Indonesia

Di jantung kota Jakarta yang ramai, SMA Pelita Harapan menjadi panggung bagi kisah persahabatan dan cinta yang bersemi. Alaiya, seorang gadis dengan mata yang berbinar penuh mimpi, adalah seorang penulis muda yang berbakat. Kata-kata adalah senjatanya, pena adalah kuasnya, dan lembaran kertas adalah kanvasnya. Ia bercita-cita untuk menciptakan dunia melalui tulisan-tulisannya, menginspirasi dan menyentuh hati para pembaca. Alaiya adalah sosok yang ceria, optimis, dan penuh semangat. Ia selalu melihat sisi baik dari setiap orang dan situasi. Namun, di balik senyumnya yang cerah, Alaiya menyimpan kerentanan dan ketakutan akan penolakan. Ia seringkali merasa tidak percaya diri dengan dirinya sendiri, terutama dalam hal percintaan. Briella, sahabat karib Alaiya sejak SMP, adalah sosok yang berlawanan namun melengkapi Alaiya. Briella adalah gadis yang serius, ambisius, dan memiliki logika yang kuat. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang pengacara yang handal, membela kebenaran dan keadilan. Briella adalah sosok yang tegas, mandiri, dan percaya diri. Ia selalu tahu apa yang diinginkannya dan tidak pernah ragu untuk mengejarnya. Namun, di balik ketegasannya, Briella memiliki hati yang lembut dan penuh perhatian. Ia sangat menyayangi Alaiya dan selalu ada untuknya, apapun yang terjadi. Meskipun berbeda karakter, Alaiya dan Briella memiliki ikatan persahabatan yang sangat erat. Mereka saling mendukung, saling percaya, dan saling melengkapi. Mereka adalah dua sisi mata uang yang sama, dua bintang yang bersinar bersama dalam satu galaksi. Di suatu sore yang cerah, Alaiya dan Briella duduk di taman sekolah, di bawah pohon rindang yang menjadi tempat favorit mereka. Alaiya sedang asyik menulis sesuatu di buku catatannya, sementara Briella membaca novel tebal yang selalu dibawanya. "Aya, kamu lagi nulis apa?" tanya Briella, mengalihkan pandangannya dari buku. "Lagi bikin puisi," jawab Alaiya sambil tersenyum. "Tentang persahabatan kita." Briella tersenyum, "Wah, aku jadi penasaran ingin dengar." Alaiya membacakan puisi yang baru saja ia tulis dengan suara yang lembut dan penuh perasaan. Briella mendengarkan dengan seksama, matanya berbinar-binar. "Bagus banget, Aya," puji Briella dengan tulus. "Puisi kamu selalu menyentuh hati." Alaiya tersenyum, "Makasih, . Kamu selalu jadi penyemangatku." Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati suasana sore yang tenang. Alaiya menatap Briella, sahabatnya yang selalu ada untuknya, dalam suka maupun duka. Ia merasa sangat beruntung memiliki Briella dalam hidupnya. "Biel," panggil Rara dengan suara yang lirih. "Ya, Aya?" jawab Luna. "Aku takut," kata Alaiya, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku takut kalau suatu hari nanti kita akan berpisah." Briella menggenggam tangan Alaiya, "Kita tidak akan pernah berpisah, Aya. Persahabatan kita akan abadi, selamanya." Alaiya tersenyum, ia percaya pada kata-kata Briella. Ia tahu, persahabatan mereka akan selalu menjadi kekuatan mereka, apapun yang terjadi. Di tengah riuhnya lorong SMA Pelita Harapan, langkah Alaiya terhenti di depan papan pengumuman. Matanya menangkap sosok siswa baru yang sedang membaca puisi di sana. Prakash, namanya, memiliki paras yang tampan, sorot mata yang teduh, dan senyum yang menawan. Alaiya, yang selama ini hanya mengenal cinta melalui novel-novel yang dibacanya, merasakan jantungnya berdebar kencang. Prakash, dengan suara yang merdu, membacakan puisi karya Khalil Gibran. Alaiya terpukau, ia merasakan setiap kata yang diucapkan Prakash menyentuh hatinya. Selesai membaca puisi, Prakash menoleh dan mendapati Alaiya yang sedang memperhatikannya. Prakash tersenyum, senyum yang membuat Alaiya merasa seperti melayang. "Kamu suka puisi juga?" tanya Prakash, suaranya lembut. Alaiya mengangguk, "Aku suka sekali puisi. Aku juga suka menulis." "Wah, kebetulan sekali. Aku juga suka menulis puisi," jawab Prakash. Mereka berdua terlibat dalam obrolan yang hangat. Rara merasa seperti menemukan teman yang memiliki minat yang sama dengannya. Prakash, dengan segala