Syahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama, dimana seseorang yang ingin menjadikan Islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu mengucapkan dua kalimah Syahadat ini, yaitu : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah “ maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan (diiktiraf) sebagai seorang islam. Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ diartikan : aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t. Sungguh banyak diantara kita yang hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat ini, tetapi jarang sekali yang ingin mengkaji atau mempelajari tentang hakekat pengertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka kitapun turut berbuat demikian, namun kita tidak pernah mau bertanya kenapa kita harus melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “. Dan kenapa juga kita tidak boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yang lain daripada kalimah syahadat di atas. Disamping itu tidak ada yang pernah bertanya kenapa kalimat itu bisa membawa kepada pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didalam kalimah tersebut tidak terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dan tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didalam penafsiran arti bahasanya oleh para ulama syariat ada terdapat perkatan Tuhan dan Sembah. Dan kenapa syahadat tidak boleh dikatakan begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “ yang tentunya lebih sesuai untuk diartikan dengan “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yang membawa pengertian kepada Tiada yang nyata hanya Allah s.w.t. Jadi bisa disimpulkan disini bahwa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dengan matlumat sebenarnya yang hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didalam syahadah itu boleh di diartikan sama dengan Tuhan? Begitu juga bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar membawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s. bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dengan mengakhirkan syahadatnya itu dengan lafaz wa asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan ucapan yang sama, atau mungkin ada yang berpendapat bahwa Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bahwa Islam ini hanya baru ada pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.? dan benarkah Islam tidak pernah ada sebelumnya? dan jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kepada Nabi Muhammad s.a.w., kenapa pula Nabi Muhammad s.a.w. juga mengucap seperti kita mengucap sekarang? Dan kenapa pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “. Yang lebih sesuai membawa kepada pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi bahwa akulah pesuruh Allah s.w.t. ” Masih banyak hal-hal yang perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dan berusaha mencari dan menggali pengertian syahadat yang sebenar-benarnya. Adapun kalimah syahadat itu adalah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “. Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ adalah dinamakan syahadat Rasul. Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sebab di dalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada yang lain hanya Allah s.w.t. semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal, dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk dengannya kecuali dia semata-mata. Oleh sebab itulah kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isbabkannya kepada nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita). Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahwa yang menyampaikan dan menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita dan dengan melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan akan menjaganya untuk selama-lamanya. Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-benar diri yang menyatakan rahasia Tuhan, dan untuk menyatakan diri rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul. Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “ maknanya : Tiada nyata hanya Allah s.w.t. Dari sini jelaslah kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita mengakuinya dengan sesungguhnya, bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yang dikandung oleh tubuh zahir kita. Adapun kalimah : “ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) karena hakekat bentuk manusia itu berhakekat dengan huruf Mim karena itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri bathin dan diri zahir kita (Rohani dan Jasmani) yaitu kita menyaksikan yang dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dan diri kasar inilah merupakan sarungnya. seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi : “ Al insanu sirri wa anna sirru “ artinya : Manusia itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia untuk memegang dan bertanggung jawab terhadap rahasiaNya, itulah sebabnya Allah s.w.t. telah memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia. Al-Quran :… Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dengan satu kejadian yang sebaik-baiknya. Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yang paling sempurna dan tersusun rapi pada zahir dan bathin. Duduknya kemuliaan manusia adalah karena manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yang sanggup memegang rahasiaNya. Sedangkan sebelumnya Allah s.w.t. sendiri pernah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung untuk menanggungnya. seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : … artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia. Sebab itu bila kita mengucap : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “. maka berarti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata. Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri, kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t. semata-mata. Tiada sesuatu yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan mengharapkan siaran dari stasiun pemancar semata-mata dan perlu diingatkan bahwa berfungsinya radio tersebut karena dapat menerima gelombang siaran dari stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah, maka begitulah kita. Kita akan berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri. Karena bila saja kita dapat mengenal diri kita, maka dengan itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah s.w.t. itu sendiri. seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi : “ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “ artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya. Oleh karena itu jika kita tidak mengenal diri kita maka kita akan lebih hina daripada sampah di sisi Allah s.w.t. Adapun sholat itu bukan berarti menyembah, karena bila disebut sembah maka sudah tentu membawa pengertian bahwa ada yang menyembah dan ada pula yang kena sembah, dan tiap-tiap yang di sembah sudah pasti ada di hadapan yang menyembah. Karena itu bagaimana halnya dengan Allah s.w.t. yang bersifat berlainan dengan benda-benda yang ada dialam semesta ini, dan Allah s.w.t. tidak bertempat dimana atau dimana, jika saja pengertiannya Allah s.w.t. dihadapan kita maka artinya Allah s.w.t. bertempat. Dan jika ini itikad kita maka kafir-lah jadinya. Lagi pula bagaimana bisa dikatakan sholat itu diartikan sebagai meyembah, sedangkan manusia itu sendiripun adalah diri rahasia Allah s.w.t. seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi : “ Al insanu sirri wa ana sirru “ Artinya : Manusia itu adalah rahasiaku dan diri Akulah rahasianya. Bahwa sholat itu sebenarnya adalah satu cara menyaksikan diri sendiri, dan sesungguhnya diri kita itu