pikeun narima tamu sarta ogé dijadikeun tempat pikeun ngalaksanakeun upacara adat. - Dapur Rohangan ieu dijadikeun tempat masak. Di rohangan dapur aya parabot dapur anu dipaké dina kahirupan sapopoé. - Pangkeng Rohangan ieu dijadikeun ranjang kuncen. - Goah Rohangan ieu ngahaja didamel sasarengan sareng pangkéng kuncen, supados langkung gampil kuncen ngalaksanakeun tugasna dina ngadamel sagala kaperluan sesajen. - Bale-bale (suplemén napel na imah) Ieu rohangan biasana digunakeun nalika upacara adat. Bal-balan ieu biasana dijadikeun saung pikeun awéwé haid sabab teu meunang asup ka imah adat. - Kamar pikeun Hawu (suplemén napel na imah) Di rohangan ieu aya dua hawu anu biasana dipaké pikeun masak pikeun kaperluan ngalaksanakeun upacara adat. Di tengah kampung aya 2 masjid anu mangrupa wangunan modern.Sarana produksi sawah jeung sawah aya di sabudeureun wewengkon padumukan, salian ti éta aya sawah jeung sawah anu aya di komplek tanah adat. Pikeun MCK, jalma nyebutna pacilingan, aya sababaraha pancuran anu caina dialirkeun tina mata air di leuweung karamat. Fasilitas jalan berupa jalan desa, melintasi desa di beulah kalér. Jalan-jalan atawa gang mindeng kapanggih di juru-juru désa. Leuweung Suci Leuweung karamat ayana di tukangeun tanah adat anu wangunna lereng. Leuweung keramat ieu, kacida sakralna, sangkan tatangkalanana teu sawenang-wenang ditegor. Leuweung karamat ieu dibagi jadi 5 (lima) méter, di sabudeureun éta pakarangan dipasang pager awi sarta lawang asup aya di tengah-tengah pakarangan (kurung penjaga). Di luhureun kaca, ayana kuburan jeung kuburan umum. Makam suci perenahna longitudinally ti arah kalér-kidul jeung orientasi ka arah kalér. Tabu/Tabu Sababaraha tabu atawa tabu anu lumaku di masarakat Désa Cikondang, hususna tabu dina ngalaksanakeun upacara adat musiman, di antarana: 1. Skip congcot, utamana pikeun kagiatan upacara. Kitu deui Konca, Susudi, jeung Takir. 2. Nincak duwegan, utamana duwegan pikeun tujuan ngaladénan (sajen), anu ngalanggar bakal meunang musibah. Aya hiji kajadian, violator meunang kacilakaan tabrakan anu ninggalkeun suku na ditumpurkeun pikeun hirup. 3.Rombongan néangan daun cau Manggala ka leuweung pikeun upacara adat teu meunang misahkeun diri ti rombongan, upama dilaksanakeun mindeng kasasar sanajan saméméhna geus nyaho jeung ngawasa kaayaan jeung kaayaan leuweung di wewengkonna. 4. Ka leuweung poé Kemis. 5. Suku clad ngalegaan ti kalér ka kidul. 6. Cicih ulah nunjuk ka kidul, kudu kaler. Nuju kulon jeung wetan teu alus. 7. Nincak parako; wadah atawa titincakan hawu (hawu) ogé separator jeung luar. 8. Nincak bangbarung (dasar panto). 9. Ngalaksanakeun kagiatan dina poé Jumaah jeung Saptu, iwal poé Saptu pikeun nangtukeun poé H upacara. 10. Acara ngadu beas lulugu ulah dilaksanakeun dina poé Salasa jeung Jumaah. Pukulan béas lulugu kudu dilaksanakeun dina tanggal 13 Muharam, upama tanggal ieu tumiba kana hadd éta, kudu dialihkeun ka poé saterusna; Ieu ngandung harti yén lamun tumiba dina dinten Salasa, kagiatan bakal dialihkeun ka Rebo, kitu ogé lamun tumiba dina Jumaah, kagiatan bakal dilaksanakeun dina Saptu. 11. Imah-imah warga teu meunang nyanghareup ka Bumi Adat, iwal ti perumahan peuntaseun jalan kampung. 12. Loot atawa naek haji teu diwenangkeun dina Jumaah jeung Saptu. 