pesonanya, berhasil mencuri hati Alaiya. Sejak saat itu, Alaiya dan Prakash menjadi dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, taman sekolah, atau di kafe dekat sekolah. Mereka berbagi cerita, tawa, mimpi, dan rahasia. Alaiya merasa seperti menemukan cinta sejatinya, pangeran yang selama ini ia idam-idamkan dalam setiap tulisannya. Suatu sore, Prakash mengajak Alaiya ke taman kota. Mereka duduk di bawah pohon rindang, menikmati senja yang indah. Prakash mengeluarkan gitar dari tasnya dan mulai memainkan lagu romantis. Alaiya terbuai, ia merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. "Alaiya, aku suka kamu," ucap Prakash, matanya menatap Alaiya dengan penuh cinta. Alaiya terkejut, namun ia juga merasakan hal yang sama. Ia mengangguk, "Aku juga suka kamu, Prakash." Mereka berdua berpegangan tangan, saling menatap, dan tersenyum bahagia. Alaiya merasa seperti berada di negeri dongeng, ia tidak percaya bahwa ia telah menemukan cinta sejatinya. Namun, di balik kebahagiaan Alaiya, Briella, sebagai sahabat yang peka, merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan Alaiya dan Prakash. Ia melihat Prakash memiliki sifat yang tidak stabil, sering kali membuat Alaiya merasa tidak nyaman, dan terkadang bersikap kasar. Dengan hati-hati, Briella mencoba untuk berbicara dengan Alaiya, menyampaikan kekhawatirannya. Namun, Alaiya yang sedang dimabuk cinta, tidak mau mendengarkan nasihat Briella. Alaiya merasa Briella hanya iri dan tidak ingin ia bahagia. Briella merasa sedih dan kecewa. Ia tidak ingin melihat Alaiya terjerumus dalam hubungan yang tidak sehat. Ia terus berusaha untuk membuka mata Alaiya, namun semua usahanya sia-sia. Waktu terus berjalan, hubungan Alaiya dan Prakash semakin rumit. Prakash menunjukkan sisi gelapnya, ia menjadi posesif, cemburu, dan suka mengatur. Alaiya merasa terkekang, ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Suatu malam, Prakash dan Alaiya bertengkar hebat. Prakash mengucapkan kata-kata kasar yang membuat hati Alaiya hancur. Alaiya menyadari bahwa ia telah salah memilih cinta. Prakash bukanlah pangeran yang ia idam-idamkan, melainkan monster yang menyakitinya. Dengan langkah gontai dan air mata yang masih mengalir di pipinya, Alaiya berjalan menyusuri jalanan Jakarta yang malam itu terasa begitu sunyi. Hatinya hancur berkeping-keping, luka yang disebabkan oleh Prakash terasa begitu perih. Ia tidak tahu harus ke mana, yang ia inginkan hanyalah pergi sejauh mungkin dari semua kenangan tentang Prakash. Di tengah kebingungannya, Alaiya teringat pada Briella, sahabatnya yang selalu ada untuknya. Ia tahu, hanya Briella yang bisa mengerti perasaannya saat ini. Dengan sisa tenaga yang ada, Alaiya mencari taksi dan meminta sopir untuk mengantarnya ke rumah Briella. Sesampainya di rumah Briella, Alaiya langsung mengetuk pintu dengan tidak sabar. Ia berharap Luna masih terjaga dan mau mendengarkannya. "Aya?" Briella membuka pintu dengan wajah terkejut. Ia melihat Alaiya berdiri di depan pintunya dengan mata yang sembap dan penampilan yang berantakan. "Ya Tuhan, Aya, apa yang terjadi?" Tanpa menjawab, Alaiya langsung memeluk Briella erat. Ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua rasa sakit dan kekecewaan yang ia rasakan. Briella membalas pelukan Alaiya, ia tahu sahabatnya sedang terluka. Briella membawa Alaiya masuk ke dalam rumah. Ia membuatkan teh hangat dan membiarkan Alaiya menenangkan diri. Setelah tangisnya mereda, Alaiya mulai menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Prakash. Briella mendengarkan dengan sabar, ia tidak menyela atau menghakimi Alaiya. Ia tahu, Alaiya hanya butuh didengarkan dan dimengerti. "Aku bodoh, Bi," ucap Alaiya dengan suara yang bergetar. "Aku terlalu percaya pada cinta yang salah. Aku tidak mendengarkanmu." "Kamu tidak bodoh, Aya," jawab Briella dengan lembut. "Kamu hanya sedang belajar. Semua orang pernah membuat kesalahan, yang penting adalah bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan itu." Alaiya terdiam, ia merenungi kata-kata Briella. Ia menyadari bahwa Briella benar, ia telah membuat kesalahan besar. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus bangkit dan belajar dari kesalahan itu. "Terima kasih, Biel," ucap Alaiya dengan tulus. "Kamu selalu ada untukku, bahkan ketika aku membuat kesalahan." "Itulah gunanya sahabat, Aya," jawab Briella sambil tersenyum. "Aku akan selalu ada di sini untukmu, apapun yang terjadi." Briella menemani Alaiya malam itu. Mereka berdua berbicara tentang banyak hal, tentang cinta, persahabatan, dan kehidupan. Briella memberikan Alaiya semangat dan dukungan, ia meyakinkan Alaiya bahwa ia pantas mendapatkan yang lebih baik. "Kamu adalah wanita yang luar biasa, Aya," kata Briella dengan penuh keyakinan. "Kamu pintar, berbakat, dan memiliki hati yang baik. Kamu pantas mendapatkan cinta yang tulus dan bahagia." Alaiya tersenyum, ia merasa lebih baik setelah berbicara dengan Briella. Ia tahu, ia tidak sendiri. Ia memiliki Briella, sahabatnya yang selalu ada untuknya. Malam itu, Alaiya tidur di kamar Briella. Ia merasa nyaman dan aman berada di dekat sahabatnya. Ia tahu, Briella akan selalu menjaganya. Keesokan harinya, Alaiya bangun dengan perasaan yang lebih baik. Ia berterima kasih kepada Briella karena telah menemaninya dan memberikan semangat kepadanya. "Aku tidak tahu apa jadinya aku tanpamu, Bi," ucap Alaiya dengan tulus. "Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki." "Aku juga, Aya," jawab Briella sambil tersenyum. "Kamu adalah bagian penting dalam hidupku." Mereka berdua berpelukan erat, merasakan kehangatan persahabatan yang tulus. Mereka tahu, persahabatan mereka akan selalu menjadi kekuatan mereka, apapun yang terjadi. Alaiya, yang semakin matang dalam menulis, mulai menuangkan kisah cintanya yang pahit dan manis dengan Prakash ke dalam sebuah novel. Ia ingin berbagi pengalamannya dengan para pembaca, agar mereka tidak terjebak dalam hubungan yang salah. Briella, yang selalu mendukung Alaiya, memberikan semangat dan masukan yang berharga untuk novelnya. Ia membantu Alaiya untuk melihat sisi positif dari pengalaman pahitnya, bahwa ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari setiap kesalahan. Setelah melewati masa-masa sulit dan belajar banyak tentang arti cinta dan persahabatan, Alaiya kini menjadi sosok yang lebih dewasa dan bijaksana. Ia tidak lagi terburu-buru dalam mencari cinta, ia lebih fokus pada pengembangan dirinya dan mengejar mimpi-mimpinya. Suatu hari, di sebuah acara pertunjukan seni, Alaiya bertemu dengan seorang pria yang menarik perhatiannya. Namanya Leandro, seorang musisi yang berbakat, memiliki jiwa seni yang sama dengan Alaiya. Leandro adalah sosok yang sederhana, ramah, dan memiliki selera humor yang tinggi. Awalnya, Alaiya dan Leandro hanya berteman biasa. Mereka sering bertemu di acara-acara seni, berbagi cerita tentang musik, sastra, dan kehidupan. Alaiya merasa nyaman berada di dekat Leandro, ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura. Seiring berjalannya waktu, Alaiya dan Leandro semakin dekat. Mereka menemukan banyak kesamaan di antara mereka, mulai dari minat terhadap seni, pandangan hidup, hingga selera humor. Alaiya mulai merasakan benih-benih cinta tumbuh di hatinya. Suatu malam, setelah menghadiri konser musik, Leandro mengajak Alaiya makan malam di sebuah restoran. Mereka berdua menikmati suasana malam yang indah sambil berbincang tentang banyak hal. "Aya, aku sudah lama memperhatikan kamu," ucap Leandro, suaranya lembut. "Aku suka dengan caramu yang ceria, semangatmu dalam mengejar mimpi, dan tentu saja, bakat menulismu yang luar biasa." Alaiya tersipu malu, "Aku juga sudah lama memperhatikan kamu, Lean. Aku suka dengan musikmu, kepribadianmu yang hangat, dan caramu yang selalu membuatku tertawa." Leandro tersenyum, "Aku ingin mengenalmu lebih jauh, Aya. Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu." Alaiya mengangguk, "Aku juga ingin mengenalmu lebih jauh, Leandro. Aku merasa nyaman dan bahagia bersamamu." Sejak malam itu, Alaiya dan Leandro resmi berpacaran. Mereka berdua menjalani hubungan yang sehat dan saling mendukung. Leandro tidak pernah memaksa Alaiya untuk menjadi seperti yang ia inginkan, ia menerima Alaiya apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Alaiya merasa sangat bahagia bersama Leandro. Ia merasa seperti menemukan cinta sejatinya, cinta yang tulus dan abadi. Ia tidak lagi merasa takut atau khawatir, ia percaya bahwa Leandro adalah orang yang tepat untuknya. Suatu hari, Leandro mengajak Alaiya ke rumahnya. Ia ingin memperkenalkan Alaiya kepada keluarganya. Alaiya merasa gugup, namun ia juga merasa senang karena Leandro telah mempercayainya. Keluarga Leandro menyambut Alaiya dengan hangat. Mereka menyukai Alaiya karena ia adalah sosok yang ramah, sopan, dan berbakat. Alaiya merasa seperti berada di rumah sendiri, ia merasa diterima dan disayangi. Setelah pertemuan dengan keluarga Leandro, Alaiya semakin yakin bahwa Leandro adalah jodohnya. Ia merasa sangat bahagia dan bersyukur karena telah menemukan cinta sejatinya. Waktu terus berjalan, Alaiya dan Leandro semakin dekat. Mereka berdua saling mencintai, saling menghormati, dan saling mendukung dalam meraih mimpi-mimpi mereka. Briella, yang melihat kebahagiaan Alaiya, merasa senang dan lega. Ia tahu, Alaiya telah menemukan cinta sejatinya, cinta yang tulus dan abadi. Alaiya dan Briella tetap bersahabat, mereka berdua belajar untuk menyeimbangkan antara cinta dan persahabatan. Mereka tahu, keduanya sama-sama penting dalam hidup mereka. Suatu hari, Di sebuah taman yang dihiasi bunga-bunga warna-warni, Alaiya, Briella, dan Leandro duduk bersantai, menikmati semilir angin sore yang sejuk. Langit Jakarta yang mulai menggelap dihiasi rona jingga dan ungu, menciptakan pemandangan yang memukau. Alaiya, dengan senyum yang merekah, menatap kedua orang yang paling berarti dalam hidupnya. Briella, sahabat setia yang selalu ada di sisinya, dan Leandro, pria yang telah berhasil mencuri hatinya dengan segala kebaikan dan pengertiannya. "Aku merasa seperti mimpi," ucap Alaiya, suaranya penuh kebahagiaan. "Dulu aku merasa sangat bodoh dan salah dalam memilih cinta. Tapi sekarang, aku menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya." Briella menggenggam tangan Alaiya, "Kamu tidak bodoh, Aya. Kamu hanya sedang mencari jati dirimu. Dan sekarang, kamu telah menemukannya." Leandro mengangguk setuju, "Kamu adalah wanita yang luar biasa, Alaiya. Aku beruntung bisa menjadi bagian dari hidupmu." Alaiya tersenyum, "Kalian berdua adalah hadiah terindah yang pernah aku dapatkan. Kalian adalah bintang-bintang yang selalu bersinar dalam hidupku." Mereka bertiga tertawa, kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Mereka mengenang masa-masa sulit yang telah mereka lewati, bagaimana mereka saling mendukung dan saling menguatkan. "Aku tidak akan pernah melupakan persahabatan kita," kata Alaiya, matanya berkaca-kaca. "Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki." "Aku juga tidak akan pernah melupakanmu," timpal Briella, memeluk Alaiya erat. "Kamu adalah bagian dari hidupku yang tidak akan pernah tergantikan." Leandro, yang sedari tadi memperhatikan kedua wanita itu, ikut terharu. Ia tahu, persahabatan antara Alaiya dan Briella adalah sesuatu yang sangat istimewa. "Kalian berdua adalah contoh persahabatan yang sejati," ucap Leandro, "Aku bangga bisa menjadi bagian dari lingkaran pertemanan kalian." Mereka bertiga berpelukan, merasakan kehangatan persahabatan dan cinta yang tulus. Mereka tahu, senja ini adalah senja yang indah, senja di antara bintang-bintang kehidupan mereka yang menari dengan indahnya. Alaiya, Briella, dan Leandro berjanji akan selalu menjaga persahabatan dan cinta mereka. Mereka akan terus saling mendukung, saling menginspirasi, dan saling mencintai. Mereka tahu, kebahagiaan mereka akan semakin lengkap jika mereka selalu bersama. Di bawah langit senja yang semakin gelap, bintang-bintang mulai bermunculan. Alaiya, Briella, dan Leandro menatap bintang-bintang itu dengan penuh harapan. Mereka berharap, bintang-bintang itu akan menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka, persahabatan mereka, dan cinta mereka.