adalah diri Allah s.w.t. semata-mata. Seyogyanya diingatkan bahwa keadaan yang dinyatakan diatas, bukanlah sekali-kali kita boleh beritikad bahwa Allah s.w.t. itu duduk didalam diri kita, jika kita beranggapan begitu maka kafir juga jadinya, dan keadaan yang diterangkan diatas juga bukan sekali-kali boleh beritikad bahwa diri batin kita (roh) itu Tuhan dan bertuhankan diri. Jika demikian kafir pula jadinya. Perlu sekali diingatkan bahwa kita ini adalah sebagai kotak radio yang menerima gelombang radio dan rahasia radio, maka untuk menyatakan rahasia radio tersebut adalah stasiun pemancar yang memancari siarannya ke kotak radio, kemudian berbunyilah radio sebagaimana siaran asalnya pada stasiun pemancar. Begitulah dengan Allah s.w.t. Dia memuji diri-Nya dengan diri rahasia-Nya yang dikandung oleh manusia. seperti firman Allah s.w.t. di dalam Hadis Qudsi yang maknanya : Aku suka mengenal diri-Ku sendiri Lalu Aku jadikan makhluk ini Lalu Aku perkenalkan diri Aku Kepada mereka dan lalu mereka Pun mengenal Aku Berawal yang dimaksudkan dengan makhluk didalam Hadis Qudsi diatas adalah manusia. Adapun yang dikatakan sholat itu berdiri menyaksikan diri karena semasa sembahyang kita wajib berkata : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “. Artinya : Bersaksilah aku tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t. (diri bathin) dan bersaksilah aku bahwa (diri zahir) itu adalah penyata rahasia allah s.w.t. (diri bathin) Disini terang dan jelaslah bahwa kalimah penting itu dilafazkan oleh kita bagi tujuan supaya kita menilik diri kita dengan mata hati kita bahwa akulah yang membawa rahasia Allah s.w.t. semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah s.w.t. semata-mata. Ucapan penyaksian ini bukan saja dilafazkan oleh lidah, tapi harus dikatakan bersama oleh semua anggota tubuh zahir dan bathin kita, masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri Allah s.w.t. semata-mata. Pada saat kita melafazkan syahadat tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuh, jiwa raga, bersamaan dengan itu terasalah oleh kita satu kelezatan yang amat sangat, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kecuali dirasakan sendiri oleh mereka yang pernah mengalami dan sampai pada martabat ini. Untuk menegaskan hal diatas Allah s.w.t. telah berfirman didalam Al Quran : Artinya : Sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila saja disebut Allah s.w.t. niscaya gemetarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka dan kepada Allah s.w.t. mereka bertawakal. adapun : “ Asyhadu alla illaha illallah “ Bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah s.w.t. yaitu bersaksilah aku dengan telinga aku, mata aku, otak aku, kulit aku, daging aku, kaki tangan aku dan seluruh tubuh zahir dan bathin aku. Tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t Artinya aku melihat dan mendengar dengan penglihatan dan pendengaran Allah s.w.t., tiada aku merasa Allah s.w.t.-lah merasa, tidak aku berkehendak Allah s.w.t yang berkehendak, tidak aku berkuasa Allah s.w.t. yang berkuasa. Tidak aku ……melainkan…., tidak-aku ……… melainkan ….. Hanya allah s.w.t. semata-mata. Singkat kata semua perlakuan kita hendaklah dilihat pada pandangan sepenuhnya kepada Allah s.w.t semata-mata. Seperti firman Allah s.w.t… Artinya : Dimana saja kamu menghadap disitulah wajah Allah s.w.t. Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan kita mengisabkan diri kita yang bathin Adapun : “ Wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “ Artinya : Dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahasia Allah s.w.t. semata-mata. Dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa diri kita jasmani inilah yang menanggung dan membawa rahasia Allah s.w.t. (diri bathin) dan diri kita yang zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan wujudnya Allah s.w.t. Tuhan semesta alam. Dengan demikian maka kalimah syahadah itu adalah kalimah hakekat yang menyatakan penyambungan diantara badan jasmani dengan badan rohani kita. Kalimah ini tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu dengan lainnya. Setengah ulama berpendapat bahwa adalah tidak boleh bagi kita untuk melafazkan kalimah syahadah tersebut dengan cara mewakafkan bacaan dimana-mana, bahagian, dua kalimah syahadah tersebut tidak boleh kita mewakafkan di tengah kalimah seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang-orang awam, karena kita ketahui bahwa tubuh dua kalimah syahadat tersebut adalah gabungan rohani dan jasmani kita. Oleh karena itu tidak boleh kita melafazkan dengan mewakafkan kalimah tersebut pada mana-mana bahagian kalimah, tapi seharusnya dibaca secara terus menerus didalam satu nafas. disamping itu hendaklah dibaca dengan perlahan, panjang dan teratur mengikuti sebutan huruf dan baris masing-masing supaya kelezatan kalimah penyaksian ini dapat dirasai sepenuhnya oleh kita sebagaimana yang pernah dinikmati oleh orang-orang ariffinbillah. Adapun ucapan dua kalimah syahadat yang hanya dilafazkan di mulut tanpa dimengerti apakah sebenarnya hakekat syahadat tersebut adalah dinamakan “ Syahadat Tanda “ Maksud dari hakikat Syahadat tanda ini adalah bertujuan supaya orang yang mengaku diri mereka Islam turut sama mengiktirafkan, bahwa siapa yang mengucap dua kalimah syahadat semacam tadi adalah beragama Islam seperti mereka juga. Tetapi sebenarnya syahadat semacam itu adalah kosong dan tidak memberi arti apa-apa serta tidak bermakna, artinya jika diibaratkan pisau maka pisau semacam itu adalah pisau tumpul yang tidak pernah mengerti makna tajam. dia hanya semata-mata bergelar pisau tetapi tidak berguna untuk apa-apa karena tajam itulah sebenar-benarnya guna dari pisau itu. Oleh sebab itu maka bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan dua kalimah syahadat tetapi tidak mengerti daripada hakekat syahadat maka manusia sebegini adalah manusia ikut-ikutan (Islam karena manusia) dan dia bukan sekali-kali Islam karena Allah s.w.t. dengan itu maka untuk menjadi Islam karena Allah maka seseorang itu haruslah mengetahui dan memahami hakekat syahadat yang sebenarnya. Manusia yang bersyahadat tanda adalah manusia yang mengakui bahwasanya dirinya adalah Islam tetapi pada hakikatnya kosong tiada berisi apapun. Mereka merasai tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap Tuhannya. Mereka kosong seperti sebiji padi yang tidak berisi (hampa). dia tidak tahan untuk menghadapi ujian Allah s.w.t. dan bergerak mengikuti arus tanpa tujuan. Bila saja ditiup angin ujian niscaya terbanglah ia mengikuti arusnya, dan manusia ini tidak mungkin mendapat petunjuk daripada Tuhannya dan rugi. Orang-orang semacam ini bolehlah kita sebut sebagai manusia Islam kulit. mereka ini tidak mempunyai pegangan malahan pegangannya adalah bergantung terus kepada pegangan manusia lain. Mereka juga bolehlah dianggap sebagai burung Beo yang pandai berkata-kata tapi dia sendiri tidak memahami apa yang dikatakan. Oleh sebab itu janganlah kita menjadi pisau tumpul atau burung Beo yang ingin menjadi manusia. Dengan demikian saya menghimbau kepada kita semua pahamilah kalimah syahadat ini baik-baik, karena hal ini adalah pokok atau asas kalimah untuk menentukan kita dengan Allah s.w.t. kalimah pokok yang menjadi dasar ketuhanan dan asas untuk membedakan kita dengan yang lain.