13. Awewe nu keur haid (haid) jeung nu nifas teu meunang asup ka Bumi Adat. Upami aya kaperyogian ka Bumi Adat atanapi hoyong naroskeun ka Anom, aya bale-bale di payuneun Bumi Adat. 14.Di Bumi Adat dilarang gaduh gelas sareng barang éléktronik (modern) sapertos radio, listrik, sareng televisi. 15. Bumi Adat teu meunang maké kaca, jeung nambahan wangunan séjén. 16. Dahareun asak pikeun kaperluan upacara teu meunang dirasakeun heula. Pikeun maranéhna aya anggapan yén kadaharan geus dicicipi saméméh upacara réngsé, sarua jeung nyadiakeun dahareun ruksak. 17. Nincak kana kai anu baris dijadikeun suluh hawu dina nyieun tumpeng lulugu. 18. Daun cau manggala dipetik ti leuweung karamat ulah ragrag kana taneuh. 19. Kadaharan anu paburencay dicandak, ditempatkeun deui dina tempatna. 20. Ngomongna kasar atawa sompral. 21. Meuncit hayam, lain hayam pituin. 22. Opat beja ti kabuyutan: Hateup imah teu kudu maké ubin jeung imah kudu nyanghareupan kalér. Hartina: ulah poho kana asal muasal kajadian yén manusa tina taneuh jeung maot bakal jadi taneuh. Eta mah lain jelema anu sombong, sombong, jeung sombong. Upama ibadah haji kudu mabrur, nya eta ibadah haji anu miboga kamampuh boh fisik boh mental. Anjeun teu bisa beunghar. Hartosna : Sabab anu jadi jalma beunghar teh hariwang ku teu hayang syukur kana ni'mat Pangéranna. Teu bisa jadi pajabat di pamaréntahan. Hartina: sieun jadi pajabat anu teu bisa ngajaga sakumna pihak.Sistem Kaagamaan Sakumna warga Kampung Cikondang beragama Islam, tapi dina kahirupan sapopoe masih keneh percaya kana ayana arwah karuhun. Hal ieu dinyatakeun dina kapercayaan jalma-jalma anu nganggap karuhunna pikeun ngajaga (ngajagi) aranjeunna unggal waktos. Karuhun ogé dipercaya bisa nyalametkeun maranéhna tina sagala rupa masalah, ogé pikeun nyegah bahaya anu salawasna ngancam iraha wae. Karuhun utama maranéhanana anu kacida dipikahormatna nyaéta Éyang Pameget jeung Éyang Istri, dua nini-nini ieu dipercaya ku masarakat satempat minangka salasahiji wali anu boga tugas nyebarkeun agama Islam di wewengkon Bandung Kidul hususna di Désa Cikondang. Nya di tempat ieu dua nini-nini tungtungna mungkas hirupna kalayan henteu ninggalkeun tapak; masarakat lokal percaya yén dua nini ieu téh "tilem". Tradisi nu patali jeung karuhun, upamana kabiasaan taat kana sagala pantangan jeung ngalaksanakeun upacara adat. Upacara adat Seleh Taun Mapag Taun ( Seasonal / Wuku Taun ) Upacara ieu patali jeung perayaan Taun Baru Hijriah. Dirayakeun unggal 15 Muharram. Maksud tina ieu upacara téh minangka upacara pikeun ngedalkeun rasa sukur jeung sukur, tujuan séjén nyaéta ngadoa, nyuhunkeun kasalametan ka Nu Maha Kawasa. Upacara ieu dilaksanakeun di Bumi Adat.Lembur Ngaruat (Lembur Hajat) Upacara ieu dilaksanakeun sataun sakali unggal bulan Safar, Salasa atawa Kemis, tabuh 11.00 nepi ka 15.00, Ieu upacara dilaksanakeun di tengah kampung. Anu dimaksud Lembur Ngaruat atawa Lembur Hajat nyaéta ngayakeun hajatan anu dilaksanakeun pikeun kasalametan lemburna. Ngaruat Hayam Cage. Ieu acara sok dilaksanakeun dina acara-acara anu aya patalina jeung pamaksudan batur, upamana baé rék nyieun imah, nyieun pacilingan, jeung lamun warga rék nyieun kandang hayam. Upacara ieu dilaksanakeun di lahan anu baris dijadikeun kandang hayam. Kagiatan ieu biasana dilaksanakeun kira-kira jam 07.00, 08.00, jeung 11.00. Rasul Tujuan tina upacara Rosul nyaéta pikeun ngayakeun upacara adat pikeun kasalametan para karuhun, karuhun maranéhanana anu naratas ngadegna Désa Cikondang. Upacara ieu dilaksanakeun di unggal imah ku cara ngondang