Sunda

Dina jantung kota Jakarta rame, Pelita Harapan Harapan janten panggung pikeun carita silaturahim sareng cinta blossoming. Alaiya, ngalamun sareng panon anu cemarkles pinuh ku impian, mangrupikeun panulis ngora anu berbakat. Kecap mangrupikeun senjata, pulpén mangrupikeun sikat, sareng lambaran kertas nyaéta kanvas. Anjeunna cita-cita ngadamel dunya ngaliwatan tulisanna, ilham sareng nyabak manah-pamaca. Alaiya mangrupikeun riang, optimis, sareng inohong anti. Anjeunna sok ningali sisi anu saé dulur sareng kaayaan. Nanging, tukangeun seuri terang, Alaiya dijaga kerentanan sareng sieun tampikan. Anjeunna sering karasa teu aman ngeunaan dirina, utamina dina asmara. Brriella, sobat panginten Alaiya ti saprak SMA, nyaéta sosok sabalikna tapi tokoh Praziya. Brriella mangrupikeun jalma anu serius, sareng awéwé logika anu kuat. Anjeunna cita-cita janten pengacara anu dipercaya, membela bebeneran sareng kaadilan. Brisiella mangrupikeun teguh, bebas, sareng tokoh. Anjeunna salawasna terang naon anu anjeunna hoyong sareng henteu ragu ngudag anjeunna. Nanging, tukangeun teguhna, Brriella ngagaduhan manah hipu sareng peringatan. Anjeunna leres-leres mikirkeun Alaiya sareng sok aya pikeun anjeunna, naon waé anu kajadian. Sanaos karakter anu béda, Alaiya sareng Briella gaduh silaturahim anu caket pisan.Aranjeunna silih ngadukung, silih percanten, sareng silih saling. Éta nyaéta dua sisi tina koin anu sami, dua bentang anu bersinar babarengan dina hiji galaksi. Hiji dinten Buld, Alaiya sareng Mancya calik di kebon sakola, dina tangkal anu bayangan anu janten tempat karesepna. Alaiya sibuk nulis hiji hal dina inpormasi na, sedengkeun Briella Maca Novel kandel anu sok dibere. "Aya, naon anu anjeun nyerat?" Brisi naros, ngaleungitkeun gaze tina buku. "Sakali deui, ngadamel puisi," Alaiya diwaler ku seuri. "Ngeunaan silaturahim urang." Brriella mesem, "Wah, kuring panasaran nguping." Alaiya maos sajak anjeunna ngan ukur nyerat lemes sareng raos pinuh ku parasaan. Brriella ngadangukeun ati-ati, panonna dibungkus. "Alus pisan, Ayai," saur Briella Asaly. Asisten. "Puisi anjeun sok nyabak manah." Alaiya mesem, "Hatur nuhun, anjeun salawasna janten dorongan kuring." Aranjeunna duanana jempé sakedap, ngarasakeun suasana sonten. Alaiya melong di Briella, sobat panginten anu sok aya pikeun anjeunna, di Kabetaan sareng duka. Anjeunna ngarasa untung pisan gaduh briella dina kahirupan na. "Biel," Rara nyauran dina sora anu rendah. "Leres, Aya?" Luna dijawab. "Kuring sieun," saurnaya, panon na mimiti muncul. "Kuring sieun yén hiji dinten urang bakal misahkeun." Brriella nahan leungeun Alaiya, "Kami moal pernah misahkeun, Ima.Silaturahim kami bakal langgeng, salamina. " Alaiya mesem, anjeunna percanten ka kecap Brriella. Anjeunna terang, babaturanna ogé sok janten kakuatan, naon waé kajadian. Di tengah-tengah balai bising tina pelapta Lacahan Sakit Sejachang Sool, léngkah Alumya parantos lirén di hareup papan buletin. Panonna nyangking inohong murid anyar anu maca puisi anu aya. Prasash, namina, gaduh wajah ganteng, panon anu saé, sareng seuri meni. Alaiya, anu ngagaduhan cinta ngalangkungan novel anjeunna maca, dirasa manah na ngéléhkeun gancang. Prevash, kalayan sora anu manis, maca puabah ku Khalil Gibran. Alaiya ngalaman seueur, anjeunna rumta unggal kecap éta prasash ceuk haténa. Saatos maca sajak, praitash dihurungkeun sareng mendakan Alaiya anu ningali anjeunna. Prakash imut, seuri anu dilakukeun Alaiya ngarasa kawas ngambang. "Naha anjeun resep puisi?" ngajak prakash, sora na lemes. Alaiya unggeuk, "Abdi resep puisi. Abdi ogé hoyong nyerat." "Wah, kumaha kasenangan. Abdi ogé resep nyerat puisi," prasash némbalan. Duanana boh aub dina obrolan anu haneut. Rara karasa sapertos mendakan babaturan anu gaduh kapentingan anu sami sareng anjeunna. Prakash, kalayan sagala pesona, diurus pikeun maok jantung Alaiya. Ti saprak halaman barét, praya sareng prakash parantos caket. Aranjeunna sering nyéépkeun waktos babarengan dina perpustakaan, taman