Syahadat mangrupa rukun Islam anu kahiji, dimana jalma anu hayang ngajadikeun Islam jadi jalan hirupna kudu ngucapkeun heula dua kalimah Syahadat, nyaeta: "Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah" Jadi salila eta jalma teu ngadawuh “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah” mangka dina mangsa eta jalma teh teu bisa digolongkeun (diakukeun) salaku muslim. Dina harti syariat, dua kalimah syahadat nyaeta: "Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah" hartina: Abdi nyaksikeun yen teu aya deui Pangeran anu disembah anging Alloh s.w.t sareng abdi oge nyaksian yen Nabi Muhammad s.a.w. nya eta utusan Allah s.w.t. Saleresna seueur urang anu ngan ukur pinter ngucapkeun dua kalimah syahadat ieu, tapi sakedik pisan urang anu hoyong diajar atanapi diajar ngeunaan hakekat makna sareng tujuan syahadat éta sorangan, kalolobaan urang ngan ukur nuturkeun kulawarga. , ngadenge indung jeung bapa urang ngucapkeun syahadat, tuluy urang ngariung. laksanakeun kitu, tapi urang teu pernah rek nanya naha kudu maca “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah”. Jeung naha urang teu bisa ngucapkeun hiji wangun kasaksian salain ucapan syahadat di luhur?Sagedengeun ti eta, teu aya anu kantos naroskeun naha eta kalimah teh tiasa ngakibatkeun harti "Teu aya Pangeran anu disembah anging Allah s.w.t." “Sedengkeun dina kalimah ieu teu aya kalimah Alloh (Rabbi) jeung teu aya kalimah ibadah (abduhu), tapi dina nafsirkeun harti basa ku ulama syariah aya kalimah Alloh jeung Sembah. Jeung naha syahadat teu bisa disebutkeun kawas kieu: "Asyhadu alla rabi nakbuduhu illallah" nu tangtuna leuwih hade mun ditafsirkeun "Teu aya Pangeran anu disembah anging Allah s.w.t." ” Tapi tétéla urang masih diarahkeun ku Islam pikeun ngucapkeun syahadat "ashhadu alla illaha illallah" anu mawa pamahaman kana Euweuh nu nyata, ngan Allah s.w.t. Ku kituna bisa dicindekkeun di dieu yén pamahaman anu dilakukeun ku ulama syariah jauh teu luyu jeung matlumat sabenerna anu syahadat sorangan hayang nepikeun. Sagedengeun ti eta, patarosanana, naha firman Alloh s.w.t. dina syahadat tiasa ditafsirkeun sami sareng Gusti? Kitu deui, upama urang ngucapkeun “wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”, naha bener-bener mawa pamahaman kana “sarta kaula nyaksian yen nabi Muhammad s.a.w. nya eta utusan Allah s.w.t. ”. Upami leres kitu, naha Nabi Adam a.s.Bapa sareng lalaki oge ngucapkeun syahadatna kalayan mungkas syahadat ku kalimah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah? sareng saterasna Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., sadaya para Nabi sareng Rosul, para Wali Allah, sateuacan dilahirkeunana Nabi Muhammad s.a.w. ceuk pangandika anu sarua, atawa meureun aya anu nganggap yen para nabi samemeh lahirna Nabi Muhammad s.a.w. ngucapkeun eta cara sejen? Upami leres kitu, naha tiasa disebatkeun yen Islam ngan ukur aya dina jaman Nabi Muhammad S.A.W? na leres yen Islam pernah aya saméméh? da upami leres cariosan "Muhammad" teh sami sareng Nabi Muhammad s.a.w., naha Kangjeng Nabi Muhammad s.a.w. ogé nyebutkeun kawas urang nyebutkeun ayeuna? Jeung naha Rosululloh s.a.w. tong ngomong kieu: "Asyhadu alla rabi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah". Anu leuwih merenah ngarah kana harti "Kuring nyaksikeun yen teu aya sesembahan anu disembah anging Allah s.w.t." sareng abdi nyaksian yen abdi teh utusan Allah s.w.t. ” Masih seueur hal anu kedah ditaroskeun upami urang maju sareng nyobian milarian sareng ngajajah makna syahadat anu leres. Kalimah syahadat nyaeta: "Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah".Jeung saestuna "Asyhadu alla illaha illallah" disebut Syahadat Tauhid jeung kalimah "wa asyhadu anna muhammadarasulullah" disebut Syahadat Rosul. Kalimah "Asyhadu alla illaha illallah" disebut Syahadat Tauhid sabab dina kalimah ieu urang nyaksian kalayan sagala rasa anu teu aya deui, ngan Allah s.w.t. nyalira, teu aya pasangan anjeunna dina nanaon, jeung euweuh campur jeung manehna iwal anjeunna nyalira. Ku sabab kitu urang nyaksian ka diri urang sorangan yen teu aya anu nyata pikeun urang, ngan