warga sabudeureun imah, sarta dilaksanakeun dina bulan Mulud. Upacara ieu biasana dilaksanakeun dina Salasa jeung Kemis, malem antara Waktu solat Maghrib atawa Isya. joinbang Upacara adat ieu biasana dilaksanakeun sacara individu, upacara ieu dilaksanakeun ku jalma anu mikahayang hiji hal saperti hayang geura-giru meunang pagawéan maneuh, hayang meunang jodo, jeung sajabana. Upacara ieu dilaksanakeun dina tanggal 14 bulan Mulud.Tirakatan Tirakat hartina ngabersihkeun diri ku tapa atawa ngasingkeun diri di tempat anu sepi. Tirakatan dilakukeun lamun hayang hiji hal, upamana hayang lulus sakola, hayang meunang jodo, jeung naon nu dipiboga bisa aya mangpaatna atawa hasilna. Ieu kagiatan dilaksanakeun sacara terus-terusan nepi ka tujuan kahontal. Palaksanaan tirakatan biasana dilakukeun ku cara puasa dumasar kana poe lahirna, upamana upami ulang tahunna dinten Kemis, anjeunna bakal ngamimitian tirakatan dinten Rebo ku tuang sahur dina jam hiji siang (13.00) sareng buka puasa dina dinten Rebo. Kemis jam hiji beurang (13.00). Tujuh Bulan Upacara adat ieu téh minangka upacara reuneuh tujuh bulan, sedengkeun tujuan diayakeunana ieu upacara téh nyaéta pikeun ngedalkeun rasa sukur jeung sukur ka Gusti Nu Maha Suci kana kandunganana anu geus 7 bulan, sarta miharep kahareupna dipasihan kalancaran dina babaran. dilahirkeun Dina waktu ngalahirkeun, indungna dibantuan ku paraji (dukun beranak), sanggeus ngalahirkeun, plasénta orok dikurebkeun deukeut imahna. Dibungkus ku jonggol (serpihan batang cau). Sanggeus éta ngaduruk menyan. Tujuan miara ari-ari orok nepi ka dikubur téh nyaéta sangkan budakna panjang umur jeung meunang barokah ti Allah. Marhabaan Marhabaan dilaksanakeun nalika orok umurna opat puluh poé. Acara ieu dilaksanakeun sonten ku kagiatan tuang. Dina acara ieu, buuk orok dipangkas nepi ka botak.Dina poe eta orok dibere ngaran ku kolotna. Puncak acara biasana maca barjah wawacan, minangka hiburan ogé ngandung naséhat anu hadé pikeun didangukeun ku warga anu hadir. Panguburan Upacara anu aya patalina jeung maotna jalma di Désa Cikondang nyaéta, tiluna, ripepuluh, natus, nyewu, jeung mendak. Sidekah Tiluna dilaksanakeun dina maotna jalma dina poé katilu, sidekah sevennan dilaksanakeun dina poé katujuh, sidekah ripepuluh dilaksanakeun dina poé opat puluh, sidekah natus dilaksanakeun dina saratus poé, sidekah nyewu dilaksanakeun dina. poe sarebu, sarta sidekah henteu dilaksanakeun taunan, hartina unggal taun sanggeus maot almarhum tumiba dina poe jeung bulan anu sarua. Nalika bade ka tani, para patani nyiapkeun sakumpulan bahan pikeun upacara basajan pisan. Ieu acara dilaksanakeun isuk-isuk saméméh jam 10. Tujuan diayakeunna upacara saperti ieu nyaéta sangkan taneuhna tetep subur sarta béas ngahasilkeun buah anu alus sarta ngandung sangkan alus pikeun dikonsumsi. Sedengkeun pikeun waktu saméméh panén, diayakeun deui upacara basajan. Tujuan diayakeunna upacara ngabagéakeun panén téh, sangkan hasilna leuwih loba sangkan bisa didahar nepi ka datang mangsa panén saterusna.Upacara adat dina hakekatna mangrupa komunikasi antara masarakat jeung karuhunna anu dianggap pohara berjasa ka maranéhna, nya éta salaku jalma nu muka atawa naratas padumukan Cikondang. Dina éta upacara, warga ngucapkeun rasa sukur jeung sukur ka para karuhun. Sumber: http://fauzan47.multiply.com http://www.disparbud.jabarprov.go.id
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)