sakola, atanapi di warte caket sakola.Aranjeunna bagikeun carita, seuri, impian, sareng rahasia. Alaieya ngarasa kawas manggihkeun kanyaah leres, pangeran anu parantos ngalamun dina unggal tulisanana. Hiji siang, prakash dieunkeun Alaiya ka taman kota. Aranjeunna calik handapeun tangkal anu menjangka, ngarasakeun burit anu saé. Prakash nyokot gitar tina kantong na sareng ngamimitian maén lagu romantis. Alaiya ngantepkeun, anjeunna ngarasa kabahagiaan tanpa wates. "Alaiya, kuring resep ka anjeun," prakash saur, panonna ngagem di Alaiya sareng Asih. Alaiya reuwas, Tapi anjeunna ogé dirasaan ku cara anu sami. Anjeunna unggeuk, "Kuring resep anjeun ogé, prakash." Duanana diayakeun leungeun, katingali silih, sareng mesem. Alaiya ngarasa sapertos anjeunna di dongéng, anjeunna henteu percanten yén anjeunna mendakan cinta anu leres. Tapi, balik kabagjaan Alaiya, Mivella, sakumaha babaturan anu sensitip, dirasaan aya kalayan Alaiya sareng Hubungan Prasya. Anjeunna ningali prakash ngagaduhan alam anu teu stabil, sering dilakukeun Alaiya karasa teu pikaresepeun, sareng kadang kurang ajar. Sacara saksama, Briella diusahakeun ngobrol sareng Alaiya, ngirimkeun perhatian dirina. Nanging, putiya anu dipikacinta cinta, henteu daék ngadangukeun nasihat Braniella. Alaiya karasa Brriella ngan timburu sareng henteu hoyong anjeunna bagja. Brriella ngarasa sedih sareng kuciwa. Anjeunna henteu hoyong ningali Alaiya murag kana hubungan anu teu damang.Anjeunna terus nyobian angkat panon Alaiya, tapi sadayana usaha na sia. Waktosna angkat, hubungan antara Alaturan sareng Prasash ngalaksanakeun langkung rumit. Prare nunjukkeun sisi poék, anjeunna janten lumayan, timburu, sareng resep ngatur. Alaiya karasa dibahas, anjeunna henteu tiasa dirina. Hiji wengi, Prevash sareng Alaiya ngagaduhan tarung anu langkung ageung. Prasash nyarios kecap anu sesah anu dilakukeun manah Alaiya ngancurkeun. Alaiya sadar yén anjeunna parantos milih cinta anu salah. Prakash sanés pangeran anu anjeunna impian, tapi monster anu menyakiti anjeunna. Kalayan léngkah anu teu stabil sareng lawon na masih ngalir pipi-Na, alaiya leumpang di jalan jalan jakarta anu karasa wengi. Haténa dicored kana potongan, luka anu disababkeun ku prakash kitu nyeri pisan. Anjeunna henteu terang dimana bumi anu hoyong angkat, sadayana anu dipikahoyong bakal kajauh sapertos-gancang tina sagala kenangan prakash. Di tengah pertengrénna kabingungan na, saurora émut Briella, réréncanganah pisan anu sok aya pikeun anjeunna. Anjeunna terang, ngan ukur Briella tiasa ngartos parasaan dirina ayeuna. Kalayan sesa énergi anu tos aya, Alaiya katingali taksi sareng naroskeun supir pikeun nyandak anjeunna ka bumi Brisi Brisi. Anjog di imah briella, Alaiya langsung diketok panto teu sabar. Anjeunna ngarepkeun Luna masih hudang sareng daék ngadangukeun. "Aya?" Brriella dibuka panto kalayan raray reuwas. Anjeunna ningali saur Alaiya nangtung di hareup panto nganggo panon ngabareuhan sareng penampilan pabalatak."Duh gusti kuring, Iya, naon anu kajantenan?" Tanpa ngawalon, Alaiya langsung nangkeup Briellla rapet. Anjeunna ceurik teu kakonfollrably, ventring sakumna nyeri sareng kuciwa anjeunna karasa. Brriella balikan Alaiya, anjeunna terang sobat panginten na. Briella dibawa ka Alaiya ka bumi. Anjeunna ngadamel téh haneut sareng ngantepkeun Alaiya tenang. Saatos hang labuhna réngsé, Alaiya mimiti nyarioskeun sadayana anu kajantenan antara anjeunna sareng praitash. Brriella ngadangukeun sabar, anjeunna henteu ngaganggu atanapi nangtoskeun Alaiya. Anjeunna terang, Alaiya ngan ukur diperyogikeun pikeun nguping sareng kahartos. "Kuring bodo, bi," saur Alaiya nyarios dina sora gemet. "Kuring yakin teuing dina cinta anu salah. Abdi henteu ngadangukeun anjeun." "Anjeun henteu bodo, Aya," Brriella ngajawab mang. "Anjeun ngan ukur diajar. Sarerea parantos ngajantenkeun kasalahan, naon anu penting nyaéta kumaha urang tiasa diajar tina kasalahan éta." Alaiya jempé, anjeunna dikonfirmasi kecap. Anjeunna sadar yén