Allah s.w.t. ngan saukur, urang mungkir awak urang jeung urang nyebatkeun kana kanyataan Allah s.w.t. wungkul (batin urang). Sedengkeun kalimah "wa asyhadu anna muhammadarasulullah" nyaeta Syahadat Rosul sabab dina kalimah ieu didugikeun nyaksian yen anu nepikeun jeung nanggung rusiah Alloh s.w.t. nyaeta "Muhammad" nyaeta zahir diri urang jeung ku cara ngucapkeun kalimah zahir urang ikrar jeung nyaksian diri urang yen diri zahir urang bakal tetep nanggung rusiah Allah s.w.t. sarta bakal ngajaga eta salawasna. Hakekat Ilahi nyaeta diri urang batin (Spiritual) jeung hakekat Rosul nyaeta diri urang luar (Jasmani). Satemenna diri nu nyingkabkeun rasiah Allah, jeung nu nembongkeun rasiah diri Allah nyaeta zahir urang.Tah kitu batin urang anu ngungkabkeun rahasia-rahasia Allah s.w.t. Ku cara kitu, batin urang disebut hakekat Rasul. Lamun urang maca: "Asyhadu alla illaha illallah" hartina: Teu aya anu nyata, mung Alloh s.w.t. Ti dieu kalimahna jelas: "Asyhadu alla illaha illallah" eta mangrupakeun pernyataan jelas ngeunaan diri urang. Upama urang ngucapkeun kalimah ieu kalawan jelas, urang bakal ngaku satemenna, yen "Teu aya nu nyata, ngan Allah s.w.t." “Anjeunna mangrupikeun rahasia Alloh s.w.t. nu dikandung dina awak luar urang. kalimahna: "Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah" Nya eta pikeun nganyatakeun jasmani urang (jasad) sabab hakekat wujud manusa teh aya hubunganana jeung huruf Mim, ku kituna upama urang ngucapkeun kalimah: “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah” mangka kalimah anu geus diomongkeun teh kaasup ngadawuh. batin urang jeung diri urang lahiriah (Rohani jeung Jasmani), nyaeta urang nempo yen anu dikandung dina jasmani urang teh rasiah diri Allah s.w.t. sareng diri kasar ieu mangrupikeun sarung. sakumaha dawuhan Alloh s.w.t. Dina Hadits Qudsi: "Al insanu sirri wa anna sirru" hartina: Manusa teh rusiah Kami jeung Kami teh rusiah Alloh SWT.maparinkeun ka manusa pikeun nyekel jeung tanggung jawab kana rusiah-Na, ku sabab kitu Alloh s.w.t. geus dibayar hormat hébat kana kajadian manusa. Al Qur'an :… Hartina: Saéstuna Kami geus méré kajadian anu hadé ka manusa. Kajadian-kajadian manusa mangrupa hiji-hijina kajadian anu pangsampurnana jeung tersusun rapih di dunya lahir jeung batin. Kadudukan kamulyaan manusa téh lantaran manusa wungkul anu jadi kajadian Alloh s.w.t. anu bisa nahan rusiah-Na. Samentara éta, saméméhna Allah s.w.t. sorangan sakali nawiskeun rusiah ieu ka langit, bumi, gunung pikeun nanggung eta. sakumaha dawuhan Alloh s.w.t. dina Al Qur'an:... Hartina: Sabenerna Kami geus maturan ieu rasiah ka langit, bumi, jeung gunung-gunung, tapi maranehna hoream narimana sabab sieun teu malire, tapi anu bisa narima eta teh manusa. Éta sababna nalika urang nyarios: "Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah". mangka hartina urang nyaksian kalawan diri urang sorangan yen teu aya anu nyata pikeun urang, ngan Allah s.w.t. samata-mata jeung badan lahiriah urang nyata wujud tina rusiah Alloh s.w.t. saukur. Samentara éta, nalika urang solat, urang nangtung ngawas diri, urang nempo yén urang téh jalma anu mawa jeung mawa rusiah Allah s.w.t. sareng teu aya nanaon dina diri urang, ngan ukur rahasia Allah s.w.t. saukur.Teu aya anu dipiboga ku urang iwal ti hak Alloh s.w.t. saukur. Upama dipikir-pikir, urang mah ngan ibarat kotak radio nu bisa hirup ku ngaregepkeun siaran ti stasiun pemancar waé jeung kudu diinget yén fungsi radio téh lantaran bisa narima gelombang siaran ti stasiun pemancar. Jadi lamun siaranna béak atawa panarimaan siaranna ruksak tangtu radio boxna bakal dialung-alungkeun jadi runtah, tah kitu we. Mugia urang tiasa manfaat di sisi Alloh s.w.t. lamun urang bisa nanggung kapercayaan rusiah-Na jeung bisa fungsi jeung polah nyaho diri urang sorangan. Sabab saupama urang bisa nyaho diri urang sorangan, mangka urang ogé bisa nyaho ka Alloh s.w.t. sorangan. sakumaha dawuhan Alloh s.w.t. dina Hadits Qudsi: "Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu" Eta hartina : Saha waé anu terang kana dirina terang ka Gustina. Ku sabab kitu, lamun urang teu nyaho ka diri urang sorangan mangka urang bakal leuwih hina tibatan sampah di sisi Alloh s.w.t. Sholat lain hartina ibadah, sabab upama disebut ibadah mah tangtu ngandung harti aya anu ibadah aya oge anu disembah, jeung sakur anu disembah pasti aya dina ayana anu ibadah. Ku sabab kitu kumaha kaayaan Alloh s.w.t. nu béda jeung objék nu aya di alam semesta ieu, jeung Alloh s.w.t.teu lumangsung atawa dimana, lamun ngan Allah s.w.t ngartos eta. sateuacan urang teras hartosna Allah s.w.t. anu perenahna. Jeung lamun ieu niat urang mangka urang bakal kafir. Leuwih ti éta, kumaha bisa disebutkeun yen solat dihartikeun ibadah, lamun manusa sorangan mangrupakeun rasiah diri Allah s.w.t. sakumaha dawuhan Alloh s.w.t. dina Hadits Qudsi: "Al insanu sirri wa ana sirru" Hartina : Manusa teh rusiah Kami, jeung Kami teh rusiah. Éta solat téh sabenerna cara nyaksian diri urang sorangan, jeung sabenerna urang téh Alloh s.w.t. saukur. Urang kudu ngingetkeun yen kaayaan anu disebutkeun di luhur lain hartina urang kudu salawasna percaya yen Allah s.w.t. eta dumuk dina diri urang, lamun urang mikir kitu mangka urang oge bakal kafir, jeung kaayaan anu dijelaskeun di luhur oge lain hartina batin urang (roh) nyaeta Allah jeung boga katuhanan diri. Lamun kitu, eta oge kafir. Urang saleresna kedah diémutan yén urang téh kotak radio anu nampi gelombang radio sareng rahasia radio, janten pikeun ngémutan rusiah radio nyaéta stasiun pamancar anu ngirimkeun siaranna kana kotak radio, teras radio disada sapertos siaran asli dina. stasiun pamancar. Kitu deui Allah s.w.t. Anjeunna muji Diri-Na kalayan diri rusiah-Na anu katimu ku manusa. sakumaha dawuhan Alloh s.w.t.dina Hadits Qudsi anu hartosna: Abdi resep terang ka diri sorangan Saterusna kuring dijieun mahluk ieu Saterusna kuring ngenalkeun diri Ka aranjeunna lajeng aranjeunna Malah nyaho kuring Mimitina mah anu dimaksud makhluk dina Hadits Qudsi di luhur nyaéta manusa. Anu diomongkeun ngeunaan solat nyaéta nangtung jeung ngawas diri sabab dina waktu solat urang wajib ngucapkeun: "Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah". Hartosna : Abdi nyaksian yen teu aya anu nyata iwal ti Allah s.w.t. (batin) jeung kuring nyakseni yen (diri lahiriah) teh nu nembongkeun rahasia-rahasia Alloh s.w.t. (jero diri) Di dieu jelas tur jelas yen kalimah penting ieu ku urang didugikeun pikeun tujuan sangkan urang nempo diri urang ku panon hate urang yen kuring nu mawa rusiah Allah s.w.t. teu aya nanaon di urang ngan Alloh s.w.t. saukur. Ieu kecap saksi lain ngan ukur diucapkeun dina létah, tapi kudu diucapkeun babarengan ku sakumna anggota badan jasmani jeung rohani, masing-masing nangtung sakaligus nyaksian Alloh s.w.t. saukur. Nalika urang ngucapkeun syahadat, sakujur awak, raga jeung jiwa ngageter, sakaligus ngarasa nikmat anu luar biasa, anu teu bisa diucapkeun ku kecap, kajaba anu dirasakeun ku jalma anu geus ngalaman tur ngahontal ieu martabat. Pikeun negeskeun hal di luhur, Alloh s.w.t.ngadawuh dina Al Qur'an: Eta hartina : Saéstuna pikeun jalma-jalma anu iman, saupami Allah s.w.t disebat. haté maranéhanana pasti bakal ngageter jeung lamun maca ayat iman jeung iman maranéhanana ka Allah s.w.t bakal ngaronjat. aranjeunna percanten. pikeun: "Asyhadu alla illaha illallah" Abdi nyaksian teu aya anu nyata, mung Alloh s.w.t. Nyaeta saksina ku ceuli, panon, otak, kulit, daging, anggota awak, jeung awak kuring sakabeh batin jeung luar. Teu aya anu nyata iwal ti Alloh s.w.t Hartina kuring ningali jeung ngadenge ku paningal jeung