Briella leres, anjeunna parantos ngalaksanakeun kasalahan anu gedé. Tapi, anjeunna ogé terang yén anjeunna kedah gugus sareng diajar tina kasalahan éta. "Hatur nuhun, Bely," Alaiya nyarios tulus. "Anjeun salawasna aya pikeun kuring, sanajan kuring ngalakukeun kasalahan." "Éta panggunaan babaturan, Aya," Brriella ngajawab kalayan seuri. "Kuring bakal salawasna aya di dieu pikeun anjeun, naon waé kajadian." Brriella dibarengan Alaiya wengi.Duanana ngobrol ngeunaan seueur hal, perkawis cinta, silaturahim, sareng kahirupan. Briella masihan sumanget sareng ininaya sareng dukungan, anjeunna leres-hajat Alaiya yén anjeunna pantes langkung saé. "Anjeun awéwé rongkah, Iya," saur Briella kalayan kayakinan. "Anjeun pinter, bakat, sareng gaduh haté anu saé. Anjeun pantes tulus sareng senang cinta." Alaiya mesem, anjeunna karasa langkung saé saatos ngobrol sareng briella. Anjeunna terang, anjeunna henteu nyalira. Anjeunna gaduh Breella, sobat dalitna anu sok aya pikeun anjeunna. Peuting, Alaiya bobo di rohangan Brisi. Anjeunna karasaeun sareng aman caket sahabatana. Anjeunna terang, Briella bakal salawasna ngurus anjeunna. Poé salajengna, Alaiya bangun kalayan raos anu langkung saé. Anjeunna hatur nuhun Briella pikeun ngabarengan anjeunna sareng nyorong anjeunna. "Kuring henteu terang naon anu kuring tanpa anjeun, bi," Alaiya nyarios. "Anjeun sobat panginten anu kuring kantos kantos." "Kuring ogé, Aya," Brriella ngajawab kalayan seuri. "Anjeun bagian penting tina kahirupan kuring." Aranjeunna duanana nangkeup ketat, raos kahaneutan silaturahim. Aranjeunna terang, babaturanna ogé sok janten kakuatan, naon anu kajadian. Alaiya, anu beuki dewasa ku tulisan, mimiti carita cinta anu pait sareng amis kalayan prasash kana novel.Anjeunna hoyong bagikeun pangalaman na sareng pamaca, ku kituna aranjeunna henteu nyéép hubungan anu salah. Briella, anu sok ngadukung Alaiya, masihan kawin anu berharga sareng input pikeun némutan na. Anjeunna ngabantuan Alaiya ningalikeun sisi positip pangalaman hayam na, yén aya pelajaran anu berharga anu tiasa diajar tina unggal kasalahan. Saatos ngaliwat waktos susah sareng diajar seueur ngeunaan hartos cinta sareng silaturahim, Alaiya ayeuna mangrupikeun sosok anu saé sareng wijaksana. Anjeunna henteu deui buru-buru dina milarian cinta, anjeunna langkung museurkeun kana pangwangunan sareng ngudag impian na. Hiji dinten, dina acara seni, Alaiya patepang saurang lalaki anu narik perhatian. Ngaranna nyaéta leeando, musisi anu bakap, gaduh sumanget seni anu sami sareng Alumya. Leandro mangrupikeun inoh g indén, ramah, sareng ngagaduhan raos humor. Mimitina, Alaiya sareng Leandro ngan ukur babaturan biasa. Aranjeunna sering nyayogikeun barang seni, bagikeun carita ngeunaan musik, literatur, sareng kahirupan. Alaiya karasaeun teu nyaman di deukeut Leanddro, anjeunna tiasa nyalira sorangan tanpa pura-pura. Langkung waktosna, alaiya sareng leandro éta jalan caket. Aranjeunna mendakan seueur pandcaran antara aranjeunna, mimitian gaduh kabeneran dina seni, operator dina kahirupan, pikeun rasa humor. Alaiya mimiti ngarasa siki cinta ngembang dina haténa.Hiji wengi, saatos ngahadiran konsér musik, leandro ngajak Alaiya ngagaduhan tuangeun di restoran. Aranjeunna duanana ngarasakeun suasana wengi anu geulis nalika ngobrol ngeunaan seueur hal. "Aya, kuring parantos ningali anjeun for lila," saur Leandro, sora na lemes. "Kuring resep cara riang anjeun, semangat anjeun dina ngudag impian, sareng tangtosna, bakat tulisan anu luar biasa." Alaiya ngabutaskeun, "Kuring ogé ogé ngagaduhan anjeun pikeun lami, langsing. Kuring resep musik anjeun, kapribadian haneut anjeun, sareng cara anjeun salawasna ngajadikeun kuring seuri." Leandro imut, "Abdi hoyong terang anjeun salajengna, Ima. Abdi hoyong janten bagian tina kahirupan anjeun." Alaiya unggeuk, "Kuring ogé hoyong terang anjeun salajengna, leasdro. Kuring ngarasa teu nyaman sareng bagja sareng anjeun." Saprak wengi, saur alaiya sareng leandro resmi tanggal. Duanana ngalaman hubungan séhat sareng silih ngadukung. Leandro henteu kantos dipancak alomaya Pikeun naon anu kuring hoyong, anjeunna nampi 200aiya sapertos kitu, sareng sadayana kakuatan sareng kalemahanana. Alaiya karasa bagja pisan sareng leasdro. Anjeunna ngarasa kawas milarian cinta sajati, ikhlas sareng cinta anu langgeng. Anjeunna henteu deui karasa sieun atanapi hariwang, anjeunna percanten yén leasdro éta jalma anu leres pikeun anjeunna. Hiji poé, leandro diulemkeun alaiya ka imahna. Anjeunna hoyong ngenalkeun Alaiya ka kulawargana.Alaiya gugup, tapi anjeunna ogé ngarasa bagja sabab Lambro parantos percanten ka anjeunna. Kulawarga leardro tampi Alaiya. Aranjeunna sapertos Alaiya sabab anjeunna ramah, sopan, sareng inohong bakat. Alaiya karasa sapertos anjeunna di bumi, anjeunna karasa ditampi sareng dipikacinta. Saatos rapat sareng kulawarga leedro, Alaiya beuki yakin yén lisantro mangrupikeun jodoh na. Anjeunna ngarasa bagja sareng nganuhunkeun pikeun milarian cinta anu leres. Waktu teraskeun, Alaiya sareng Leandro tiasa caket. Aranjeunna duanana silih cinta, silih hormat, sareng ngadukung silih dina ngahontal impian. Briella, anu ningali kabagjaan Alaiya, karasa bagja sareng lega. Anjeunna terang, Alaiya parantos mendakan cinta-cinta leres, iklus sareng cinta anu langgeng. Alaiya sareng Briella tetep ramah, duanana diajar kasaimbangan antara cinta sareng silaturahim. Aranjeunna terang, duanana sami penting dina kahirupan maranéhna. Hiji dinten, di kebon dihias ku kembang warni, alaksiya, Bielata, sareng Leandroo cight, ngarayatkeun dina ngiwi soré. Lango Jakarta, anu mimiti gelap, disaksian nganggo hue orany sareng ungu, nyiptakeun pandangan anu stenti. Alaiya, kalayan seuri rusak, neuteup di dua jalma anu paling hartos dina kahirupan na. Brriella, sobat satia anu sok di gigirna, sareng leasdro, saurang lalaki anu parantos nyolong haténa sareng sadaya kahadean sareng pamahamanana."Kuring resep impian," saur Alaiya nyarios, sora na pinuh kabagjaan. "Kuring biasa ngarasa bodo sareng salah dina milih cinta. Tapi ayeuna, kuring mendakan kabagjaan anu leres." Brriella nahan leungeun Alaiya, "Anjeun henteu bodo, Aya. Anjeun ngan ukur milari identitas anjeun. Sareng ayeuna, anjeun parantos mendakan." Leandro's perjanjian, "anjeun mangrupikeun awéwé anu luar biasa, Alaiya. Kuring boga untung janten bagian tina kahirupan anjeun." Alaiya imut, "Anjeun dua mangrupikeun kado anu paling indah anu kuring kantos terang. Anjeun béntang anu salawasna bersinar dina kahirupan kuring." Tilu di antarana ketat, kabagjaan radiated tina rupana. Aranjeunna émut waktos susahna aranjeunna kantos lulus, kumaha aranjeunna ngadukung masing-masing sareng nguatkeun masing-masing. "Kuring moal hilap silaturahim kami," saur Alaiya, panonna ngeusi lawon. "Anjeun sobat panginten anu kuring kantos kantos." "Kuring moal hilap teuing anjeun," saur Briella, nangkeup Alaiya. "Anjeun mangrupikeun bagian tina kahirupan kuring anu moal pernah diganti." Leandro, anu parantos ningali dua awéwé, dipindahkeun. Anjeunna terang, silaturahim antara Alaiya sareng Briella mangrupikeun hal anu khusus pisan."Anjeun dua mangrupikeun conto silaturahim anu sajati," saur Leandro, "Kuring reueus janten bagian tina babaturan babaturan." Tilu di antawisna nangkeup, ngarasa kahaneutan silaturahim sareng kanyaah tulus. Aranjeunna terang, susk ieu mangrupikeun surup, diusir diantara béntang hirupna nari. Alaiya, Briella, sareng Leandro janji pikeun ngajaga silaturahim sareng cinta. Aranjeunna bakal terus ngadukung silih, mere ilham, sareng silih cinta. Aranjeunna terang, kabagjaan maranéhna bakal langkung lengkep upami aranjeunna salawasna babarengan. Handapeun langit anu beuki poék, béntang mimiti muncul. Alaiya, Briella, sareng Leandro nempel béntang kalayan harepan. Aranjeunna mudahan yén béntang bakal janten saksi anu jempé pikeun kabagjaan, silaturahim, sareng cinta.

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Sunda?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)