pangrungu Allah s.w.t., teu karasa Allah s.w.t, teu daek Allah s.w.t anu kersa, teu boga kakawasaan Allah s.w.t. nu boga kakawasaan. Sanes abdi……tapi…., sanes-abdi……….tapi….. Mung Allah s.w.t. saukur. Pondokna, sagala lampah urang kudu ditempo dina pinuh view Allah nyalira. Sakumaha dawuhan Alloh S.W.T... Hartosna: Dimana wae anjeun nyanghareupan, di dinya aya raray Alloh s.w.t. Metoda ieu ku cara mungkir diri luar urang jeung urang ngaku diri batin urang Sedengkeun pikeun: "Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah" Eta hartina : Sareng kuring nyaksian yén kuring dilahirkeun sareng nanggung rusiah Allah s.w.t. saukur.Dina kalimah ieu urang nyakseni kalawan diri urang sorangan yen diri jasmani urang anu nanggung jeung mawa rusiah Alloh s.w.t. (batin) jeung diri urang lahiriah oge bukti awal ayana Allah s.w.t. Dewa jagat raya. Ku kituna, kalimah syahadat mangrupa hakekat kalimah anu nétélakeun patalina antara awak jasmani jeung awak rohani. Kalimah-kalimah ieu henteu kedah dipisahkeun atanapi dipisahkeun. Sapalih ulama nganggap yén teu diidinan urang maca kalimah syahadat ku cara ngadon maca dimana-mana, sabagian dua kalimah syahadat urang teu kudu ngawaqafkeun di tengah-tengah kalimah saperti anu diamalkeun ku kalolobaanana jalma awam, sabab urang terang yen awak Dua kalimat syahadat mangrupakeun kombinasi spiritual jeung jasmani urang. Ku kituna, urang henteu kedah maca kalimah ku cara ngawakafkeun kalimah dina sakabéh bagian kalimah, tapi kudu dibaca terus-terusan dina hiji napas. Salian ti éta, urang kudu maca lalaunan, panjang tur rutin, nuturkeun unggal huruf jeung baris sangkan nikmatna kalimah saksi ieu bisa dirasakeun ku urang sagemblengna sakumaha geus ngarasakeun ku urang Ariffinbillah.Dua kalimah syahadat anu ngan ukur didugikeun dina sungut bari teu ngarti naon hakekat syahadat anu sabenerna disebut "Syadat Sinyal". Tujuan hakekat tanda Syahadat ieu nyaéta pikeun mastikeun yén jalma-jalma anu ngaku Islam ogé nampi yén jalma-jalma anu ngucapkeun dua kalimah syahadat sapertos kieu ogé umat Islam sapertos aranjeunna. Tapi nyatana syahadat kitu teh kosong teu ngandung harti jeung euweuh hartina, hartina upama disaruakeun jeung peso, eta peso teh peso tumpul anu teu ngarti kana harti seukeut. anjeunna ngan boga péso tapi teu aya gunana pikeun nanaon sabab seukeut nyaéta tujuan sabenerna péso. Ku sabab kitu, pikeun jalma anu ngan ukur ngarti kana dua kalimah syahadat tapi henteu ngarti kana hakekat syahadat maka jalma-jalma anu siga kieu nyaéta jalma-jalma anu nuturkeun (Islam kusabab manusa) sareng aranjeunna henteu Islam pisan karana Allah s.w.t. Ku kituna, pikeun jadi muslim karana Alloh, jalma kudu nyaho jeung paham kana hakikat syahadat nu sabenerna. Jalma anu boga tanda syahadat nyaeta jalma anu ngaku Islam tapi dasarna kosong teu ngandung nanaon. Aranjeunna ngarasa tanggung jawab ka dirina sareng ka Gusti. Sipatna kosong kawas sisikian béas anu euweuh eusina (kosong). teu tahan kana ujian Alloh s.w.t.sarta mindahkeun kalawan aliran aimlessly. Lamun ditiup angin cobaan, pasti manehna bakal hiber nuturkeun arusna, jeung mustahil manusa ieu meunang pituduh ti Pangéranna sarta leungit. Urang tiasa nyebat jalma-jalma sapertos kieu jalma-jalma muslim warna. Éta henteu gaduh gagang, tibatan gagangna gumantung kana gagang batur. Éta ogé bisa dianggap manuk beo anu pinter nyarita tapi teu ngarti naon anu diomongkeun. Ku kituna, urang ulah jadi péso tumpul atawa manuk beo anu hayang jadi manusa. Kukituna, sim kuring ngajurung ka urang sadaya sangkan maham kana kalimah syahadat ieu kalawan taliti, sabab ieu pokok atawa prinsip kalimah pikeun nangtukeun urang jeung Alloh s.w.t. kalimah utama nu jadi dasar katuhanan jeung prinsip pikeun ngabedakeun urang jeung batur.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)